Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergilah Dari Kehidupanku!
Ketika Lion terbangun pagi ini, dia kembali dikejutkan dengan seseorang yang memeluknya dengan erat. Harum shampo dari rambut Airin yang bersandar di dadanya. Entah karena mengantuk atau belum sepenuhnya sadar, Lion mengecup kepala Airin yang berada di dadanya. Menghirup aroma shampo yang membuatnya tenang.
Airin mengerutkan keningnya saat dia mulai terganggu dengan sebuah pergerakan di kepalanya, ketika dia mendongak, Airin terkejut saat menyadari apa yang dilakukan oleh suaminya.
Menyadari istrinya sudah terbangun, Lion langsung mendorong tubuhnya. Airin terkejut, dia hampir saja terjatuh dari tempat tidur jika tidak cepat berpegangan dan menyeimbangkan diri.
"Kau masih berani tidur dengan memelukku, setelah kau berani menurunkan foto Vei"
Airin menunduk dengan takut, bahkan tangannya langsung meremas piyama tidur yang dia pakai. "Maaf, aku sudah mengganti semuanya seperti semula. Tadi, aku menurunkan foto itu, karena Yulita datang kesini. Aku takut dia curiga atas pernikahan ini. Aku tidak mau membuatnya cemas"
Lion tidak menjawab, dia langsung turun dari atas tempat tidur. Berdiri membelakangi Airin. "Jangan berharap lebih dengan pernikahan ini. Jika kau tidak siap terus bersamaku, sebaiknya menyerah mulai sekarang, dan pergi dari kehidupanku. Karena melihat wajahmu, hanya membuatku marah"
Airin mendongak dan menatap punggung lebar suaminya yang perlahan menjauh dan menghilang di balik pintu ruang ganti. Air mata Airin perlahan meluncur bebas di pipinya tanpa bisa dia cegah lagi. Ucapan suaminya menyakiti hatinya, meski bukan yang pertama kali, tapi dadanya tetap terasa sesak.
"Bahkan dia inginkan aku pergi dari hidupnya... Hiks.. Ya Tuhan, apa harus sesakit ini memperjuangkan pernikahan ini. Memperjuangkan cinta suamiku"
Airin menangis sambil memukul dadanya sendiri. Rasa sesak yang sulit sekali dia sembuhkan, hatinya terluka dan begitu sakit. Bahkan isak tangisnya semakin keras, kali ini lebih menyakitkan ketika dia mendengar sendiri jika suaminya menginginkan dia pergi dari kehidupannya.
"Hiks.. Tuhan sakit sekali.. Hiks"
Di dalam kamar mandi, Lion berendam di dalam bak mandi. Memejamkan mata dengan kepala bersandar pada pinggir bak mandi. Pikirannya melayang pada kejadian 4 tahun lalu, dimana dia sudah menyiapkan pernikahan yang paling dia impikan bersama perempuan yang dia cintai. Tapi, satu minggu sebelum acara pernikahan itu, tiba-tiba Verina menghilang dan sebuah surat ada ditangannya.
Diputuskan lewat surat, dan sampai sekarang Lion tidak pernah lupa dengan hari itu. Namun, dia masih belum bisa melupakan perempuan yang bersama dengannya selama 3 tahun lamanya. Perempuan yang Lion anggap sebagai perempuan yang akan menjadi pendamping hidupnya. Namun, semua harapan dan mimpinya hancur. Bahkan, jika dia yang menikah saat itu, mungkin yang menjadi pemimpin utama dari Perusahaan Demitri adalah Lion, bukan Chris.
Tapi, Lion tidak lagi memikirkan tentang Perusahaan utama. Dia hanya sibuk menjadi diri yang tertutup dan membuat hatinya membeku. Dia tidak ingin membuka hati untuk perempuan mana pun. Dan akhirnya, perjodohan ini terjadi.
Hari pertama pertemuan mereka, bahkan Lion sudah malas untuk pergi. Tapi karena Ayahnya terus memaksa, hingga akhirnya dia terpaksa datang.
Ketika dia melihat seorang perempuan yang duduk di meja ujung di ruangan ini. Perempuan dengan rambut panjang dan kacamata baca yang bertengger di hidungnya. Dia sedang membaca sebuah buku ditangannya. Sama sekali belum menyadari kehadirannya.
Jantungnya seakan berhenti berdetak, melihat perempuan yang sangat mirip dengan perempuan di masa lalunya. Setelah 3 tahun lamanya, dia seolah menemukan kembali sosok perempuan yang sama.
"Vei?"
Lion menggelengkan kepalanya, dia perlahan melangkah menuju meja itu. Ketika sampai di depan perempuan itu, jantungnya tidak berhenti berdebar. Ada sebuah debaran aneh, seperti debaran rindu. Mungkin karena perasaan rindunya pada sosok perempuan di masa lalu.
Airin mendongak, dia baru menyadari kehadiran pria yang akan dijodohkan dengannya. Saat dia melihat wajah tampan Lion dengan sebuah kacamata hitam yang dia pakai, dada Airin langsung berdetak kencang. Dia berdiri tanpa sadar dengan tatapan terpesona pada pria tinggi tegap di depannya.
Lion juga menatapnya tanpa berkedip di balik kacamata hitamnya. Dia benar-benar mirip Vei. Tapi kenapa dia bisa berada disini?
"Tu-tuan?"
Lion mengerjap kaget, dia mengangkat satu alisnya. Mengembalikan semua kesadarannya dan pikirannya yang tiba-tiba melayang. Lion membuka kacamata hitamnya, dan seketika tatapan matanya bertemu dengan mata hitam bulat seperti mata barbie itu. Bola mata yang besar dengan bulu mata yang lentik, benar-benar mengingatkan Lion pada Vei.
Namun, seketika dia tersadar jika perempuan di depannya bukanlah Vei, tatkala dia melihat sebuah tahi lalat di sudut matanya. Dan dari tinggi badan gadis ini, jelas cukup berbeda dengan Vei yang tinggi semampai, sementara perempuan di depannya memiliki tubuh yang bisa disebut mungil.
"Kau?" Lion bahkan lupa dengan nama perempuan yang akan dijodohkan dengannya, pada Ibunya sudah berapa kali menyebutkan namanya. "Aku lupa namamu. Siapa namamu?"
Airin tersenyum, dia masih merasa tidak percaya akan bertemu dengan pria setampan ini. "Airin, Tuan. Bisa panggil Airin atau Ririn saja"
Lion hanya mengangkat satu alisnya, lau dia menarik kursi dan duduk di depan Airin. "Oke, aku langsung saja pada intinya. Aku tidak bisa menerima perjodohan ini"
Airin terdiam dengan terkejut, dia membuka kacamatanya dan sedikit mengedipkan mata beberapa kali. Airin menatapnya dengan tidak percaya akan ucapannya.
"Ah, kita bisa saling mengenal dulu sebagai teman. Lagian Papa bilang juga kita bisa mengenal sebagai teman saja dulu"
Tentu saja Airin tidak akan menyerah begitu saja dengan pria setampan Lionard. Dia langsung jatuh cinta sejak pandangan pertama.
"Aku tidak bisa hanya sekedar menjadi temanmu! Sebaiknya kau menyerah sejak sekarang"
*
Dan seharusnya Airin menyerah saja sejak pertemuan pertama. Namun, dia malah terus berjuang dan berharap akan ada sebuah harapan bisa bersama dengannya.
"Seandainya sejak itu aku menyerah, mungkin tidak akan seperti ini. Tapi, sekarang untuk menyerah, sudah tidak mungkin"
Airin mengusap air mata yang lolos begitu saja. Mengingat tentang bayangan pertemuan pertama dengan suaminya. Hal yang cukup mendebarkan dadanya. Bahkan sampai sekarang bisa bersama dengan suaminya, selalu membuatnya berdebar.
Airin menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga suaminya. Hari ini dia akan kembali bekerja, meski tangannya masih di perban dan dadanya juga. Tapi lukanya sudah tidak separah itu.
Saat kembali ke dalam kamar, Airin melihat suaminya sedang memasang dasi dengan mematut dirinya di depan cermin. Airin langsung menghampirinya tanpa banyak bicara. Dia menarik dasi di leher suaminya, membuat Lion terkejut. Tubuhnya langsung menoleh padanya.
Tidak sengaja mata mereka saling bertatapan. Debaran di dadanya membuat Lion terdiam. Jantungnya bahkan berdetak kencang.
"Berikan aku waktu sampai satu tahun pernikahan kita. Jika memang kamu tidak bisa mencintaiku, maka aku akan benar-benar pergi. Setidaknya aku bisa kembali pada Papaku dengan pernikahan satu tahun yang gagal. Jika sekarang, aku belum siap kembali pada Papa dengan pernikahan yang baru berjalan beberapa minggu"
Lion terdiam, cukup terkejut dengan ucapan Airin. Tidak menyangka jika Airin akan mengatakan itu.
Bersambung
verina sudah sembuh yg di cari briyan,,mungkin selama ini si bryan yg slalu membantu dan slalu berada di samping verina sehingga nyaman bersama bryan....Airin dan verina sehat sehat berdua...semoga secepatnya di ketahui oleh ayah dan ibunya bahwa mereka saudara kembar...
is ok lah demi cinta habis itu pergi jauhhhhh SE jauh jauhnya ya Airin cari kehidupan baru move on