" Maaf Al, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita ini."
Sakit hati Alna, tiba-tiba diputuskan oleh sang tunangan yang merupakan seorang tentara. Tanpa ada alasan yang jelas, hubungan yang sudah berjalan 3 tahun itu pupus begitu saja.
Sebenarnya Alna bukan lah korban "Hallo Dek!", karena dia juga merupakan seorang tentara. Ia dan Bimo berada di kesatuan yang sama.
Untuk mengobati sakit hatinya, Alna mengusulkan dirinya sendiri untuk pergi melakukan tugas sebagai seorang dokter di sarang mafia besar yang disinyalir mendanai perang. Tapi siapa sangka sang mafia malah jatuh cinta kepada Alna.
" Aku akan terus mengejarmu meskipun kau menolak ku. Aku bahkan rela membuang semua ini asalkan kau mau menerimaku." Ahmed Yusuf Subrata.
" Tapi aku adalah orang yang ingin menangkap mu." Alna Gyantika Kalingga
Bagaimana kisah cinta Mayor Alna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentara dan Mafia 34
Drtzzz
" Hallo Bos."
" Hmm, ada Ted?"
" Norman ingin bertemu dengan Anda."
Tanpa dia ingin bertemu pun, Yusuf memang ingin menemuinya karena dia membutuhkan nama. Sebuah nama yang merupakan dalang dibalik semua yang terjadi.
" Oke, aku memang akan kesana."
Yusuf lebih dulu menuju ke kamar Alna. Ia berjalan mendekat lalu berbisik. " Aku pergi sebentar ya, nanti aku akan menemui mu lagi."
Seperti itulah yang dibisikkan oleh Yusuf. Pria itu tersenyum kemudian keluar dengan perlahan dari kamar Alna.
" Apaan sih?" gumam Alna lirih. Rupanya dia sudah bangun sedari tadi, bahkan sebelum Yusuf pergi.
Alna sungguh tidak mengerti dengan sikap pria itu. Tapi saat ini itu bukan hal yang perlu ia pikirkan.
Kepergian Yusuf tentu membuat dirinya memiliki sebuah kesempatan. Yakni, dia bisa mengakses ruang kerja dari pria itu. Ia yakin akan banyak informasi yang didapat di sana. Tapi ada PR yang harus ia selesaikan lebih dulu, yakni kamera pengawas. Dia tidak boleh masuk ke dalam kamera jika ingin bergerak dengan aman.
Alna lalu turun dari tempat tidur dan berjalan keluar. Dia sengaja bertelanjang kaki agar tidak membuat suara. Matanya terus melihat ke semua arah.
Ternyata dalam mansion tersebut tidak semua sisi memiliki kamera pengawas. Dan entah itu sebuah keberuntungan atau kebetulan semata, bahwa depan ruang kerja Yusuf pun tidak dipasang kamera pengawas.
" Tapi masa iya sih nggak ada. Aku nggak boleh terkecoh. Pas di kantor itu kelihatannya nggak ada tapi ternyata ada juga."
Alna bergumam lirih. Dia tidak boleh gegabah. Maka dari itu Alna memastikannya sekali lagi agar dia bisa bergerak dengan bebas.
" Nah kayaknya sekarang aman deh."
Alna merasa yakin, maka dari itu dia masuk dengan begitu santai ke ruangan Yusuf. Sebenarnya Alna sudah membuat rencana cadangan. Jika dia ketahuan, tinggal bilang saja kalau dia mencari Yusuf untuk melakukan pemeriksaan rutin. Ya itu lah yang dia rencanakan dalam kepalanya.
Srak srak
Dugh dugh
Alna mencoba mencari apa saja yang ia bisa jadikan bukti. Muali dari buku, dan file-file yang sudah berada dalam amplop-amplop besar.
Merasa tidak menemukan apapun, Alna menuju ke laptop yang ada di meja Yusuf. Dia membuka lalu menyalakannya. Lagi-lagi dia sepeti mendapat keberuntungan karena laptop itu pun tidak dikunci. Dan yang lebih mengagetkan lagi adalah, email yang tidak di log out sehingga Alna bisa membaca semuanya.
" Bentar-bentar, kok kayak gampang banget sih ini. Kayak semuanya serba gampang aja. Ah mbuh lah, bodo amat."
Alna mengabaikan kecurigaannya, ia terus saja mencari apa yang dia butuhkan. Ada beberapa informasi memang tentang permintaan pembelian senjata dan juga pengawalan. Namun dia sama sekai tidak menemukan tentang bantuan dana untuk perang.
Alna masih terus mencari hingga di 3 tahun terakhir. Disana sungguh tidak ada apa-apa. Laporan yang ia baca juga tidak ada yang menyebutkan tentang dana itu.
" Duuuh, nggak ada apapun. Ini cuma kerjaan mafia kayak biasa. Persis seperti yang dilakukan Nenek dulu."
Alna mengusap wajahnya kasar. Dia mengcopy beberapa data yang dibutuhkan sebagai sarana untuk melapor. Setelah selesai, Alna segera kembali ke kamarnya. Tentunya setelah ia mengembalikan semuanya ke posisinya semula agar tida ketahuan.
" Duuuh lucu sekali sih, sungguh menggemaskan melihat wajahnya yang kebingungan seperti itu."
Yusuf yang saat ini ada di markas nampak menikmati apa yang dia lihat. Memang di ruang kerjanya yang berada di mansion sama sekali tidak ada kamera pengawas. Namun Yusuf menempatkan sebuah kamera kecil dimana tidak ada seorangpun yang tahu termasuk Ted dan Gly. Dan saat ini dia sedang menyaksikan apa yang tengah Alna lakukan.
" B-bos. Euuuughhh."
Suara Norman yang kesakitan membuat kegiatan menyenangkan Yusuf terganggu. Yusuf memang tengah tertawa senang tadi, namun saat ini ekspresinya berubah kesal saat mendengar suara Norman.
Tep!
Yusuf semakin keras menakan kakinya ke bawah. Ya saat ini dia sedang menginjak kepala Norman. Itu semua karena sedari tadi orang itu tak kunjung juga bicara. Padahal suasana hati Yusuf saat ini sedang baik karena melihat tingkah Alna yang menurutnya sangat menggemaskan.
" Ampun ampun, katakan dulu siapa yang bergerak dibelakang mu. Duh, dia sangat lucu. Untung tadi aku sudah hapus pesan ke Twin K buat mencari si Bimo itu. Kalau tidak, dia nanti tahu kalau aku menguping. Heh, cepat katakan siapa yang menyuruhmu. Kalau kau jujur, maka aku akan membuatmu mati lebih cepat dan tidak sakit."
Gluph!
Norman yang berada di bawah kaki Yusuf saat ini sungguh ketakutan. Sebenarnya ini sangat lucu. Mengapa lucu? Kemarin dia sok sekali berani dengan Yusuf, dan mengata-ngatai bosnya itu. Tapi saat ini dia ketakutan setengah mati.
" Sa-saya akan bicara Bos. Saya akan mengatakannya. Dia adalah Nigrum Venator, dia lah yang ada di balik semua ini Bos."
" Termasuk tentang pendanaan perang?"
Norman mengangguk. Yusuf langsung menarik kakinya. Ia juga menyuruh Ted dan Gly untuk mendudukkan Norman di kursi.
Untuk informasi saat ini Norman sama sekali tidak bisa menggerakkan kaki dan tangannya. Sebuah racun yang Yusuf beli dari Magna Abor yakni klan mafia dari Benua Merah. lan tersebut terkenal membuat racun yang beragam. Dan Yusuf memang membelinya untuk persiapan.
" Hmmm jadi begitu, Fernando Hosee. Ternyata dia yang ingin jadi penguasa. Ternyata ambisinya itu masih terus ada ya. Huuh, jadi bagaimana ini aku membuktikan kalau aku tidak bersalah. Berarti ini kunyuk tidak boleh mati dulu. Ted, beri dia penawar dulu Ted. Paling tidak tangannya harus bisa kembali lagi bergerak. Setelah itu beri dia tempat istirahat. Jadikan satu sama Lois, biar mudah mengurusnya."
" Baik."
Fyuuuuh
Yusuf bernafas lega. Akhirnya dia tahu siapa orang yang telah memfitnahnya. Kini dia tinggal mencari bukti untuk ditunjukan kepada Alna. Tapi dengan begitu dia juga harus mengaku kepada Alna bahwa dia sudah mengetahui identitasnya.
" Ehmmm agak berat ini sepertinya. Aah iya, aku harus mulai dari itu dulu. Pertama itu terus kedua itu. Iya sepertinya begitu saja dulu."
Yusuf yakin bahwa dia memang harus segera berkata jujur bahwa dia bukanlah orang yang melakukan hal yang dituduhkan. Dengan begitu, ia bisa membersihkan namanya. Ia juga bisa membantu untuk mencari tahu siapa pelaku yang sebenarnya.
" Nah ini juga PR nya, apakah orang itu Fernando, atau ada orang lain lagi. Aduh aku lupa dengan Alendro. Orang itu juga harus segera dibereskan agar tidak terlalu banyak membuat ulah. Ughh, aku merindukan Alna."
TBC
Untuk Bimo dan Mila semoga kalian juga mendapatkan kebahagiaan walaupun sudah tidak bersama...
ya memang bner sih kl jd Bimo mnding cerai drpd dpt istri perawan rasa janda. mnding dpt janda sekalian saja kn jelas statusnya.
bhkan smp sekarang mila gk berani tu mengakui anaknya.
pasti akan heboh kalau dah waktunya cerai
terharu dgn ucapan Yusuf bab akhir 🥹
benar an mau tinggal di indo dah gitu doang Thor ga ada tantangan kehidupan mafia ,,apa kehidupan akan mafia akan berlanjut ke anak"mreka