Kanazya Laurels, wanita yang hidup sendiri dari kecil. Ayahnya meninggal setelah ditinggal ibunya pergi.
Dia bertemu dengan seorang pria penjual bunga yang sangat tampan hingga membuatnya terpesona. Tetapi lelaki itu ternyata tunanetra.
Tak disangka, Kana setuju menikah dengan Krishan lantaran ia terhimpit dan butuh tempat tinggal. Tetapi pesona Krishan yang luar biasa itu, membuatnya jatuh cinta.
Masalah terus berdatangan saat Kana menyadari bahwa lelaki buta yang ia nikahi bukanlah orang sembarangan.
Siapa sebenarnya Krishan? Bagaimana cara dirinya melindungi istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wedding Day
Kana tak menyahut, dia tidak bisa berkata-kata. Walau dia menyukai Krishan karena pesonanya tetapi jika menikah...
"Jia, jangan.."
"Baiklah." Jawab Kana cepat.
"Apa?"
"Aku mau menikah denganmu."
"Be-benarkah?" Kini malah Krishan yang tergagap.
"Hm. Asal kau menepati janjimu. Pertama, tempat tinggal yang nyaman. Kedua, tidak menyentuhku jika aku tidak izinkan. Ketiga, kau yang menopang hidupku. Ke empat, jangan larang aku kesana kemari termasuk bekerja."
Krishan tersenyum, "ada tambahan?"
Kana tampak berpikir, lalu ia duduk di depan Krishan.
"Krish, aku pernah cerita padamu kan, bahwa ibuku pergi saat usiaku 12 tahun. Kau tahu, Krish. Ayahku juga sepertimu. Persis sepertimu. Dia buta karena kecelakaan di tempat kerjanya."
Kana mulai menunduk. "Aku mengutuk Ibuku yang memilih pergi daripada merawat Ayah. Padahal, tidak ada yang salah dari Ayah, dia hanya tidak bisa melihat.
Krish, ayahku pernah mengatakan, Cinta tidak bisa diukur dengan kekayaan. Karena dulu kami juga orang berada. Setelah Ayah kecelakaan, dia kehilangan mata dan semua hartanya untuk biaya berobat dan sebagainya. Ibuku pergi karena kami mulai miskin. Orang bilang anak perempuan akan mengikuti jejak Ibunya. Aku sedih, aku pasti bisa berbeda dengan Ibuku kan, Krish."
Krishan terenyuh, dia melihat sisi lembut dari calon istrinya itu. "Menikahlah denganku. Aku akan melindungimu".
Kana tersenyum lebar, walau dia tahu Krishan mengatakan hal itu supaya Kana merasa terlindungi.
"Baiklah, aku bersedia menikah dengamu. Berjanjilah untuk tidak mengecewakanku saja. Selebihnya, aku bisa mengusahakan untuk diriku sendiri".
Krishan mengangguk, dalam hatinya dia tetap akan membuat perempuan itu bahagia walau dia tidak memintanya. Krishan terharu sebab perempuan didepannya ternyata menerima kekurangannya.
"Aku yang akan mengurus semuanya, kau hanya akan menjadi pengantinku saja".
Kana mengangguk seakan Krishan bisa melihat itu.
...♡♥︎♡♥︎...
"Apa? Kau gila!" Pekik Alana saat Kana mengatakan ia akan menikah dengan pria yang ia kenal tiga hari, buta pula.
"Tidak, Alan. Aku serius."
"Tidak, tidak, tidak," Alana jalan kesana kemari. "Kau tidak boleh menikah dengan orang yang baru kau temui. Jangan karena kau ingin melupakan Noah lantas kau menikahi siapa saja yang melamarmu!"
"Bukan begitu, Alan. Aku hanya ingin menikah dan menurutku dia lelaki yang baik". Jelasnya pada sahabatnya itu.
"Baik? Kau baru mengenalnya, Kana!"
"Iya, tapi.."
Ucapan Kana terhenti saat mereka mendengar suara ketukan pintu.
Alana membukakan pintu, seorang wanita paruh baya langsung masuk tanpa disuruh.
"Lama sekali bukanya." Tukas Inna, Ibunda Alana.
Dia masuk dan meletakkan barang-barang yang ia bawa di atas sofa.
"Kau disini?" Matanya tertuju pada Kana yang tengah tertunduk.
Helaan napas wanita itu terdengar, "Bukankah sudah kukatakan, jangan biarkan dia tinggal disini lagi!" Ucapnya pada Alana yang terlihat panik.
"Bu, duduklah dulu. Aku akan buatkan teh supaya Ibu tenang".
"Tidak perlu. Aku tidak haus." Lalu matanya beralih pada Kana lagi. "Apa kau tidak malu, hah? Sudah bertahun-tahun anakku menanggung hidupmu, apa kau tidak punya perasaan?"
"Ibu, Sudahlah! Kana menanggung hidupnya sendiri. Aku tidak membayar apapun untuknya dan kalaupun aku melakukan itu, aku pakai uangku sendiri bukan uang Ibu!"
"Lihat, kau lihat kan?" Ucapnya pada Kana. "Bahkan anakku melawan padaku karena membelamu. Lalu, apa yang kau berikan untuknya?" Inna mendekat pada Kana yang sejak tadi tertunduk dalam.
"Kau pasti tinggal disini karena keenakan, kan? Kau memanfaatkan anakku karena dia baik padamu!"
"Astaga, Ibu! Berhentilah!"
"Maafkan saya, Bu. Saya akan pergi hari ini." Kata Kana dengan suara parau, dia menahan tangisnya.
"Yang benar saja, kau bahkan selalu mengatakan itu dan terus kembali kesini".
"Tidak, saja berjanji akan pergi, karena saya akan menikah." Ungkap Kana perlahan, supaya Ibunda Alana tahu bahwa kini ada seseorang yang mau menanggung hidupnya.
Tetapi Inna malah tertawa. "Siapa yang ingin menikah dengan anak yang Ibunya kabur karena harta? Haha, kau pasti sudah tahu kan, bahwa Ibumu menjadi istri kedua pengusaha kaya raya?"
Alana menarik lengan Ibunya. "Cukup, Bu. Sudah. Ayo ikut aku sebentar!"
Inna melepaskan tangannya, melihat lagi ke arah Kana. "Coba katakan padaku, siapa yang akan menikahimu!"
"Dia penjual bunga di Pasar Melbourne."
Inna tertawa lagi. "Apakah yang buta itu? Aku dengar dia disukai ibu-ibu pasar karena ketampanannya. Lumayan buatmu, karena dia mampu membeli tempat itu dari sahabatku". Kikiknya saat mengingat cerita dari sahabatnya yang sering membeli bunga disana karena ketampanan penjualnya.
"Baguslah kau menikah, itu akan membuatmu sibuk dirumah karena mengurus orang buta, kan." Inna mengambil barang-barangnya di atas sofa.
"Ah, Leganya. Bereskan barangmu karena aku tidak suka melihatmu disini." Tukasnya lalu pergi masuk ke kamar Alana.
Alana segera memeluk Kana, dia meminta maaf terus menerus karena kelakuan Ibunya. Selama ini, jika ibunya mengatakan akan datang, Kana akan lari sementara waktu. Tetapi hari ini, Ibunya tidak mengabari dan menemukan Kana di rumah anaknya, membuatnya marah.
Kana terisak di pelukan Alana, dia semakin yakin dengan keputusannya untuk menikah dengan Krishan, sebab dia sudah tidak punya tujuan.
...♡♥︎♡♥︎...
Kana duduk diam di depan cermin besar, menatap dirinya yang kini berbalut gaun putih. Hari ini, adalah hari pernikahannya dengan Krishan.
Kemarin, Kana mendatangi Krishan dan meminta pria itu untuk cepat-cepat menikahinya dengan derai air mata. Walau tidak mengerti apa yang terjadi, Krishan menurut saja.
Kana meminta Krishan tidak mengundang siapapun kecuali Alana, dan beberapa orang kerabat Krishan. Hal itu ia lakukan lantaran tak ingin diketahui banyak orang.
Pintu diketuk, Alana masuk ke dalam. Dia duduk di sebelah Kana, menatap wajah sahabatnya dengan sedih. Bagaimanapun dia tidak bisa melarang, apalagi jelas di depan matanya Ibunya mengusir Kana. Dia hanya berdoa supaya Kana benar-benar mendapatkan orang yang tepat.
"Kau bahagia, Kana?"
Kana menatap Alana dari cermin, gadis itu sudah meneteskan air matanya.
"Aku bahagia, Alan. Kau tak perlu sedih."
Alana meletakkan kepalanya di bahu Kana. "Aku bahagia jika kau bahagia." Ucapnya, sembari Kana mengelus lembut pipinya.
~
Waktunya tiba, Kana keluar, berjalan sendirian menuju pengantin pria yang berdiri tenang di sana. Mereka akan melangsungkan upacara pernikahan.
Kana terus memandang kedepan, melihat calon suaminya yang sangat tampan dengan setelan jas hitam, sedikit membuat Kana bersemangat karena pesona Krishan yang mampu membuatnya terpana.
"Kau siap?" Tanya Krishan saat Kana mendekat, seperti biasa, dia tahu karena sangat mengenal aroma Kana.
"Ya, aku siap". Ucapnya lalu merapatkan bibirnya, berharap agar keputusannya merupakan keputusan yang tepat untuk dirinya, jika bisa, sampai akhir hayatnya.
TBC
nah loohh .. bini' mu sdh angkat bicara