Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)
*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁
^ErKa^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 5 - Tugas Kelompok
Aku tetap dengan niat awalku. Pertemuan itu akan dilakukan jam 18.30 WIB, maka Aku pun berangkat pada pukul 17.30 WIB. Aku berharap bisa tiba di tempat acara tepat waktu.
"Yah, Khansa pamit keluar dulu ya."
"Mau kemana Nduk?"
"Ada tugas sekolah Yah."
"Tugas kelompok?"
"Iya, bisa dibilang seperti itu."
"Jauh tempatnya? Mau Ayah antar? Mumpung ada angkot."
"Nggak perlu Yah. Khansa bisa berangkat sendiri. Nggak jauh kok tempatnya. Khansa berangkat dulu ya Yah, Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam, hati-hati ya Nduk."
"Iya Ayah."
Sebenarnya diantar ayah akan lebih efektif untukku. Tapi Aku sadar diri. Angkot itu bukan milik ayahku. Bila Aku mengiyakan tawaran ayahku, akan sangat beresiko pada pekerjaan beliau. Coba bayangkan bila ada teman atau boss ayah melihat angkot itu digunakan untuk mengantar anaknya, pasti ayahku akan dipecat. Aku tidak ingin hal itu terjadi.
Tidak apa-apa Aku mengayuh sepeda. Toh sudah terbiasa melakukannya. Bersepeda juga membuat tubuhku semakin sehat. Jadi Aku akan baik-baik saja.
Pelan-pelan Aku mengayuh jengkal demi jengkal jalan yang ada. Sesuai dengan permintaan ayah, Aku mengayuh sepeda dengan hati-hati. Aku tidak ingin mengalami celaka dan membuat sedih ayah dan adikku.
Untuk mengusir kebosanan dan lelah yang mulai menghampiri, Aku menyanyi di sepanjang jalan. Keringat mulai bercucuran.
Aku berhenti sejenak dan memutuskan untuk istirahat. Mengambil botol minumku dan menegaknya. Rasa segar menghampiri tenggorokanku yang kering.
"Baiklah, mari berangkat lagi. Semangat!" Ucapku menyemangati diri.
Tak terasa Aku pun tiba di lokasi pertemuan. Aku melihat sekitar. Masih belum tampak wajah-wajah yang kukenal. Aku memutuskan untuk duduk di kursi kosong yang ada di sana.
Aku mengeluarkan ponsel dan menatap jam di sana. Waktu sudah menunjukan pukul 18.40 WIB, namun kenapa teman-temannya yang lain belum datang? Apa Aku salah tempat?
Aku kembali mengambil minumanku dan memutuskan untuk menunggu. Aku hampir terlelap ketika mendengar seseorang menyapaku.
"Khansa, sudah lama di sini?" Suara yang sangat familiar dan memenuhi mimpi-mimpiku. Membuat tubuhku otomatis tegap dan duduk dengan sikap sempurna. Aku melihat Alex di depanku. Seperti biasa, dia sangat tampan.
Alex memakai kaos polo berwarna putih yang di padu dengan celana jeans dan sepatu sporty. Dia tampak seperti malaikat tampan.
"Hei, Aku tanya tidak di jawab."
"Eh, uh i-iya eh ng-nggak..." Seperti biasa, Aku tiba-tiba menjadi orang paling bodoh sedunia ketika berhadapan dengan Alex.
"Ay, Aku lapar. Beliin Aku makan dulu gih." Tiba-tiba Diana muncul dan berdiri di dekat Alex. "Siapa dia?" Mata Diana menatapku lekat-lekat. Menilai dari bawah ke atas, dan kembali dari atas ke bawah. Wajahnya sedikit rileks mengetahui fisikku tidak mungkin bersaing dengannya.
"Oh, dia Khansa, teman sekelasku. Khans, ini Diana, cewekku." Alex berusaha mengenalkan Kami. Aku berdiri dan mengulurkan tanganku.
"Ay, Aku lapar. Beliin makan gih, please..." Diana merengek. Dia mengabaikan tanganku yang terulur. Aku kembali menarik tanganku.
Baiklah, Aku sudah terbiasa menerima perlakuan seperti ini. Mendapat satu kali lagi perlakuan yang sama, tidak akan membuatku sakit hati. Lagian, siapa Aku? Ingin bersalaman dengan Princess Diana? Itu tidak mungkin bukan?
"Tunggu di sini." Ucap Alex.
"Makasih Ay, makin cinta deh, hihi." Diana cekikan. Kemudian dia duduk di kursi di depanku. Aku yang salah tingkah akhirnya duduk di sebelahnya juga.
Berdua bersama Diana seperti ini membuatku sangat minder. Anggap saja seorang dewi dan pembantunya sedang duduk bersebelahan. Sungguh pemandangan yang lucu.
Diana mengacuhkanku. Dia sibuk membuka ponsel nokia keluaran terbaru. Aku hanya bisa diam dan bingung akan berbuat apa. Ini benar-benar situasi yang canggung menurutku.
Kemudian satu persatu Aku melihat wajah-wajah yang kukenali. Teman-teman sekelasku mulai berdatangan. Hampir semua dari mereka menyapa Diana dan mengacuhkanku yang duduk di sebelahnya. Aku benar-benar tidak ada di mata mereka.
Aku memutuskan untuk pindah ke tempat duduk yang lebih sepi dan menunggu acara itu di mulai.
Aku melihat Alex datang membawa bungkusan dan menyerahkannya pada Diana. Alex tidak hanya tampan wajahnya, tapi juga hatinya. Dia memperlakukan pacarnya dengan lembut dan menuruti permintaannya. Ah, andaikan ada pria seperti Alex dihidupku... Yah, Aku tidak berharap dia setampan Alex karena Aku sadar diri dengan kondisi fisikku, tapi setidaknya Aku ingin pria yang sebaik Alex...
Hah, mikir apasih Aku ini? Aku masih berumur 15 tahun. Bahkan ayahku masih menganggapku remaja kecil, mengapa pikiranku dipenuhi dengan Alex? Benar-benar memalukan.
Aku tengah menatap Alex ketika sejurus kemudian tatapan Kita bertemu. Aku salah tingkah. Cepat-cepat Aku memalingkan wajahku dan menyibukan diri dengan hal-hal tidak penting.
"Kok pindah kesini?" Tiba-tiba Alex sudah berada di mejaku. Dia meletakan bungkusan di depanku. Aku menatapnya dengan terkejut dan bertanya-tanya.
"Sedikit camilan. Lima belas menit lagi kumpul ya. Kita akan mulai acaranya." Tanpa menunggu jawaban dariku Alex melenggang pergi.
Aku tatap punggung Alex dalam-dalam. Baru saja Aku berkhayal memiliki seseorang yang memiliki kebaikan hati seperti Alex, tiba-tiba pria itu datang dengan membawakan sesuatu. Apa Aku sedang bermimpi?
Aku masih menatap Alex yang kembali bergabung dengan Diana. Wanita itu tampak protes dan melirikku dengan tatapan tajam. Aku menundukan wajahku.
Aku memutuskan tidak memakan camilan itu dan membawanya pulang. Tatapan Diana membuatku sangat tidak nyaman.
Seperti intruksi dari Alex, dalam lima belas menit ke depan Kita mulai melakukan briefing.
Alex mengatur timnya dan menempatkan sesuai dengan tugasnya. Setengah jam kemudian syuting tugas kelompok itu mulai dilakukan.
"Padahal nggak cantik-cantik amat, tapi songongnya minta ampun." Briana mengomel sembari menatap Diana yang selalu berdiri di samping Alex.
Aku mengikuti arah tatapan Briana. Hem, mungkin ada yang salah dengan mata Briana? Dilihat dari sudut pandang manapun, mereka berdua adalah pasangan yang sangat serasi. Yang laki-laki sangat tampan dan yang wanita sangat cantik. Dilihat dari sudut pandang manapun, level kecantikan Diana itu *sangat cantik*, bukan *nggak cantik-cantik amat*.
Yah wajar sih kalau Briana iri. Dia menyukai Alex. Dia pasti akan mencari-cari kesalahan wanita yang menjadi pasangan Alex, tak terkecuali saat ini.
"Rapiin rambutku." Perintah Briana.
"Baik." Aku menyisir rambutnya dengan pelan. Sebenarnya Aku bertugas sebagai seksi perlengkapan. Namun karena semua pekerjaanku sudah selesai, Aku ditugaskan untuk melayani pemeran utama wanita, yaitu Briana.
Syuting ala-ala itu dilakukan selama dua jam. Tema dari tugas kelompok itu bebas, sehingga mereka mengambil tema yang mudah yaitu percintaan remaja.
Adegan kali itu menceritakan seorang sepasang kekasih yang tengah melakukan kencan di sebuah food court.
Sebenarnya adegannya simple, yaitu Alex dan Briana makan bersama. Namun Briana berusaha mengambil kesempatan dengan beberapa kali memegang tangan Alex. Setiap kali itu terjadi, Alex serta merta akan menarik tangannya dan adegan akan kembali di ulang.
Aku saja yang bukan apa-apanya Alex merasa kesal dengan sikapnya, bayangkan bagaimana perasaan Diana?
Aku menatap ekspresi Diana. Dia terlihat kesal. Menurutku wajar sih dia seperti itu. Dia tidak mencakar wajah Briana saja sudah sebuah keberuntungan bagi Briana.
***
Happy Reading 🥰
akunya
Emg keren lu Thor/Ok/