Persahabatan Audi, Rani dan Bimo terjalin begitu kuat bahkan hingga Rani menikah dengan Bimo, sampai akhirnya ketika Rani hamil besar ia mengalami kecelakaan yang membuat nyawanya tak tertolong tapi bayinya bisa diselamatkan.
Beberapa bulan berlalu, anak itu tumbuh tanpa sosok ibu, Mertua Bimo—Ibu Rani akhirnya meminta Audi untuk menikah dengan Bimo untuk menjadi ibu pengganti.
Tapi bagaimana jadinya jika setelah pernikahan itu, Bimo tidak sekalipun ingin menyentuh, bersikap lembut dan berbicara panjang dengannya seperti saat mereka bersahabat dulu, bahkan Audi diperlakukan sebagai pembantu di kamar terpisah, sampai akhirnya Audi merasa tidak tahan lagi, apakah yang akan dia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Satu
Audi melangkah perlahan memasuki pintu kecil yang terletak di ujung gang sempit. Kontrakan ini sederhana, tapi bagi Audi, ini adalah tempat baru yang penuh harapan. Dindingnya berwarna putih kusam, dengan beberapa goresan di sana-sini, tetapi dia tidak peduli. Yang dia tahu, dia sudah lelah mencari kontrakan kecil yang murah dan kini dia akhirnya punya tempat untuk disebut rumah.
"Ya Tuhan, ini dia," gumam Audi sambil tersenyum. "Aku akhirnya punya tempat sendiri."
Dia meletakkan kotak-kotak berisi barang-barangnya di sudut ruangan. Dengan semangat, Audi mulai membersihkan. Dia mengambil sapu dan mulai menyapu lantai yang berdebu. Semua ingatan pahit dari masa lalu seolah menghilang seiring dengan setiap sapuan.
"Mau tinggal di sini, membersihkan tempat sendiri. Rasanya seperti mimpi," ucap Audi sambil terengah-engah. Dia berhenti sejenak, melihat langit biru dari jendela kecil. Angin berhembus lembut membuat tirai berkibar. Audi merasakan kebebasan yang benar-benar baru.
Dia melihat seorang ibu lewat dengan menggendong putrinya, Audi jadi teringat Ghita. Sudah empat hari dia pergi.
"Sedang apa Ghita saat ini, apa dia baik-baik saja," gumam Audi. Dia mencoba menepis ingatannya pada bocah itu agar benar-benar bisa lepas dari masa lalunya itu. Dia menganggap semua hanya masa lalu dan tinggal kenangan. Audi kembali membersihkan rumah kontrakannya.
Setelah beberapa saat membersihkan, Audi mengambil napas dalam-dalam dan melangkah ke meja kecil yang terletak di sudut. Di sana, dia menangkap gawainya yang bergetar. Dengan penuh harap, dia membuka email. Matanya melebar saat melihat kotak masuknya. Sudah banyak email yang dia tunggu, tetapi ini berbeda.
"Semoga ini bukan spam," dia berbisik sambil mengklik email tersebut. Dengan cepat, dia mulai membaca:
Selamat, Audi! Kami dengan senang hati mengundang Anda untuk bergabung dengan tim kami di perusahaan X. Anda diterima sebagai sekretaris. Kami percaya Anda akan membawa banyak kontribusi positif.
Audi tidak bisa percaya. Dia mengulangi kalimat itu dalam hati, rasanya tak percaya jika dia diterima sebagai sekretaris. "Aku diterima! Aku diterima!" serunya excited.
Di luar, suara jangkrik mulai terdengar saat sore menjelang malam. Audi melompat-lompat kecil penuh kegembiraan. Dia merasa semua kerja keras dan kesabarannya selama ini akhirnya terbayar. Air mata haru mengalir di pipinya.
“Ini adalah awal yang baru,” kata Audi pada diri sendiri sambil tersenyum. “Aku harus merayakan ini!”
Dia langsung membuka lemari es kecil yang ada di sudut dapur. Hanya ada segelas air dan beberapa makanan instan. Audi tertawa getir. Mungkin ini bukan perayaan yang mewah, tapi dia bersyukur.
Kontakan ini walau kecil tapi sudah dilengkapi perabot, sehingga dia tak perlu membelinya.
Audi mengeluarkan ponselnya lagi, kali ini mencoba menghubungi sahabatnya, Rika. Gadis itu yang mengajaknya untuk tinggal di kota ini dan menyarankan untuk melamar di perusahaan X.
“Halo, Rika! Aku ada kabar baik!” Audi langsung berteriak ketika Rika mengangkat telepon.
“Apa, Audi? Kamu dapat apa?” suara Rika penuh dengan rasa penasaran.
“Aku dapat pekerjaan! Aku diterima!” seru Audi, tak dapat menahan kegembiraannya.
“Gila! Serius? Selamat, Say!” seru Rika sambil tertawa. “Kita harus merayakan ini! Ayo kita makan malam di luar!”
“Sayangnya, isi lemari esku cuma air dan mie instan,” Audi tertawa. “Nanti lah, ya? Aku masih bersih-bersih di sini.”
“Ah, jangan begitu! Hari ini perlu dirayakan. Ini minggu yang spesial! Keluarlah, kita pergi makan. Aku traktir!” Rika bersikeras. Audi terdiam sejenak. Dia memang ingin merayakan, tetapi dia juga merasa harus menyelesaikan bersih-bersih kontrakannya.
“Tunggu, Rika. Biar aku pikirkan sebentar,” Audi menjawab sambil melihat sekeliling rumah kecilnya. Debu-debu yang menempel di lantai berbicara banyak, dan cahaya sore yang menyinari ruangan membuatnya ingin lebih sejenak menikmati momen ini.
“Jangan terlalu lama, ya? Aku akan jemput kamu dalam setengah jam!” Rika berkata tegas sebelum menutup telepon.
Audi mendapati senyum di wajahnya. “Ya, ya, aku mengerti!” Dia pun bergegas menyelesaikan pekerjaannya.
Tak lama, Audi mendengar ketukan di pintu. Kaget, dia berdiri dan membuka pintu. Di depan pintu, seorang wanita paruh baya berdiri dengan senyum lebar.
“Halo, Nak. Aku Tetangga di sebelah. Dua rumah dari sini. Kebetulan tadi melihat rumah ini sudah ada penghuninya. Jadi sekalian mampir. Namaku Bu Dewi. Selamat datang, semoga kamu betah, Nak,” ucapnya ramah.
“Terima kasih, Bu Dewi! Nama saya Audi. Senang bertemu dengan Anda!” Audi membalas sambil merasa hangat mendengar sambutan itu.
“Wah, baru banget pindah ya? Butuh bantuan?” pertanyaan Bu Dewi terlihat tulus.
Audi menggeleng. “Ah, tidak perlu, Bu. Saya sendiri sudah cukup. Hanya bersih-bersih sedikit.”
“Kalau butuh apa-apa, jangan ragu untuk meminta bantuan. Di sini kita selalu saling membantu.” Bu Dewi berkata sambil memberikan senyuman hangat.
“Terima kasih, Bu Dewi. Itu sangat berarti bagi saya,” Audi menjawab. Dia merasa lega mendapatkan tetangga yang baik hatinya.
“Kalau gitu, aku pamit dulu ya. Nanti aku ajak kamu ke pasar, biar tahu tempatnya. Semoga betah di sini!” Bu Dewi melambaikan tangan sebelum berjalan pergi.
Audi menutup pintu, berlalu dari ketukan kecil yang hangat. Dia tersenyum. Sekarang semuanya terasa lebih baik. Dalam beberapa jam ke depan, dia akan merayakan pekerjaan barunya dan merangkul arti dari kehidupan baru ini.
***
Audi siap-siap dengan beberapa potong pakaian yang dipilihnya secara cepat, berharap itu sudah cukup untuk berjalan-jalan. Dia menghabiskan waktu hanya untuk memastikan penampilannya rapi meski dia tidak memiliki banyak pilihan. Dia mendengar suara rintik hujan di langit. “Oh tidak, tidak sekarang,” Audi menatap langit dengan wajah cemas.
Pikirannya kembali melayang pada pekerjaannya. “Ini pekerjaan impian,” bisiknya dalam hati. “Aku tidak boleh terpengaruh hujan.” Audi mempercepat langkahnya ke luar.
Belum lama Audi keluar, Rika sudah menunggu di depan kontrakan dengan mobilnya.
“Lama sekali!” Rika merengut, “Ayo cepat! Kita harus pergi sebelum hujan semakin deras!”
“Aku tahu, aku tahu. Maaf, sedikit terlambat,” Audi mengiyakan sambil melipat jaketnya.
“Apa kamu sudah siap?” Rika bertanya, memperhatikan raut wajah Audi.
“Aku belum percaya kalau aku dapat kerjaan itu,” jawab Audi. Dia tersenyum lebar.
“Jadi kamu sudah siap bersenang-senang?” Rika mendekati Audi dan menepuk bahunya.
“Iya, aku siap! Mari kita pergi!”
Audi melompat masuk ke dalam mobil. Hujan mulai turun, tetapi semangatnya tidak padam. Mereka meluncur menuju restoran favorit mereka di pinggir kota. Sepanjang perjalanan dengan diiringi riuhnya hujan, mereka berbicara tentang impian dan masa depan.
“Jadi apa rencanamu selanjutnya?” Rika bertanya, sambil menghindari genangan air di jalan.
“Aku berharap bisa melakukan yang terbaik di pekerjaan ini. Dan mungkin …,” Audi berhenti sejenak, “Mungkin bisa membeli sepatu baru! Satu setidaknya, untuk tampil lebih profesional!”
“Ha-ha! Itu dia!” Rika tertawa. “Kamu pantas mendapatkan lebih dari itu! Semoga dengan pekerjaan ini kamu bisa upgrade kehidupanmu!”
Audi merasakan rasa haru di hatinya. “Terima kasih, Rika. Berkah terbesar adalah punya sahabat sepertimu.”
Rika juga merupakan sahabatnya saat kuliah. Gadis itu juga mengenal Bimo dan Rani. Audi telah menceritakan semuanya, sehingga dia menawarkan untuk pindah ke kota ini.
Saat mobil mereka terparkir, Audi melihat ke arah restoran dan merasa semangatnya semakin mekar. “Aku tidak sabar untuk memesan makanan! Ini harus menjadi malam yang spesial!”
“Ya sudah, ayo!” Rika mengulurkan tangan dan tiba-tiba hujan berhenti.
Audi melangkah cepat ke pintu restoran, dan seakan suasana menyambutnya dengan hangat. Sisa hujan yang menetes di atap restoran memberikan suara musik yang indah. “Ini adalah awal yang baik untuk hidupku,” pikir Audi seraya membayangkan semua harapan dan impian yang menanti di depan.
Hidupnya mungkin akan lebih penuh tantangan ke depan, tetapi Audi tahu satu hal pasti: dia akan menjalani semua itu dengan semangat, langkah terang, dan tetap bersyukur pada setiap langkah yang dia ambil.
"Semoga ini awal yang baik. Aku harus bisa lepas dari bayangan masa lalu," gumam Audi dalam hatinya.
semoga ending audi sm daniel😘
tlg y kebanyakan novel istri minggat gr2 suami pst balikan lg klo ni tlg y bubarin mrk
krn q dah skt ht bett sm si bimo
🤣🤣🤣