Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku pamit, Mas! 23
"Apa kamu sudah bertemu dengan kekasih dari anakku?" tanya Bu Julia saat Izha berada di dapur.
"Iya sudah Nyonya," jawab Izha sopan.
"Lalu apa kamu masih tak tahu malu untuk tetap bersama dengan anakku? Pria yang tak pernah mencintaimu sama sekali! Dan menjadi istri Derriz bukanlah tempat yang cocok untuk wanita sepertimu. Kau tahu kan alasan kenapa Derriz masih menyembunyikan status kalian selama ini?" tanya Bu Julia.
"Saya tahu dan saya mengerti. Terima kasih karena anda selalu mengingatkan agar saya tidak lupa. Insyaallah anda tak akan melihat saya lagi dalam waktu dekat. Dan bisa pergi bersama dengan menantu pilihan anda nantinya, Nyonya Julia!" jawab Izha.
"Baguslah kalau kamu tahu diri. Aku tahu kamu hanya memanfaatkan kebaikan Ayah mertuaku saja. Tapi aku tidak akan membiarkanmu mengambil banyak dari ayah mertuaku. Setelah nanti berpisah dengan Derriz jangan pernah tunjukkan lagi wajahmu di depan kami," jawab Bu Julia.
"Insyaallah Nyonya, karena dunia ini sempit. Kapan saja kita bisa bertemu tanpa sengaja. Jika memang anda merasa malu bertemu dengan saya suatu hari nanti. Anggap saja anda tidak kenal dan tidak pernah melihat saya,"jawab Izha.
"Semakin berani saja bicaramu kepada saya! Mentang-mentang ayah selalu membelamu!" Bu Julia semakin kesal dan meninggalkan Izha di dapur.
Izha hanya menutup mata dan mencoba menenangkan perasaannya. Di rumah ini di keluarga ini yang menerimanya hanyalah kakek Bima. Sedangkan yang lainnya tidak ada yang menerima kehadirannya. Izha cukup tau diri dan akan mencari tempat di mana dia bisa diterima dengan tangan terbuka bukan seperti sekarang. Kedua orang tua Derriz tak pernah menerima kehadiran Izha. Mereka terpaksa merestui pernikahan anak satu-satunya dengan Izha karena keinginan Kakek Bima yang saat itu sedang sakit.
"Yang sabar ya Non Marizha," ucap bibi membuat Izha membuka matanya kaget.
"Maaf kalau Bibi harus mendengar semua pembicaraan kami tadi," jawab Izha sambil tersenyum.
"Bibi doakan semoga non bisa menemukan kebahagiaan setelah ini. Jika memang bukan bersama dengan Pak Derriz, Saya berharap non Izha bisa bahagia bersama dengan pria yang benar-benar mencintai dan meratukan anda. semoga Allah membalas rasa sakit dan pengorbanan Anda selama ini," ujar bibi sambil meneteskan air mata.
"Terima kasih bi, hanya saja saya merasa sedih. Bukan karena saya tidak dicintai atau diterima di keluarga ini. Tapi saya sudah gagal menepati janji kepada Kakek Bima. Semoga beliau mengerti dengan keadaan ini. Juga bisa menerima wanita pilihan Mas Derriz dan kedua orang tuanya," jawab Izha mengusap tangan bibi dengan lembut.
Kakek Bima selalu bahagia saat bertemu dengan Izha. Tawa dan senyumnya tidak pernah lepas dari bibir kakek tua itu. Derriz menatap kepada sang kakek, tak pernah dia melihat kebahagiaan bahkan dirinya juga belum tentu bisa membuat kakeknya tertawa dan tersenyum seperti itu. Apakah dia harus benar-benar mencoba untuk bertahan lebih lama lagi bersama dengan Izha demi kebahagiaan sang kakek di akhir hidupnya?
Jika Dia memutuskan hal itu, lalu bagaimana dengan Luna. Dia tak bisa membuat Luna menunggu lebih lama lagi. Dan dia juga tidak bisa melepaskan Izha saat ini. Entahlah dia merasa berat sekali melepaskan istrinya itu. Apalagi melihat jika ada pria yang berusaha mendekati istrinya yang bahkan dia sendiri belum tahu siapa pria itu. Tapi ada rasa aneh dalam hatinya hanya baru membaca pesan dari pria itu saja. Lalu bagaimana dengan Izha yang melihat dirinya bahkan berpelukan dengan Luna? Bertemu setiap hari bahkan pulang malam karena harus menemani Luna.
Malam menjelang Izha masuk ke dalam kamar lebih dulu. Kamar yang biasa mereka tempati saat bermalam di rumah kakeknya, sedangkan Derriz sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya. Izha berdiri di depan jendela yang besar menatap ke arah langit yang sangat indah, di penuhi dengan taburan bintang dan cahaya bulan. Hanya saja tak seindah hati dan jalan hidupnya.
"Kamu sedang mikirin apa Hem?" tanya Derriz lembut tak seperti biasanya.
"Tidak ada," jawab Izha mencoba menghindar dan berusaha pergi.
Tapi tangan Derriz menahannya. Kenapa dengan jantung Derriz? Bayangan wajah cantik Izha yang tak mengenakan hijab malah tiba-tiba muncul. Izha memang cantik tanpa atau dengan hijabnya, Derriz mengakui hal itu. Mungkin itulah dia selalu merasa kesal saat ada pria yang berusaha mendekatinya.
"Apa kamu mau memberikan aku kesempatan? Aku akan berusaha membuka hatiku untuk kamu, Izha!" tanya Derriz.
"Jika Mas Derriz melakukannya demi kakek, lebih baik urungkan saja niat itu. Kita lakukan kesepakatan awal kita sebelumnya. Mumpung disini, lebih baik kita bicarakan dengan kakek. Karena cepat atau lambat, hubungan kamu dan Luna akan di ketahui. Jangan semakin membuat Kakek murka,"jawab Izha menatap wajah tampan suaminya untuk yang terakhir kali.
Secepatnya dia sudah harus pergi setelah surat itu datang. Dia harus mencari tempat tinggal sementara, setelah keluar dari rumah milik Derriz.
sreeeeettttt
Derriz menarik dagu Izha dan menatap lekat gadis di depannya. Izha memang gadis karena mereka memang belum melakukan apapun selama satu tahun ini. Wajah cantik dan tatapan sendu istrinya membuat hati Derriz bergetar. Entah kenapa debaran jantungnya malah semakin kencang dia rasakan. Bersama dengan dengan Luna juga tak pernah seperti itu. Izha juga menatap lekat wajah tampan pria yang pernah berusaha dia luluhkan hatinya selama satu tahun ini namun gagal.
"Pandanglah sebelum padanganmu untukku menjadi ha-ram, Mas! Ingatkan jika wanita matre ini pernah hadir dalam hidupmu selama satu tahun ini. Wanita yang sudah merusak masa depan dan harapanmu bersama dengan kekasihmu. Maaf jika selama menjadi istrimu, aku selalu membuat kesalahan. Terima kasih untuk satu tahun yang tak akan pernah aku lupakan. Semoga setelah ini kamu bahagia, tanpa ada aku. Wanita yang paling kamu benci, Mas!" ucap Izha membut Derriz menutup bibir mungilnya dengan ibu jari.
Tak kuat rasanya jika dia terus mendengar kata perpisahan dari Izha. Kedua sudut matanya mulai meneteskan air mata. Izha melanggar janjinya, tidak menangis untuk Derriz. Derriz memeluk Izha begitu erat, seolah tak rela jika mereka harus berpisah. Kali ini, tangan Izha membalas pelukan suaminya dan melingkar di pinggang. Tak ada lagi kata-kata yang terucap dari keduanya. Sama-sama hanya diam dalam hangatnya pelukan.
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian