Leon salah satu pewaris perusahaan terbesar di Eropa. Bertemu dengan Pamela gadis sederhana yang berkerja sebagai pelayan bar. Leon menikahi Pamela karena ingin membuat mantan kekasihnya cemburu akibat meninggalkannya pergi bersama seorang pengusaha muda pesaingnya. Pamela menerima tawaran yang diberikan oleh Leon, ia pun memanfaatkan situasi untuk menukarnya dengan uang yang akan digunakan sebagai biaya pengobatan neneknya.
Sejak awal menikah Pamela tidak pernah mendapat simpatik, kasih sayang bahkan cinta dari Leon. Pria itu pergi pagi dan pulang malam hari, Leon hanya menjadikannya wanita pelampiasan. Pamela yang memang memiliki perasaan pada Leon memilih bertahan di satu sisi ia memerlukan uang Leon untuk pengobatan neneknya, batin serta raganya kerap menangis di saat suaminya tidak ada di rumah
Simak kelanjutannya dalam Novel
Penyesalan Suami : Forgive Me My Wife
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 - RASA FRUSTASI
BAB 6
Pamela duduk menunduk di atas lantai, mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya tanpa tangis karena percuma mengeluarkan air mata, suaminya tak memiliki rasa iba sedikit pun.
“Leon kamu benar-benar keterlaluan”, kata-kata itu hanya bisa tertahan di bibir. Pamela tidak ingin suaminya menghentikan aliran dan yang selalu masuk ke rekeningnya, karena hanya itulah sumber hidup bagi Pamela yang membantu sang nenek.
Leon berjongkok mensejajarkan diri, mengapit kedua pipi istrinya dengan satu tangan sehingga pandangan keduanya bertemu, “Kenapa kau keluar dari apartemen?”, ucap Leon dingin menunggu jawaban dari istrinya yang hanya bungkam sedari tadi. “APA KAU BISU?”, teriaknya lalu menghempas kasar pipi sang istri dan mencengkram kuat kedua bahu Pamela, “JAWAB PAMELA GERARD”.
“Tu-tuan, a-aku hanya mencari udara segar”, lirihnya.
“Apa?, udara segar? Kau pikir apartemen ini kotor sampai harus keluar mencari udara segar”. Leon terus menatap tajam istrinya, “Masih berbohong, wanita semua sama. Termasuk dirimu Pamela”, seru Leon.
“Maaf tuan, aku salah”, Pamela hanya menunduk, ia siap menerima apa yang akan dilakukan suaminya ini.
“Apa peraturan di kontrak tidak jelas? Kau tidak bisa membaca?, bodoh”, Leon tidak suka siapapun melanggar aturannya apalagi istrinya ini pergi dengan Dylan. “Berani sekali dia menemui pria brengsek itu”, pikirnya.
“BERDIRI”, perintah suami kejamnya ini.
Leon pun membawa istrinya menuju ruang kerja, tak melepas atau melonggarkan ikatan di tangan. Tidak peduli pada wanita yang kesulitan berjalan mengikuti lebarnya langkah kaki Leon.
“Tuan bisa pelan sedikit, aku tidak bisa mengikuti langkah.....”, Pamela terdiam mendapat tatapan mata Leon semakin tajam padanya.
Membuka pintu sedikit kasar, Leon langsung mendorong Pamela hingga tubuh wanitanya terjatuh pada sofa, “Ahh”, Pamela terpekik.
Menindih tubuh istrinya dan mencumbu lembut kedua bibir tipis Pamela, “Katakan siapa pemilik mu?”, tanya Leon dengan napas memburu dan kedua hidung mereka menempel.
“Aku Pamela milik Leonard dan hanya Leon seorang”, cicitnya. Apa kata-kata itu dari hatinya? Bukan jelas bukan. Kalimat itu tercatat dalam perjanjian yang Leon buat dan Pamela menghapal isi kontrak itu walau berlembar-lembar banyaknya.
Leon kembali mengecup mesra bibir tipis di depannya, tentu saja ini bukan hal baru dan Pamela yang sedikit terbuai berusaha keras untuk tidak masuk ke dalam permainan Leon. “Ah, Le-Leon”, d-e-sa-h-an yang begitu merdu di telinga Leon. Pamela terus berusaha menahan diri, karena sentuhan Leon memancing dirinya untuk semakin menginginkan lebih.
Namun gagal, lenguhan selalu lolos dari bibir mungilnya. Leon bahkan melepas dress yang melekat pada kulit lembut Pamela, menyentuh penuh kelembutan serta puja, menciumi setiap jengkal wanitanya. Memberi tanda kepemilikan dimana-mana, menyatakan jika hanya Leon pemiliknya seorang. “Le-Leon, ahh”, Leon berhenti sesaat menatap wajah cantik yang tergolek indah di sofa , menyunggingkan senyum licik di bibirnya.
Semakin Pamela merespon sentuhan semakin liar pula pria tak berperasaan ini. “Jangan beranjak dari sini”, Leon keluar ruangan mengambil sesuatu, dan Pamela hanya bisa berbaring dengan tangan terikat.
“Tidak lama bukan?”, senyum Leon mematikan, Pamela tahu itu tapi ia tetap terbuai akan permainan Leon yang sangat lembut.
Pria ini kembali mendekati sang istri, dengan batu es pada bibir, memberi sensasi dingin. Ruangan kerja ini pun dipenuhi suara merdu dari Pamela yang mengalun indah di telinga Leon.
“Kau menikmatinya?”, tanya Leon datar, mencium bibir wanitanya singkat.
Mengambil batu es dalam gelas kristal dan mengapitnya dengan bibir yang selalu mengeluarkan kata-kata seperti anak panah.
“Stop, Pamela katakan stop pada Leon”, ucap Pamela dalam hati, karena sungguh memabukkan permainan yang dilakukan Leon.
Pamela menahan Leon agar tidak menjauh, tidak berhenti, tapi siapa sangka pria tampan itu tertawa jahat di bawah sana. Tiba disaat Pamela menginginkan lebih, Leon pun menyudahi permainannya memberi rasa frustasi tanpa penyatuan.
“Leon, tuan”, panggil Pamela yang merasa tersiksa luar biasa. “Tuan, aku menginginkanmu. Leon”, ucap Pamela tersengal-sengal, bagaimana tidak ketika hendak mencapai titik puncak Leon mengakhiri semuanya. Pamela hanya bisa terbaring lemas, kesulitan bangun akibat ikatan di bagian tangannya.
“Itu hukuman untukmu j*****”, ucap Leon penuh intimidasi, bukan hanya Pamela yang tersiksa ia pun sama namun tak ingin melakukan lebih agar istrinya ini jera. “Jangan coba-coba keluar apartemen tanpa seizinku, kau paham?”. Leon keluar dari ruang kerja tanpa melepas ikatan di tangan istrinya.
“Akh, Pamela kenapa kau bisa semudah itu terbuai olehnya”, lirih Pamela mencoba berdiri.
**
Di lain sisi Dylan menerima hasil penyelidikan anak buahnya, “Tuan ini informasi yang anda inginkan”
“Apa tidak ada yang terlewat satu pun?”, tanya Dylan sembari menyesap rokok entah sudah yang ke berapa.
“Tidak tuan, kami pastikan ini lengkap”
“Bagus, hubungi bagian keuangan untuk mengirim bonus untukmu”
“Terima kasih Tuan Muda Manassero”
“Pergilah”
Dylan mematikan rokoknya dan masuk ke dalam ruangan, membuka map di meja, memperhatikan setiap kata dan gambar yang menempel, betapa terkejutnya ia membaca serta melihat foto jika Pamela wanita cantik berwajah polos yang berhasil mencuri perhatian serta hatinya ternyata merupakan tawanan Leon mantan kekasih Megan tunangannya saat ini.
Dylan tersenyum licik karena mengetahui jika Pamela hanya dijadikan pelampiasan tidak lebih. Tentu saja seorang Leon mana mungkin memiliki hubungan serius bersama wanita yang hanya pelayan bar. Tapi wajah Dylan seketika mengkerut karena rasanya tidak mungkin jika Pamela adalah wanita murahan yang menjual tubuhnya pada pria, karena dilihat dari sikap dan wajah wanita itu tidak menunjukan ia seorang j*****.
“Rasanya ada sesuatu yang terlewat”, Dylan memainkan berkas di tangannya dan berpikir sejenak. Ia pun bertekad akan merebut wanita itu dari pesaingnya karena Pamela terlalu sempurna bagi pria seperti Leon. “Sepertinya kita akan kembali bersaing Leon”, tawa Dylan pecah menggema dalam ruangan luas yang menjadi tempat kerjanya, "Hahaha".
“Wanita malang, sebaiknya dirimu bersamaku. Aku bisa membuatmu bahagia”, Dylan mencium foto Pamela yang sedang tersenyum. ”Ah ya, Megan. Apa harus wanita itu aku singkirkan?, bosan juga hanya memelihara lintah sepertinya”, umpat Dylan pada tunangannya yang selalu kekurangan uang.
Tanpa Dylan tahu jika Leon dan Pamela berstatus suami istri, anak buahnya tak bisa menemukan status tersembunyi itu. Karena kekuasaan Leon menutup rapat informasi hubungannya dengan Pamela.
...TBC...
../Good/
juga kelahiran putera ke dua Pamela dan Leon dilanjutin thor ditunggu juga karyamu yang lain semangat