NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 3

Warisan Mutiara Hitam 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:61.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 3)

Gerbang dimensi di atas Pulau Tulang Naga telah terbuka, menyingkap "Dunia Terbalik" peninggalan ahli Ranah Transformasi Dewa. Langit menjadi lautan, dan istana emas menjuntai dari angkasa.

Chen Kai, kini menyamar sebagai "Tuan Muda Ye" yang arogan. Berbekal Fragmen Mutiara Hitam, ia memiliki keunggulan mutlak di medan yang melanggar hukum fisika ini. Namun, ia tidak sendirian.

Aliansi Dagang Laut Selatan, Sekte Hiu Besi, dan seorang monster tua Ranah Jiwa Baru Lahir memburu Inti Makam demi keabadian. Di tengah serangan Penjaga Makam dan intrik mematikan, Chen Kai harus memainkan catur berdarah: mempertahankan identitas palsunya, menaklukkan "Istana Terbalik", dan mengungkap asal-usul Mutiara Hitam sebelum para dewa yang tidur terbangun.

Ini bukan lagi perburuan harta. Ini adalah perang penaklukan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Detik yang Hilang

Dunia putih itu tidak sunyi. Dunia itu dipenuhi oleh suara tangisan seorang pria.

Chen Kai berdiri sebagai pengamat tak kasat mata di dalam ingatan Xing Tian. Ia melihat sang Petapa Ruang Hampa, yang saat itu masih muda dan gagah, berlutut di samping sebuah peti mati kristal. Di dalam peti itu, terbaring seorang wanita cantik dengan kulit pucat yang perlahan berubah menjadi abu.

"Jangan pergi... kumohon, jangan pergi..." isak Xing Tian.

Tangan Xing Tian memegang Fragmen Waktu—batu emas yang sama dengan yang dipegang Chen Kai saat ini.

"Hukum Waktu: Pembalikan!" teriaknya.

Cahaya emas meledak.

Debu abu itu kembali memadat menjadi kulit. Warna merah kembali ke pipi wanita itu. Matanya terbuka.

Xing Tian tersenyum bahagia. "Aku berhasil! Aku menipu kematian!"

Namun, senyum itu hanya bertahan satu detik.

Wanita itu tersenyum sedih, lalu batuk darah. Dalam sekejap mata, tubuhnya menua ribuan tahun. Dagingnya membusuk, tulangnya hancur, dan ia kembali menjadi debu—kali ini debu yang hitam pekat.

"TIDAK!" Xing Tian meraung.

Ia mencoba lagi. Dan lagi. Dan lagi.

Chen Kai melihat ratusan, ribuan kali pengulangan. Xing Tian memutar waktu, menghidupkan kekasihnya, hanya untuk melihatnya mati lebih mengenaskan setiap kali. Waktu menuntut bayaran. Jika kau memundurkan satu detik kehidupan, kau harus membayar dengan satu abad kehancuran.

Akhirnya, Xing Tian yang tua dan gila duduk di atas takhta logam di Aula Singgasana, sendirian.

"Waktu bukanlah sungai yang bisa kau bendung," bisik Xing Tian tua, menatap langsung ke arah Chen Kai (atau ke arah masa depan). "Waktu adalah api. Kau bisa menggunakannya untuk memasak, atau membiarkannya membakarmu. Aku memilih terbakar. Jangan ulangi kesalahanku, Pewaris."

Visi itu pecah.

WUNG!

Chen Kai tersentak kembali ke dunia nyata. Ia masih berdiri di pulau kecil di tengah Sungai Penuaan. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya.

Fragmen Keempat di tangannya tidak lagi melawan. Benda itu meleleh menjadi cahaya cair keemasan dan meresap ke dalam kulitnya, melesat menuju Dantian.

Di dalam Dantian Chen Kai, Mutiara Hitam berputar dengan kecepatan penuh. Tiga fragmen sebelumnya menyambut cahaya Emas itu.

Mereka bersatu.

Sebuah cincin energi baru terbentuk mengelilingi inti Mutiara.

Hukum Waktu: Dilasi (Perlambatan/Percepatan Relatif).

Chen Kai membuka matanya. Pupilnya yang hitam kini memiliki satu jarum jam emas tipis yang berdetak di dalamnya.

Di pinggir sungai, Hei Long (Tetua Sekte Naga Teratai) sudah kehilangan kesabaran. Ia melihat cahaya emas meresap ke tubuh Chen Kai dan menyadari bahwa ia telah kehilangan kesempatan untuk merebutnya.

"Dasar pencuri!" raung Hei Long. "Jika aku tidak bisa memilikinya, kau juga tidak!"

Hei Long tidak lagi peduli pada Sungai Penuaan. Ia membakar esensi darahnya untuk menciptakan Perisai Naga Darah yang bisa menahan penuaan selama lima detik.

Ia melompat menyeberangi sungai.

"MATI!"

Hei Long muncul di depan Chen Kai dalam sekejap mata. Cakar naganya yang bersisik hitam mengarah tepat ke jantung Chen Kai. Kecepatannya begitu tinggi hingga suara ledakan sonik baru terdengar setelah ia bergerak.

Bagi Chen Kai yang lama, serangan ini tidak mungkin dihindari.

Tapi bagi Chen Kai yang sekarang...

Tik.

Dunia melambat.

Bukan kiasan. Dunia benar-benar melambat di mata Chen Kai.

Ia melihat ekspresi bengis di wajah Hei Long membeku dalam lambat. Ia melihat butiran keringat yang melayang di udara berhenti bergerak. Ia melihat aliran Qi di cakar Hei Long merambat pelan seperti siput.

Ini bukan karena Hei Long lambat. Ini karena persepsi waktu Chen Kai dipercepat sepuluh kali lipat.

"Menarik," batin Chen Kai. "Jadi ini rasanya menjadi dewa di antara manusia."

Chen Kai melangkah ke samping dengan santai. Ia bahkan sempat merapikan jubahnya.

Saat ia membatalkan efeknya...

Tok.

Waktu kembali normal.

WUSH!

Cakar Hei Long menghantam udara kosong tempat Chen Kai berdiri tadi. Tenaganya yang besar membuat Hei Long terhuyung ke depan, hampir jatuh ke tanah.

"Apa?!" Hei Long membelalak. "Bagaimana kau... kau tadi ada di sana!"

Chen Kai sudah berdiri di belakang Hei Long, Pedang Meteor Hitam menempel di punggung sang Tetua.

"Kau terlalu lambat, Kakek Tua," bisik Chen Kai.

"Kurang ajar!" Hei Long memutar tubuhnya, melepaskan ledakan Qi segala arah.

Chen Kai melompat mundur. Namun, sebelum mendarat, ia mengarahkan telapak tangannya ke arah Hei Long.

"Mari kita coba hadiah baruku."

"Hukum Waktu: Pelapukan."

Chen Kai menembakkan sinar abu-abu tipis dari jarinya.

Hei Long menangkisnya dengan lengan kirinya yang terbungkus zirah sisik naga. "Serangan lemah!"

Namun, saat sinar itu menyentuh lengan kirinya, Hei Long menjerit ngeri.

"AAARGH!"

Zirah sisik naga yang keras itu tiba-tiba berkarat, retak, dan hancur menjadi debu dalam hitungan detik. Dan efeknya tidak berhenti di zirah. Lengan kiri Hei Long mulai keriput, ototnya menyusut, tulangnya menjadi rapuh seperti kapur.

Lengan itu menua seribu tahun dalam satu napas.

Hei Long dengan cepat memotong lengan kirinya sendiri dengan tangan kanannya sebelum efek penuaan itu menyebar ke jantungnya.

SPLAT!

Lengan yang terpotong itu jatuh ke tanah dan langsung berubah menjadi tulang kering.

Hei Long mundur ketakutan, napasnya memburu, darah mengucur dari bahunya yang putus. Ia menatap Chen Kai seolah melihat hantu.

"Hukum Waktu..." desis Hei Long gemetar. "Kau... kau berhasil mengendalikannya?"

Chen Kai menurunkan tangannya. Wajahnya sedikit pucat. Teknik Pelapukan itu memakan 40% Qi-nya dalam sekali serangan. Itu bukan teknik yang bisa ia spam.

"Pergilah," kata Chen Kai dingin. "Aku sedang berbaik hati karena baru mendapatkan mainan baru. Tapi jika kau maju selangkah lagi, yang menua bukan tanganmu, tapi kepalamu."

Hei Long menggertakkan gigi. Ia kehilangan satu lengan dan 500 tahun umur. Ia kalah telak. Melawan pengguna Waktu di wilayah kekuasaannya sendiri adalah bunuh diri.

"Sekte Naga Teratai tidak akan melupakan ini, Bocah!" ancam Hei Long, sebelum akhirnya berbalik dan melesat terbang keluar melalui lubang di langit-langit, melarikan diri dengan kecepatan penuh.

Chen Kai menghela napas panjang dan jatuh terduduk. Kakinya lemas.

"Tuan Muda!" Luo Sha berlari mendekat, melompati sungai (yang kini sudah berhenti menguap karena Fragmen Waktu telah diambil). "Kau baik-baik saja?"

"Hanya... sedikit pusing," kata Chen Kai, memegangi kepalanya yang berdenyut. Memanipulasi waktu memberikan beban mental yang luar biasa.

Ia melihat ke arah lubang di langit-langit.

"Kita tidak bisa lama-lama di sini. Hei Long pasti akan memberitahu yang lain. Dan suara pertempuran di atas sana..." Chen Kai menunjuk ke atas. "...semakin keras."

Benar saja, getaran dari Aula Singgasana di atas mereka semakin kencang. Sepertinya Tie Sha dan Nona Peramal sudah berhasil mendobrak pintu atau sedang bertarung melawan musuh lain.

"Ayo naik," Chen Kai berdiri, matanya kembali tajam. "Aku sudah punya 4 Fragmen. Sekarang aku cukup kuat untuk mengambil alih istana ini."

Chen Kai memeluk pinggang Luo Sha.

"Langkah Hampa."

Mereka menghilang dari gua bawah tanah itu, meninggalkan sungai yang kini mengering dan tulang-belulang yang menjadi saksi bisu kebangkitan seorang Raja Waktu baru.

1
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Gigi Hitam telah dicabit🤣🤣🤣
Nanik S
Ternyata Loisha bisa swlamat
Nanik S
Joooooost
Nanik S
Putri Lan... jangan biarkan Tetua Besi hidup
Evi Sirajuddin
Mana adikmu KAI 🤭
Chen Ling
Nanik S
Kalau penjaga Gerbang srigala Mutan lalu Tuan Rumahnya sekuat apa
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Lembah kematian
Hendra Yana
makin seruu
BankToso
sehat selalu thor, semangat update ya thor 👍🙏
Nanik S
Kemana Gadis kecil itu
Nanik S
Blaaaaar.... ambil apimu... Hangus dan Gosong 🤣🤣🤣🤣
Nanik S
Nah begitu Kai... gadis kecil perlu ditolong agar tidak patah semangat
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Kai🌺⚔️🌼
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sriiiinkz 🌼⚔️🌺
Nanik S
Prang.... buang saja resep Sampah
Inulsyila
gaspollll
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu 🌼⚔️🌺
Nanik S
Harusnya gadis itu diajak sekalian Kai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!