Wira, pria pemalas yang sering membuat orang tuanya marah. Selain pemalas, Wira juga seorang pengangguran dan hobby menyaksikan film dewasa.
Suatu hari, Wira mengalami peristiwa yang membuatnya tiba-tiba berada di dunia lain dan terjebak dalam masalah tujuh wanita cantik yang menganggap mereka adalah bidadari.
Untuk memecahkan misteri keberadaannya di dunia itu, mau tidak mau Wira harus menjadi pelindung tujuh bidadari tersebut.
Berbagai masalah pun menghampiri Wira, termasuk masalah asmara terlarang antara manusia dan para bidadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duduk Berdua
"Kang Wira lagi ngapain?" suara lembut seorang wanita tiba-tiba menyeruak di tengah keheningan malam. Suara itu sukses membuat pria yang namanya baru saja disebut, tersentak kaget dan tersadar dari lamunan.
Wira lantas menoleh ke arah sumber suara lalu keningnya berkerut saat mengetahui si pemilik suara lembut tersebut.
Namun rasa terkejut tidak berhenti sampai di situ saja. Tubuh Wira bahkan menegang saat wanita yang baru saja menyapanya kini malah mendekat dan duduk tepat di sebelah kanan Wira.
Walaupun pada kenyataaannya di sana hanya ada satu bangku yang cukup panjang, tapi sikap wanita itu, membuat Wira jutsru merasa resah karena tubuhnya sedekat itu dengan wanita berpakaian seksi.
"Kang Wira lagi ngapain sih di sini?" sosok itu kembali bertanya, diiringi senyuman yang membuat Wira semakin merasakan debaran yang tidak biasa.
"Ya, seperti yang kamu lihat, aku sedang duduk saja, sama Singa," balas Wira dengan suara agak gugup.
Pandangan Wira tidak fokus ke satu arah saja. Selain memandang wajah cantik bidadari, tatapan Wira juga memandang bagian tubuh lainnya terutama dada.
"Yang lain pada kemana? Kok kamu sendirian?" tanya Wira untuk menetralkan perasaannya yang mulai resah.
"Yang lain sedang berbincang di dalam kamar. Aku keingat Kang Wira, jadi aku keluar," jawab Bidadari sambil menatap lekat pria disebelahnya.
Bidadari itu tidak menyadari kalau tatapannya sedang menimbulkan goncangan hebat jiwa laki-laki di sebelahnya.
"Ini SInganya kembali lagi? Padahal tadi aku lihat, dia sudah tidak ada."
"Ehmm? Oh iya," jawab Wira agak gugup. Pikiran pemuda itu sedang tidak fokus karena pemandangan indah di sebelahnya. "Sepertinya, dia ingin menjadi penjaga kita," ucapnya lagi
"Apa dia sudah jinak? Aku takut, Kang," rengek bidadari sampai tubuhnya bergeser hampir menyentuh lengan Wira.
Pemuda itu semakin tak karuan. Apa lagi, bagian dada bidadari menyembul, menjadikan khayalan Wira berkelana kemana-mana. Wira berusaha sekuat tenaga menahan diri dari godaan dan pikiran kotornya.
"Em, sudah jinak kok," jawab Wira masih dengan rasa gugup yang sama.
Padahal, saat masih di rumah, setiap Wira nonton film dewasa atau sedang berkumpul bersama temannya, otak Wira selalu berpikiran nakal dan liar setiap kali melihat bentuk dada wanita yang besar.
Namun sekarang, saat di depannya tersaji benda kembar yang terjerat kain sangat kencang, Wira malah gugup, meski otak kotornya berkelana kemana-mana.
"Apa Akang tidak takut, Singa itu akan menyerang kita suatu saat nanti?" tanya Bidadari lagi.
"Ya aku lawan. Kalau dia nekat ya, terpaksa aku habisi nyawanya," jawab Wira agar terlihat gagah dan pemberani. Di depan seorang wanita cantik, tentu saja Wira harus terlihat jantan dan hebat.
Bidadari kembali tersenyum dan hal itu membuat Wira semakin dilanda gelisah.
"Kang Wira memang paling hebat," puji sang bidadari yang langsung menumbuhkan rasa bangga pada benak pria yang mendengarnya.
"Kang Wira belajar ilmu bela diri di mana sih? Kok bisa hebat banget? Aku sampai terpesona loh."
"Em..." Wira langsung berpaling sembari berpikir cepat untuk menjawab pertanyaan sang bidadari. Wira sudah terlanjur bohong, jadi pria itu harus menyempurnakan kebohongannya. "Aku belajar sama seseorang yang ada di kampungku," jawabnya.
Sang Bidadari menatap lekat pria di sebelahnya dengan kening sedikit berkerut. Dari jawaban dan rasa gugup yang ditunjukan, Bidadari menyimpulkan kalau Wira sedang berusaha menutupi identitas aslinya.
Sang bidadari tersenyum dan menganggukan kepalanya sebagai tanda kalau dia percaya atas jawaban yang keluar dari mulut pria di sebelahnya.
"Besok rencananya kita mau ngapain, Kang?" tanya Bidadari mengalihkan pembicaraan. Bahkan bidadari tersebut juga mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Aku belum tahu apa yang akan kita lakukan, dan aku juga bingung kita harus kemana," jawab Wira sambil matanya menatap ke arah dada dan paha bidadari di saat bidadari itu sedang lengah.
Entah sudah berapa kali, Wira merasa susah menelan salivanya sendiri. Tangannya sudah gatal ingin menggenggam dan mengusap bagian tubuh wanita yang sangat menggoda itu.
"Kira-kira, agar kita bisa lebih mudah menemukan ketujuh bulu Angsa emas milik kalian? Ada ciri khusus nggak, yang bisa mempermudah kita mengetahui adanya bulu angsa emas di sekitar kita?" tanya Wira.
"Ada sih, cuma tidak sembarang mata bisa melihat ciri cirinya," jawab Bidadari. "Bagi para bidadari, bulu emas itu akan bersinar jika menemukan pemiliknya, tapi ada juga orang orang tertentu yang bisa melihat sinar itu. Makanya, jika sampai bulu Angsa emas itu jatuh ke orang yang bisa melihat cahayanya, berarti kami bisa saja sedang dalam bahaya, tergantung niat orang yang menemukan."
"Oh, gitu?" balas Wira sambil mengangguk. "Apa mungkin, bulu emas kalian terbawa arus sungai?"
Kening bidadari sontak berkerut sembari menoleh menatap Wira. "Benar juga, kenapa aku baru kepikiran ke sana? Astaga!"
Wira lantas tersenyum. Meski matanya kini membalas tatapan bidadari yang bersamanya, tapi tetap, mata itu mencuri pandang benda kembar yang terlihat tersiksa oleh kain yang dipakai wanita itu. Karena sangat kencang, seakan benda kembar itu sedang meronta ingin dibebaskan dari kain yang menutupinya.
"Tidak perlu khawatir. Bukankah kita bisa mencarinya besok?" ucap Wira mencoba menenangkan bidadari yang terlihat panik.
"Aku tahu," jawab bidadari. "Apa Singa ini akan ikut dengan kita?"
Seketika Wira mengalihkan pandangannya kepada Singa. "Singa? Kamu besok mau ikut berpetualang tidak?"
"Hahaha ..." suara tawa bidadari tiba tiba menggelegar membuat Wira terkejut dan kembali menatapnya.
"Kamu ngajak singa pergi, kaya ngajak orang aja, Kang, hahaha ..." Awalnya kening Wira berkerut begitu mendengar alasan Bidadari tertawa, tapi tak lama setelahnya Wira malah ikutan tertawa dengan suara yang lebih lirih. "Eh, Kang, kenapa Singanya tidak kamu kasih nama? Biar enak manggilnya gitu?"
Mendengar usul yang cukup bagus dari Bidadari, seketika Wira langsung berpikir sembari menatap Singa yang terus meringkuk sejak singa itu datang. "Nama untuk singa, emmm..." Wira terus berpikir. "Baiklah, aku kasih nama Singa ini Leo."
"Leo? Nama apaan itu?" tanya Bidadari heran.
"Ya nama Singa. Leo itu artinya Singa," jawab Wira asal, sambil mengusap usap kepala Singa. Bidadari itu terlihat heran dengan nama yang baru saja Wira ucapkan.
"Leo itu bahasa tempat asal kamu, Kang?" pertanyan Bidadari sontak membuat Wira tertegun. Seketika Wira kembali berpikir, untuk memberi penjelasan.
"Udahlah, nggak perlu dibahas. Yang penting singa ini sudah memiliki nama," jawab Wira cepat karena bingung memberi penjelasannya.
Sang bidadari pun mengangguk dengan banyak tanya dalam benaknya.
"Sekarang aku yakin, kalau kamu memang bukan manusia biasa, Kang. Baiklah, aku akan membuat kamu, terus bersama kami sampai bulu Angsa, kami dapatkan kembali," gumam bidadari.
berarti masih ada enam bidadari lagi yang mesti di cairkan...hahahhaa...
dengan keahlian jemarimu itu Thor, bisalah di selipkan nama nama pembaca cowok sebagai tokohnya, pastinya kan kami pasti mengagumi karyamu ini Thor..
Moso yoo cuma tokoh Wira saja toohh...hihihiiiiii ngarep banget sih saya yaaaa...🤭🤭🤭
..hemmm
wes, tambah lagi kopinya Thor, gulanya dikiiiiitt aja...
🤭