Brian Carlos adalah seorang presiden direktur sekaligus pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di suatu negara. Ia diterpa gosip miring tentang minatnya pada wanita.
Valerie, seorang wanita yang bekerja sebagai instruktur senam dengan keahlian beladiri yang mumpuni serta kehidupan penuh rahasia.
Keduanya terlibat masalah karena sebuah kesalahpahaman, hingga Brian menuntut Valerie atas kasus penganiayaan.
Demi menyelamatkan nama baiknya, Valerie menerima tawaran Brian untuk bekerja sebagai bodyguard. Namun tidak menyangka jika Brian sudah memiliki maksud lain sejak pertama kali mereka bertemu.
Akankah kisah mereka berakhir manis seperti kisah dalam novel pada umumnya?
Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paket Lengkap
Brian diam dan terus mengamati, apa yang sebenarnya diinginkan oleh wanita di hadapannya?
"Dengarkan dulu penjelasanku, kau tidak bisa berbuat sesuka hatimu dan menjadikan aku tersangka. Padahal kesalahan tidak sepenuhnya ada padaku," jelas Valerie.
"Jadi, kau mengaku jika kau juga salah?" Brian bertanya.
"Ya, baiklah. Aku mengaku jika aku pun salah karena bertindak terlalu kasar, tapi apa kau pikir aku akan bertindak seperti itu jika bukan laki-laki itu yang lebih dulu menyerangku? Apa kau pikir aku ini preman?"
Brian tersenyum sinis, ia menyeringai saat terik matahari membuat matanya silau.
"Datang ke kantorku untuk bernegosiasi. Saat ini aku sibuk!" Brian mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya. Ia memberi Valerie secarik kertas berisi nama serta alamat lengkap kantor tempat Brian bekerja.
Valerie menerima kartu nama itu sambil menghela napas kasar. Ia menatap nama yang tertera dalam kertas, lalu mengeja nama perusahaan di bagian atasnya. Mengapa kini urusan mereka semakin panjang padahal Brian hanya perlu mengatakan apa yang ia inginkan?
Saat Valerie ingin menanyakan kapan ia harus datang, Brian sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil, sementara sopirnya sudah menyalakan mesin dan Valerie hanya bisa mematung mantap kepergian laki-laki menjengkelkan itu.
"Sial sekali nasibku," gumam Valerie. Wanita itu berjalan ke tempat di mana motornya terparkir.
Dalam satu minggu, Valerie memiliki dua hari untuk libur dan bersantai. Selain di kedua hari itu, ia datang ke beberapa tempat untuk menjadi instruktur senam sekelompok remaja atau ibu-ibu kalangan sosialita.
Valerie memarkirkan motornya di depan sebuah pusat kebugaran yang terletak tidak jauh dari rumah sakit. Ia masuk dan menyapa beberapa orang yang ia kenali.
"Kua tampak kusut, ada masalah?" tanya salah seorang teman wanitanya.
"Sedikit, hanya kesalahpahaman," jawab Valerie. Ia adalah tipe orang yang tidak suka membicarakan kehidupan pribadinya bersama orang lain, terlebih orang yang hanya ia temui sesekali.
Valerie masuk ke dalam ruang ganti. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga yang lebih nyaman. Celana training dengan perpaduan tank top yang memperlihatkan bentuk ramping perutnya membuat Valerie nampak begitu seksi. Tidak heran, ia adalah primadona yang membuat para laki-laki semakin sering datang ke tempat gym ini. Selain berolahraga, mereka juga betah sambil cuci mata.
Valerie melakukan pemanasan selama beberapa menit. Meregangkan otot tubuhnya sambil memikirkan cara untuk berdamai dengan Brian. Setelah pemanasan, Valerie berlari di treadmill. Mula-mula ia menggunakan kecepatan sedang, namun semakin lama ia menaikkan kecepatan hingga napasnya memburu cepat dan keringat bercucuran di tubuhnya.
"V, kau baik-baik saja?" seorang laki-laki menyapanya. Ia merasa Valerie tanpak aneh karena menaikkan kecepatan treadmill cukup tinggi.
"Aku hanya sedang kesal," jawab Valerie sambil terengah-engah. Sedikit demi sedikit ia menurunkan kecepatan hingga akhirnya berhenti.
"Jangan terlalu cepat, kau bisa jatuh." Laki-laki itu memberi nasehat.
"Hmm." Valerie hanya mengangguk sambil meluruskan kakinya.
Sekelebat bayangan wajah Brian menyelinap di pikirannya.
"Laki-laki itu? Ini semua karena dia!"
"Aaaarrrgg!!!"
Valerie menjerit dalam hati. Ia berdiri dan mendekati Sasak tinju lalu sekuat tenaga mengarahkan kepalan tangannya ke arah benda tersebut.
"Tampan! Kaya! Sombong!"
"Paket lengkap! Gara-gara dia aku harus berurusan dengan polisi."
Valerie membayangkan wajah Brian sebagai Sasak tinju di hadapannya. Wanita itu cukup kesal, karena merasa kesalahan hanya ada pada dirinya. Padahal, Max sendiri sudah mengatakan bahwa kejadian semalam hanya sebuah kesalahpahaman.
Wanita itu menghabiskan waktunya hingga jam makan siang di tempat gym. Ia melakukan beberapa macam latihan otot untuk meredakan rasa kesal dalam hatinya.
Saat keluar dari tempat gym dan hendak mencari makan siang, Valerie melihat awan mendung di atasnya.
"Sepertinya akan hujan," gumam Valerie. Ia memiliki janji dengan seseorang yang sangat penting, jika ia tidak langsung pergi, maka ia khawatir hujan akan segera turun.
🖤🖤🖤