NovelToon NovelToon
Babysitter-ku Maduku

Babysitter-ku Maduku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Aysha Siti Akmal Ali

Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.

Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.


🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...

❤ Terima kasih ❤

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Setelah selesai melakukan ritual mandi bersama, Arini dan Dodi segera kembali ke kamar mereka untuk berpakaian. Dodi mengenakan pakaiannya sendiri, begitu pula Arini.

Dodi melirik Arini yang sedang asik mengenakan dasternya. Lelaki itu memperlihatkan daster milik Arini yang tampak bolong di bagian bawah ketiaknya. Tiba-tiba Dodi teringat akan permintaan Arini tadi pagi soal baju baru yang ingin istrinya itu beli.

Dodi menghampiri Arini yang berdiri di depan cermin riasnya. Ia memeluk istrinya itu dari belakang kemudian menciumi puncak kepalanya berkali-kali.

"Sayang, dastermu bolong," ucap Dodi kepada Arini sembari menyentuh bagian daster yang bolong tersebut.

Arini mengangkat tangannya dan ya, dasternya memang bolong tepat di bawah ketiaknya. "Mas benar, aku tidak melihatnya." Arini tampak malu-malu kemudian melerai pelukan Dodi agar ia bisa mengganti dasternya dengan yang lain, yang tidak bolong tentunya.

"Kenapa daster bolong seperti itu masih kamu simpan, Arini?" tanya Dodi ketika melihat Arini meletakkan daster bolongnya ke tempat semula.

"Kan masih bisa dijahit, Mas. Lagi pula dasternya masih bagus dan bolongnya cuma sedikit, kok."

Dodi pun mengangguk saja. "Ya sudah kalau begitu. Oh ya, bagaimana soal baju barumu? Sudah dibeli?" tanya Dodi lagi.

Arini terdiam sejenak. Ia bingung bagaimana cara memberitahukan masalah itu kepada Dodi. Jika Dodi tahu kemudian marah-marah kepada Bu Nining, nanti Arini pun pasti akan terkena imbasnya. Bu Nining pasti menyebut dirinya sebagai tukang adu, sama seperti biasanya.

"Arini?" panggil Dodi, karena istrinya itu hanya diam sambil menatap dirinya dengan tatapan kosong menerawang.

"Ehm, sebenarnya ... aku sudah meminta uang itu kepada Ibu, Mas. Tapi Ibu bilang bajuku masih bisa di jahit dan daripada beli, lebih baik dijahit saja," tutur Arini.

"Ya ampun, Ibu!" Tanpa pikir panjang, Dodi segera keluar dari kamar mereka kemudian berjalan menuju kamar Bu Nining.

"Mas, tunggu!" Arini pun bergegas menyusul Dodi setelah ia selesai mengganti dasternya.

"Ibu! Ibu!" panggil Dodi sembari melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar Bu Nining. Setibanya di depan pintu kamar tersebut, Dodi pun segera mengetuknya.

"Bu, buka pintunya. Aku ingin bicara," panggil Dodi lagi.

Bu Nining yang sedang asik berbaring di tempat tidurnya, segera bangkit dan berjalan ke arah pintu sambil menggerutu. "Ya, Dodi. Sebentar!" jawab Bu Nining.

"Hmm, aku yakin pasti Arini mengadu kepada Dodi soal permintaannya yang tidak aku kabulkan. Dasar, wanita tidak berguna! Bisanya mengadu saja," gerutunya.

Perlahan Bu Nining membuka pintu kamarnya dan tampaklah Dodi yang berdiri di hadapan wanita paruh baya tersebut dengan wajah kesal.

"Ada apa sih, Dodi? Bikin Ibu kaget saja," lanjut Bu Nining sambil menekuk wajahnya.

"Aku ingin bicara empat mata sama Ibu," sahut Dodi sembari masuk ke dalam kamar kemudian disusul oleh Bu Nining setelah ia menutup pintunya.

"Heh, Ibu sudah tahu. Pasti ini tentang Arini, 'kan?!" jawab Bu Nining dengan wajah kesal.

"Ya, ini soal Arini." Dodi menghentikan langkahnya tepat di samping tempat tidur Bu Nining. Ia berbalik dan kini menatap Bu Nining yang datang mendekat kepadanya.

"Dasar tukang ngadu! Apa yang dikatakan oleh istri mandulmu itu, Dodi?" kesal Bu Nining.

"Ia tidak pernah mengadu, Bu. Aku lah yang bertanya dan ia menjawab apa adanya. Apakah itu salah?!" sahut Dodi.

"Kenapa kamu selalu membela wanita mandul itu, Dodi? Ibu yakin kamu pasti sudah kena peletnya Arini, 'kan?! Bahkan kamu lebih memilih membela wanita itu dari pada Ibumu sendiri," jawab Bu Nining dengan kesal.

"Tidak ada pelet-peletan di sini, Bu. Tapi Ibu lah yang sudah keterlaluan kepada Arini. Dia hanya meminta sedikit dari uang gajiku, Bu. Kenapa Ibu tidak memberikannya? Aku dan Arini memang menyetujui syarat yang Ibu ajukan dulu, tetapi tidak seperti ini juga kan, Bu!" kesal Dodi.

Saking kesalnya, Dodi bahkan sampai mengungkit masalah perjanjian mereka dulu bersama Bu Nining. Setahun yang lalu, Bu Nining meminta Dodi menceraikan Arini karena tak kunjung hamil. Namun, karena Dodi lebih memilih mempertahankan Arini, Bu Nining memberikan syarat bahwa seluruh gaji Dodi, ia yang memegang dan mengaturnya.

Dodi pun akhirnya setuju, begitu pula Arini. Mau tidak mau, Arini pun terpaksa membiarkan Bu Nining mengatur seluruh keuangan mereka. Namun, Arini tidak menyangka bahwa syarat itu akhirnya sangat mencekik dirinya.

Bu Nining yang kesal, berjalan menghampiri lemari pakaian. Ia meraih sebuah dompet, di mana ia menyimpan seluruh gaji milik Dodi. Setelah dompet itu berada di tangannya, Bu Nining kemudian melemparkan dompet tersebut dan jatuh tepat di samping Bu Nining.

"Ambillah! Ambil semuanya! Biar dia puas," kesal Bu Nining.

Bu Nining menghampiri tempat tidur kemudian berbaring di sana dengan posisi membelakangi Dodi. Dodi memijit pelipisnya. Ia bingung harus bagaimana sekarang. Di satu sisi ada Ibunya dan di sisi lain ada Arini.

Dodi meraih dompet tersebut kemudian meletakkannya kembali ke dalam lemari Bu Nining. "Bulan depan, uang gajiku akan kubagi dua. Separuh untuk Ibu dan separuhnya lagi untuk Arini," tegas Dodi.

Setelah mengucapkan hal itu, Dodi pun bergegas pergi dan membiarkan Bu Nining yang masih kesal di dalam kamarnya. Ketika Dodi membuka pintu kamar tersebut, ternyata di sana Arini sedang menunggu dirinya dengan wajah cemas dan penuh rasa bersalah.

"Arini, kamu?!" pekik Dodi setelah menyadari keberadaan istrinya itu.

"Mas," lirih Arini.

Dodi tersenyum kecut. Ia merengkuh pundak Arini kemudian mengajak wanita itu kembali ke kamar mereka.

...***...

1
Putra Perdana
Luar biasa
Khay le
Semangat arini..
Lilijani Martini
betul ibu Yen Margaret, seharusnya laki2 yg berkhianat kena tulah , tp kenyataan nya malah kebalikan , merasa dirinya hebat ,
🔵❤️⃟Wᵃf‌🇸‌‌🇦‌‌🇷‌‌🇦‌‌🇸‌①
baru sadar Doni yang mandul BKN arini
Ira
Dulu pas pembagian otak dimana ya suci kok bodoh..
Erina Munir
takdir ...meureeuun
Dewi Dama
lanjutttt....semangat...
Dewi Dama
sedih bangat..kasian Arini...lebih bsik di ceraikan sy thoorrr...
Dewi Dama
Luar biasa
Dewi Dama
iyaa.. thoorrr...bagus...jln cerita nya juga bagus kok...
Dewi Dama
semangat thorrr...
Nina Pudjiastuti
diawal cerita aja udah Bombay.
penasaran nih kita /Grin//Grin/
Nur Lailaljk00 Khamarudin
hendra sama suci aja.
£rvina
kena juga tuh c ikan asin/Yawn/
£rvina
dimata hendra kamu kaya ikan asin, yg mau biasanya kucing liar n kucing kampung. klo kucing2 mahal gak mau ikan asin /Facepalm//Tongue/
£rvina
Luar biasa
£rvina
gemes deh sama bumer satu ini, pengen tak cubit ginjalnya/Cleaver//Hammer/
Ahsin
drpd sakit hati trs knp gak berpisah sj arini
Viaa
*tersungging
Dyah Oktina
hendra kasih yg gadis dong thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!