Mengandung Benih Pria Beristri

Wanita itu tertegun dengan cukup lama, seolah sosok David muncul kembali di benaknya, penuh luka dan harapan yang seolah tak terbalas. Seberapa sabar memang, David selalu ada di samping nya meski berbagai kesulitan dan tuntutan soal anak yang mengemuka, kenangan dalam hidupnya seolah berputar di mana David tetap mendukung karir nya meski pria itu mengatakan jika dia lebih suka Flora menjadi ibu rumah tangga saja. Namun profesi menjadi model adalah cita- citanya dari kecil bahkan sebelum bertemu dengan David, dunia modeling adalah impiannya yang paling besar. Flora lebih rela menukarkan rumah tangga nya daripada harus kehilangan karirnya itu. Bagi flora, di sini tetap David yang bersalah, pria itu jelas- jelas berselingkuh di belakang nya.

"Dia tidak pernah mengeluh bahkan ketika semua itu terjadi. " Zergan melanjutkan, memecah keheningan yang merayap di antara mereka juga lamunan flora beberapa saat lalu. "Apa kau pernah berpikir, bagaimana keinginan nya, mungkin saja dia hanya ingin memiliki keturunan darimu Flo, tapi kau tidak memberikan pilihan lain padanya dan di satu sisi ada orang tuanya yang terus menuntut keturunan dari nya karena dia adalah pewaris tunggal. " Zergan berusaha membuka mata hati flora agar wanita itu menyadari kesalahannya.

Tapi Flora malah menggeleng, air mata kembali bergulir di pipi nya. "Tapi... tetap saja ini salahnya kan? bagaimana pun kita ini suami- istri, dia seharusnya lebih terbuka padaku, dan yang paling penting dia seharusnya lebih berjuang untuk ku! bukannya menyerah begitu saja kan? " teriak Flora dengan emosi yang campur aduk di dalam nya.

Khawatir Flora akan mengamuk lagi seperti tadi, Zergan dengan cepat membawa tubuh wanita itu dalam pelukannya, menepuk-nepuk bahu Flora pelan untuk menenangkan nya. Zergan memilih bungkam, ia tahu saat ini nasihat apapun yang dia berikan tidak akan menyentuh hati Flora, jadi untuk saat ini hanya ini yang bisa dia lakukan, Zergan berencana untuk menemui David dan mendengar cerita dari versi pria itu. Karena bagaimana pun dia juga terlibat dalam masalah ini sebab David memiliki janji padanya yang malah pria itu ingkari.

Di sisi lain, David berdiri merenung di dekat jendela, matanya menatap lurus ke luar yang mana ia sedang memperhatikan citra yang menarik koper nya di luar, tidak seperti tadi wanita itu memakai baju yang ia pakai sebelumnya. Semua pakaian yang sudah robek dan barang- barangnya yang rusak dia masukkan kembali ke dalam koper dan membawanya, malam ini detik juga setelah David memberikan titah, citra akhirnya angkat kaki dan pergi meninggalkan rumah ini.

Kedua telapak tangan David di saku celananya terasa mendingin, tatapannya tak berpindah dari citra yang sedang menuruni tangga satu persatu. Hatinya terasa kosong, dan pikirannya di penuhi dengan kilasan momen bersama citra.

"Jadi ini akhirnya keputusan yang kau pilih. " gumam David wajahnya terlihat getir.

"Padahal aku ingin mengatakan padamu untuk sedikit bersabar, " ujarnya lagi dengan sebelah tangannya mengenggam surat perceraian atas nama dirinya dan Flora.

"Apa kau pikir hubungan ku dengan Flora layaknya hubungan suami- istri pada umumnya? kau salah citra, pernikahan ini tak lebih dari sebuah ambisi saja dan hubungan ku dengan Flora tak lebih seperti hubungan simbiosis mutualisme. "

David berbicara seolah-olah sedang mengobrol dengan citra saat ini padahal yang dia lihat hanya lah bayangannya saja. Mungkin citra berpikir dia adalah orang ketiga yang membuat pernikahannya dengan Flora renggang padahal jauh sebelum itu David sudah memikirkan waktu yang tepat untuk berpisah dengan wanita itu.

Apakah citra tidak berpikir disaat dia rela masuk ke dalam agama gadis itu, detik itu juga dia hanya menganggap citra lah yang menjadi istri sah nya. Dan dia bersiap untuk berpisah dengan Flora juga berniat menjadikan citra satu- satunya.

Karena sebenarnya Flora pun sudah memiliki laki-laki yang tulus mencinta nya yang bahkan tidak di sadari oleh wanita itu.

Drrrt! drrrt! tiba-tiba ponselnya berbunyi, tertera nama Zergan di sana. David tersenyum sinis, baru juga memikirkan nya sebentar, pria itu sudah langsung menghubungi nya.

"Ya." David mengangkat telepon.

(" kita perlu bertemu David. " suara zergan di ujung telepon, di susul dengan suara tangis yang David kenali. David sudah menebak Zergan sedang bersama Flora saat ini.

"Baiklah, di privat room resort Anggrek, seperti biasa. " balas David singkat lalu memutus sambungan terlebih dahulu tanpa mengizinkan Zergan untuk berbicara lagi.

Saat David menutup telepon, bayangan citra sudah tidak ada lagi di luar, gadis itu sudah benar-benar pergi, seperti ucapannya malam ini juga tanpa menunggu lagi.

David lalu memanggil Marlon yang sejam lalu ia panggil lagi kesini.

"Marlon! "

"Ya tuan! " sang asisten cekatan yang selalu dapat di andalkan itu langsung menghadap dengan hanya satu panggilan.

"Kau utus dua orang untuk mengikuti citra dari jauh. Ikuti dia tanpa membuat nya curiga."

Dahi Marlon mengkerut, bukannya tidak tahu tentang apa yang terjadi antara sang tuan dengan citra beberapa jam yang lalu makanya dia heran dengan perintah yang baru saja David ucapkan itu.

"Kenapa tuan meminta ku mengutus orang untuk mengikuti nona citra? " gumam heran Marlon dalam hatinya, lantas ia mengangguk- angguk setelah menyimpulkan jawabannya.

"Aaa aku tau ... Tuan, sebenarnya kau enggak rela kan nona citra pergi makanya meminta ku untuk mengutus orang agar menjaga nona di luar sana. "

Melihat Marlon yang malah bengong, lantas menimbulkan kekesalan di wajah David. "Tunggu apalagi Marlon, kenapa kau malah diam?! "

Marlon yang tersadar lantas menunduk. "Maafkan saya tuan. Tapi apa alasannya tuan mengutus orang untuk mengikuti nona citra? "

"Perlukah aku melaporkan alasannya padamu? " desis David tajam.

"Ck, bilang saja anda khawatir pada nona. "

Ucap Marlon namun hanya berani ia katakan di dalam hati nya.

"Kau menunggu hingga gajimu di potong?! " ucapan bernada ancaman itu sontak membuat Marlon langsung siaga.

"Baik tuan, laksanakan! " ujar nya langsung berbalik pergi dan menjalankan perintah.

Di sisi lain Zergan sudah menunggu kedatangan David di tempat yang pria itu katakan. Dia hanya perlu menunggu beberapa menit karena setelah ya David datang dengan setelan baju casual.

"Kita perlu bicara serius, David, " ujar zergan begitu David menduduki kursi kosong di samping nya.

"Katakanlah, " kata David santai. Dari raut wajahnya seolah sudah bisa menebak apa yang ingin Zergan katakan.

"Apa benar kau berselingkuh di belakang Flora? " pertanyaan zergan begitu to the point dan lugas namun David masih menanggapinya dengan santai, setelah dia menyeruput kopi yang sudah di pesan zergan sebelumnya barulah pria itu membuka mulut.

"Dan kau percaya begitu saja? "

Zergan terhenyak, ke sepuluh jarinya saling terkait satu sama lain. "Sebenarnya tidak... aku percaya kau bukan laki-laki yang seperti itu. Tapi hari ini aku melihat Flora menangis terisak- terisak bahkan melukai dirinya lagi. "

Lalu zergan bergeming sejenak.

"Bukankah kau sudah berjanji padaku untuk tidak meninggalkan nya dan jangan membuat nya sampai menangis, tapi hari ini kau melanggar nya. "

"Aku tidak melanggar nya, " kata David dengan santai. "Aku hanya berjanji untuk tidak meninggalkan nya dan sudah ku tepati hingga detik ini. "

Lalu David terkekeh pelan. "Tidak kah kau tahu? jika bukan karena hutang budi ku padamu selama ini, sudah ku tinggalkan dia sejak dulu. "

*****