Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pamit, Mas! 4
"Masuk!" pinta Derriz kepada Mariza yang sedang menunggu kendaraan umum untuk pulang.
"Loh, apa Kakek meminta kita ke rumahnya? Sampai-sampai Mas Derriz meminta aku naik mobil di dekat area kantor! Apa Mas tidak takut ada yang melihat saya masuk mobil ini?" tanya Mariza.
"Tidak! Karena aku sudah mengganti mobil dulu! Mereka tak akan tahu jika kamu pergi denganku. kita harus bicara serius Mariza!" jawab Derriz.
Jawaban Derriz sedikit membuat nyeri di hati Mariza. Bahkan dia tersenyum hambar saya mendengarnya. Untuk bisa pergi bersama, suaminya itu bahkan harus mengganti mobil. Sedangkan pergi bersama dengan Luna ke mall sambil bergandengan tak membuatnya malu. Miris dengan kehidupannya sekarang.
Pernikahan yang tak pernah dia bayangkan dan impikan sebelumnya. Dulu, dia hanya pernah membayangkan bisa mendapatkan suami yang setia, menyayangi dan menjadikan dia ratu satu-satunya di hati dan rumah mereka. Tapi itu nyatanya hanya angan semata, karena kenyataannya seolah dia mempermainkan pernikahan. Merek bahkan seperti orang asing dalam satu atap. Apalagi pernikahan mereka di awali dengan kesepakatan.
Selama perjalanan pulang, Mariza memalingkan wajahnya. Menatap ke arah jendela, tak ada pertanyaan-pertanyaan konyol seperti yang dia coba lakukan untuk bisa lebih dekat dan mengenal Derriz. Kali ini mulutnya bungkam, hanya ada kesunyian. Derriz meras ada yang aneh dengan istrinya. Ingin bertanya lebih dahulu, tapi dia gengsi. Sehingga hanya kesunyian yang mengiringi perjalanan. Tak lama ponsel milik Derriz berbunyi. Luna terus menghubunginya, tapi Derriz dilema mengangkatnya di hadapan Mariza.
"Angkat saja, Mas. Jangan sampai dia salah paham. Turunkan saja saya di depan sana, biar saya naik ojek saja," pinta Mariza.
Derriz terlihat dilema, sedangkan Luna terus menghubunginya. Jika di abaikan terus menerus akan membaut Luna marah. Dia tak bisa kalau sampai di abaikan oleh Luna, apalagi mereka baru bertemu kembali. Akhirnya Derriz menghentikan mobilnya. Mariza keluar tanpa pamit lagi kepada suaminya. Derriz hanya bisa menatap punggung istrinya yang bahkan tak menoleh lagi padanya.
Mariza berdiri tak jauh dari mobil Derriz yang masih berhenti di sana menerima panggilan Luna yang sedang marah. Tak lama sebuah motor berhenti di depan Mariza dan membawanya pergi. Mungkin itu ojek online pesanan Mariza.
Derriz harus pergi ke tempat Luna yang sedang merajuk karena dia telat mengangkat teleponnya. Hingga dia lupa ingin berbicara serius dengan istrinya. Kembali seperti itu, Mariza di abaikan.
Mariza masuk ke dalam kamar dan akhirnya tangis yang sedari tadi dia tahan pecah juga. Dia bisa pu-as menangis apalagi tak ada siapapun di rumah. Derriz suaminya itu pasti akan pulang larut kembali seperti biasanya.
"Kenapa kamu terus menyakiti aku, Mas? Aku mencintai kamu sebagai suamiku, aku berusaha menjalankan peranku sebagai istri walau sellau di abaikan dan tak pernah di hargai. Aku hanya ingin lepaskan aku, Mas! Aku juga ingin hidup bebas dan bahagia seperti orang lain. Bukankah wanita yang kamu cintai sudah kembali? Apa lagi alasannya menahan aku seperti ini? Ya Allah, sesak sekali ... Kenapa aku harus jatuh cinta kepada suamiku ya Allah?" ucap Mariza sambil menangis dan menepuk dadanya sekuat tenaga.
Berusaha untuk menghilangkan rasa sesak di dalam dadanya. Kali ini dia puaskan menangis dan melupakan segala perasaannya. Setelah ini, dia berjanji tak akan lagi menangisi pria yang tak akan pernah dia miliki hatinya. Tak ada lagi tempat untuknya di hati Derriz. Semuanya sudah di isi oleh Luna. Bahkan dia juga tak peduli dengan perasaannya, setidak penting itulah dirinya di mata Derriz. Tapi kenapa Derriz malah menahan perceraiannya.
Drrrtttt
Drrrtttt
Ponsel Mariza berbunyi, nama sang ayah memanggil. Mariza hanya bisa menatap nanar. pria yang menjadi cinta pertamanya itu menghubungi dia pasti tak jauh dari uang, jika dia tak memberikan uang untuknya. Maka pria itu tak segan akan menyakiti ibunya yang sedang sakit.
"Iya Ayah?" jawab Mariza.
[ Kirim ayah uang sekarang juga jiga tak mau aku menyik-sa wanita penyakitan ini!]
"Biarkan aku membawa ibu," pinta Mariza.
[Tidak akan pernah! Kau fikir bisa lepas dariku dan menikmati harta suami kayamu itu sendiri? Wanita penyakitan ini akan aku jadikan jaminan agar kau terus mengirimiku uang! Kau paham? Sekarang kau kirim uangnya padaku jika tak ingin mendengar ibumu tinggal nama besok!] ancam pris di sebrang sana.
"Ayah kejam! Ayah tak punya hati dan perasaan! Aku ini anakmu ayah! Kenapa kamu malah memperlakukan aku seperti ini? Lebih baik aku di sik-sa seperti dulu! Kalau bisa sampai aku ma-ti saja! Aku benci hidup ini! Aku benci!" teriak Mariza.
[ Kau tambang emasku saat ini! Mana mungkin aku menyik-sa kamu seperti dulu! Asetku akan aku jaga selagi mengahasilkan uang untukku! Cepat kirim uangnya sekarang juga! Kalau tak mau ibu kesayanganmu ini ma-ti!] pria itu memutuskan sambungan telepon dan mengirimkan pesan gambar kepada Mariza.
"Kenapa hidupku harus seperti ini ya Allah ...! Pria baji-ngan! Aku benci! Kenapa harus kamu ayahku! Kenapa ... Kenapaaaaaa!" kembali Mariza berteriak saat melihat gambar yang di kiri. Ayahnya.
Terlihat sangat ibu yang kurus kerena sakit itu di i-/kat tangan dan kakinya. Bahkan Mariza melihat sudut bibirnya terluka. Mariza berkali-kali mencoba membawa kabur ibunya, tapi pria itu selalu bisa membawanya. Apalagi status mereka masih suami istri, walau Ayahnya sudah menikah siri dengan wanita yang dia bawa di salah satu tempat karaoke. Wanita itulah yang menambah neraka dalam hidup Mariza dan ibunya.
"Kenapa masih gelap? Apa Izha kabur?"ucap Derriz panik saat melihat ruang dalam keadaan gelap.
Dia melemparkan tas kerja dan segera berlari menuju kamar istrinya. Langkah Derriz melemah, bahkan wajahnya yang barusan menahan amarah terlihat menatap sendu kepada yang istri yang meringkuk di lantai masih mengenakan mukena. Bahkan Derriz bisa melihat matanya sangat sembab. Berapa lama istrinya menangis? Apa dia tahu jika Luna sudah kembali?
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu menangis seperti ini?"ucap Derriz tangannya terulur mencoba untuk mengusap kepala Mariza tapi dia urungkan dan tarik lagi. Saat mendengar ponsel milik Mariza bergetar.
"Siapa yang malam-malam begini menghubungi dia?" tanya Derriz heran.
[ Kamu baik-baik saja, Izha? Kalau perlu bantuan jangan sungkan hubungi aku ]
Pesan yang bisa Derriz baca dari kontak bernama Fariz. Entah kenapa dia tak suka melihat istrinya bertukar pesan dengan pria lain.
"Apa dia curhat kepada pria lain? Apa dia mengatakan masalah rumah tangga kami? Atau mungkin pria bernama Fariz itu adalah selingkuhan Izha?" kesal Derriz di dalam kamarnya. Bahkan dia tak bisa tidur jadinya kepikiran nama pria yang mengirim pesan kepada istrinya.
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian