Gagal menikah dengan calon tunangannya tidak membuatnya putus asa dan tetap kuat menghadapi kenyataan.
Kegagalan pertunangannya disebabkan karena calon suaminya ternyata hanya memanfaatkan kebaikannya dan menganggap Erina sebagai wanita perawan tua yang tidak mungkin bisa hamil.
Tetapi suatu kejadian tak terduga membuatnya harus menikahi pemuda yang berusia 19 tahun.
Akankah Erina mampu hidup bahagia dengan pria yang lebih muda darinya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5
“Sayang, kakak kalian masih beristirahat jangan ribut gitu dong,” ucapnya Bu Rasmi dengan lembut.
“Tapi, Ma kayaknya ada kesalahpahaman di sini! Bukannya Mas Dimas yang menjadi calon suaminya kakak, lah kenapa berubah menjadi bocah ingusan!” ejek Esra yang memperhatikan Akmal dari atas hingga ujung kaki.
“Gue memang bocah tapi gue sudah bisa buat bocah loh. Emang kalian mau berapa gue jabanin deh sekalian mumpung calon mamanya cantik,” gumamnya Akmal sambil tersenyum smirk.
Ada-ada saja ini Akmal sifat tengilnya muncul lagi. Dia kembali' memperhatikan apa yang mereka bicarakan.
“Betul banget,kan dua bulan lagi kakak Erina menikah dengan Mas Dimas kenapa bisa dalam semalam calonnya langsung berubah! Ini sungguh lelucon yang tidak masuk akal,” sahutnya Elma.
Pak Irfan hanya tersenyum tipis mendengar ocehan kedua anaknya yang memang seperti itulah karakter mereka, jika tidak ada orang lain bersamanya.
Hubungan kekeluargaan mereka tidak kaku dimana anak takut-takut dan ragu mengutarakan perasaannya dan pemikirannya tapi tetap mereka mengedepankan kesopanan.
“Kita tunggu saja kakakmu bangun, barulah kita bisa pastikan apa yang sesungguhnya sudah terjadi,”
“Aku sungguh nggak percaya kalau kakak Erina sampai nekat ingin bundir segala hanya karena patah hati,” Esra kembali bersuara.
“Kakak itu wanita tangguh so enggak mungkin banget lah kalau sampai demi Dimas si cowok matre itu sehingga kakak memilih mengakhiri hidupnya! Itu sudah diluar prediksi BMKG,” Elma hanya geleng-geleng kepala mengingat perkataan Akmal.
“Maaf itu haknya kalian mau berbicara apa, berargumen apapun karena memang apa yang saya lihat semalam seperti itulah kenyataannya,” ujarnya Akmal yang akhirnya memiliki keberanian menatap ke arah Pak Irfan bapak Kapolda satu itu.
Mereka duduk saling berhadapan di atas sofa sambil menunggu Erina siuman. Akmal gelisah karena hari ini dia ada mata kuliah yang harus diikutinya,tapi karena ponselnya terjatuh ke dalam sungai sehingga dia kesulitan menghubungi ketua tingkat untuk meminta ijin tidak masuk hari ini.
“Esra kamu nggak ngajar Nak?” tanyanya Bu Rasmi.
“Aku hari ini libur Mah, besok siang baru masuk,” jawabnya Esra sambil memainkan ponselnya.
Bu Rasmi melirik ke arah Elma,” aku kuliah sore Ma, cuma satu mata kuliah,” balasnya Elma calon dokter anak itu.
Terjadi keheningan di dalam ruangan rawat VIP tersebut hanya terdengar dentingan jarum jam yang terpasang di dinding. Hingga Bu Rasmi mendengar suara lenguhan kecil dari arah ranjang.
“Putriku sudah bangun, Mas,” ucapnya sambil berjalan tergopoh-gopoh menuju ke arah ranjang dimana Erina sudah terduduk di atas ranjangnya.
Akmal bernafas lega karena Erina sudah bangun berarti dia bisa pamitan untuk pulang ke kosannya dan cepat-cepat pergi ke kampusnya.
“Alhamdulillah putri tidur kita sudah bangun,” gumamnya.
Erina menyapu setiap sudut ruangan itu dan tatapan matanya tertuju kepada seorang pemuda berusia 19 tahun duduk yang balas menatapnya juga.
“Mah, Pah aku dan Dimas sudah putus dan kami sepakat untuk mengakhiri segala hubungan yang pernah terjalin diantara kami,” ujarnya Erina tanpa beban sedikitpun yang tergambar dari wajahnya.
“Astaga dragon jadi apa yang dikatakannya benar adanya! Gue kirain hanya omongan tak bermutu,” celetuk Elma.
“Pasti karena ada orang ketiga kan yang menyebabkan hancurnya hubungan pertunangan kakak?” Tebaknya Esra.
Erina memicingkan matanya melihat ke arah adiknya itu,” maksudnya apa! Jangan-jangan kamu sudah tau kalau Dimas adalah pria paling brengsek dan matre yang kakak kenal!?”
Esra mengambil ponselnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari kakaknya.
“Ini beberapa rekaman video dan foto-foto yang tanpa sengaja aku ambil beberapa hari lalu, cuma maafkan aku nggak sanggup melihat kakak sedih, kecewa dan menderita gara-gara kelakuan minusnya,” Jelasnya Esra.
“Emang pria makondo saja! Pria semacam itu adalah pria yang tidak pantes mendapatkan cinta yang tulus dan gue yakin dia bakal menderita lebih lama dari apa yang kakak alami,” kesalnya Elma.
Bu Rasmi memeluk putri sulungnya itu,” astaghfirullahaladzim kenapa bisa kalian bisa memutuskan hubungan yang sudah lama kalian bina apalagi tidak lama kalian akan menikah.”
“Dimas bukan pria yang pantas untuk menjadi calon imanku di dunia hingga ke til Jannah, dia hanya memanfaatkan kebaikan Kita semua termasuk kebaikannya Papa, aku tidak ingin mengungkit dan mengingat masa lalu kami,” imbuhnya Erina.
“Jadi karena itu kamu memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupmu Nak? Untungnya ada Nak Akmal yang menyelamatkan kamu jika tidak mungkin hari ini Kita semua tidak akan pernah berkumpul seperti saat ini,” ucap Pak Irfan.
Erina menepuk kepalanya dengan pelan," amit-amit jabang bayi Pah kalau hanya demi seorang pria yang tidak layak dan pantas aku tangisi malah buatku harus bundir!"
Erina mengarahkan pandangannya ke arah Akmal yang kepalanya sudah besar sebesar biji jagung karena mendapatkan pujian dari calon mertuanya.
“Itu hanya salah paham Pah, semalam aku hanya berdiri di jembatan tapi tiba-tiba kepalaku puyeng,penglihatanku kabur hingga kakiku tergelincir jadi aku jatuh deh ke dalam sungai,” Erina pun menjelaskan kronologis kejadiannya narasinya hampir sama dengan apa yang dijelaskan oleh Akmal.
Semua orang menutup mulutnya saking terkejutnya kalau Erina harus dan wajib menikah dengan bocah yang usianya berbeda jauh dengannya.
“Kakak usia kalian itu berbeda empat belas tahun! Apa kakak mau menikahi bocah itu!? Malah lebih tuan gue,” ujarnya Elma sambil menghitung jari jemarinya.
“Kakak 33 tahun, gue 27 sedangkan Elma 21 tahun lah calon suaminya kakak 19 tahun! Ini sungguh sudah diluar nurul sumpah Kakak ini kayak cerita-cerita di novel online yang sering gue baca,’ ucapnya Esra.
“Aku sudah putuskan kalau kami akan segera menikah, aku gak mau diarak keliling kampung tanpa memakai pakaian apapun kalau aku menolak dan membatalkan rencana pernikahan kami,” cicitnya Erina yang pasrah dengan nasibnya.
Bu Rasmi melihat ke calon anak menantunya itu,” umur tidak jadi masalah bagi kami dan juga bukan menjadi patokan dan tolok ukur untuk meraih rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah, contohnya Dimas dia lebih tua dari Esra tapi ternyata kelakuannya lebih mirip dengan anak SD.”
“Usia tidak menentukan apakah orang itu berpikir dewasa dan bijaksana. Umur itu hanya deretan jumlah angka-angka. Papa yakin Nak Akmal bisa membimbing kamu menjadi istri yang sholeha,” ucapnya Pak Irfan yang meyakini kalau Akmal bisa membahagiakan putri pertamanya.
Erni dan kedua adiknya terdiam mencerna setiap kata yang terucap dari kedua orang tuanya.
“Bagaimana dengan Olivia apa dia akan menerima kalau gue menikahi perempuan lain?”
“Jadi, kapan kedua orang tuamu menemui kami Nak?” Tanyanya Pak Irfan.
Akmal tersentak dari lamunannya ketika mendengar suara bariton dari pak Irfan.
“Maaf Pak kebetulan hpku rusak eh tenggelam maksudnya ke dasar sungai waktu menyelamatkan putrinya bapak, jadi kalau bisa saya meminta tolong untuk meminjam hp untuk menghubungi kedua orang tuaku,” pintanya Akmal.
Kedua orang tuanya Akmal malah bahagia mendengar kalau putranya akan menikah dengan seorang polwan cantik. Hanya kakaknya saja Akmal yaitu Arsyila yang ngomel-ngomel karena harus dilangkahi oleh adiknya itu. Arsyila merasa dia seharusnya duluan menikah mengingat usianya lebih tua lima tahun dari Akmal.
Beberapa hari kemudian….
Akmal menyapu setiap area kantor polisi tempat kerja calon istrinya. Dia janjian dengan Erina untuk mendatangi tempat percetakan undangan, gedung yang akan mereka sewa, fitting baju pengantin dan juga akan melakukan foto prewedding.
Akmal menghubungi nomor ponselnya Erina calon istrinya,” ya Allah seperti ini rasanya yah menjadi calon suami dari seorang polisi.”
Akmal tidak jadi menghubungi nomor ponselnya Erina karena wanita dewasa lebih mirip anak 20an itu sudah berjalan ke arahnya dengan wajah dinginnya.
“Maaf membuatmu lama,” ujarnya Erina.
“Gue baru nyampe kok, kita berangkat sekarang?”
Erina menatap jengah calon suami brondongnya itu, “Nggak! tapi tahun depan saja.”
Akmal nyengir lebar mendengar perkataan dari Erina,” kita pakai motor atau mobilnya Mbak?”
“Gue mau dibonceng sama calon suami gue, kayaknya sensasinya lebih asik dan seru,” ujarnya Erina seraya meraih helm dari dalam tangannya Akmal.
“Mbak gak risih atau malu gitu naik motor butut denganku?” Tanyanya Akmal.
“Nggak, malahan gue pengen rasakan gimana dibonceng sama calon suami sendiri,” Erina memakai helmnya kemudian naik ke atas jok motornya Akmal.
Akmal dengan senang hati memenuhi keinginan dari Erina, mereka sesekali bercanda bersama. Kelihatan mereka kayak sudah lama saling kenal padahal baru dalam hitungan hari.
“Mbak, kita mampir makan bakso dulu yah,” Akmal sedikit meninggikan volume suaranya karena bertabrakan dengan desiran angin.
“Bakso! Kayaknya asyik tuh. Oke!” balasnya Erina yang langsung ngiler mendengar kata bakso.
Erina cukup terhibur dan bahagia karena bisa merasakan rasanya dibonceng selama hidupnya dia biasa diantar jemput memakai mobil.
Erina merentangkan kedua tangannya,” angin gue happy putus dengan manusia benalu itu!”
Akmal hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lakunya wanita dewasa tapi kayak anak abg saja.
Keduanya sudah berjalan masuk ke dalam warung bakso, tapi langkah mereka terhenti ketika tiba-tiba ada wanita seksi yang memeluk tubuh Akmal dari belakang.
“Sayang kok baru kelihatan, gue cariin di kampus, tapi katanya hari ini kamu ngga masuk,” ujarnya dengan nada suara yang begitu mendayu-dayu.
Erina sampai membelalakkan matanya melihat perempuan muda itu yang seperti tokek saja nempel di tubuhnya Akmal.
“Cegil ini siapanya, Akmal?”
Erina risih dan kesal melihat perempuan yang bergelantungan kayak kera di lengan kekarnya Akmal.