Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Insha
Insha berjalan menuju kamar mandi, pintu kamar mandi terbuka tetapi ada bayangan seorang di dalamnya.
Kak Salma pasti masih berada di musolla, ayah pun sedang sholat di kamar, lalu
siapa di kamar mandi ? mas Han..
Insha pun terdiam mematung jauh beberapa meter dari pintu
kamar mandi
, apa yang di lakukan
mas Han di dalam sana, kenapa pintunya tetap terbuka.. dalam hati Insha
bergumam, ia ingin melihat apa yang di lakukan suaminya disana, tapi ia juga
malu.
Apa aku harus
memanggilnya dulu, atau aku lihat saja langsung ke dalam, ahh tidak-tidak nanti
kalau mas Han tidak pakai baju harus bagaimana aku?
Langkah Insha maju kemudian ia mundur lagi sampai beberapa
kali karna kebingungan apa yang harus ia lakukan. Insha pun memutuskan untuk
kembali ke dalam kamar untuk menunggu Hanafi selesai, tetapi baru saja ia
selanhkah mundur menjauhi kamar mandi
‘’Insha ini..’’
Hanafi sudah memanggilnya,Insha pun terdiam ingin
membalikkan badan ia takut kalau-kalau suaminya itu tak memakai baju.
Jantungnya berdebar lidahnya seperti kaku ingin menjawab panggilan itu. Dengan
perlahan ia pun menoleh ke arah Hanafi menundukkan kepala, terlihat jelas wajah
merah merona Insha, ia juga sedikit memejamkan matanya.
‘’Insha ini..dimana airnya?’’ melihat Istrinya tak menjawab
dan juga menundukkan kepala dengan wajah bersemu merah itu seakan Hanafi
mengerti apa yang ada di fikiran istrinya itu.Hanafi tergelak kecil dan
berjalan mendekati insha.
‘’Sayang, aku tanya dimana airnya kenapa kau diam
saja’’sambil memegang lembut dan mengangkat dagu Insha, terlihat wajah Hanafi
yang tampan dengan senyum manisnya.
‘’eeh anu mas, itu..iya saya akan mengisinya’’ hati Insha
makin berdebar mendengar panggilan Hanafi padanya, juga karna sentuhan di dagu
Insha yang membuat ia bisa melihat jelas wajah tampan suaminya yang semakin
membuatnya tak bisa berkata-kata.
‘’Dimana tombol airnya Insha’’
‘’Tombol air apa mas?’’
‘’Ya ini buat mengisi air, dimana beri tahu aku, biar aku
yang memencetnya’’kepala Hanafi menoleh kesana kemari berharap menemukannya
sendiri.
Insha belum sempat menjawab ia sudah tertawa geli melihat
perilaku suaminya ‘’saya yang akan mengisi airnya mas, mas Han duduk saja
didapur sebentar ya,’’ Insha pun beranjak membuka pintu belakang dan menuju
keluar rumah dengan tawanya yang masih melekat di wajah manisnya.
Begitu pintu di buka hawa dingin langsung menyeruak masuk,
tubuh hanafi yang semula terdiam melihat Insha berusaha menyilangkan tangan di
dadanya secepat kilat karna merasakan hembusan angin yang dingin itu.
‘’Insha kau mau kemana, diluar sangat dingin kembalilah’’
tak mendapat jawaban Hanafi mengikuti langkah Insha keluar dan melihat suasana
yang sudah mulai gelap. Ia mendapati istrinya dengan penerangan seadanya di
depan sebuah sumur yang cukup besar dan sedang memegang tali untuk menarik air.
‘’Apa yang kau lakukan Insha, cepatlah masuk disini dingin
sekali’’
‘’Saya sedang mengisi air mas Han,disini tidak ada pemancar
air jadi harus mengambil air dari sumur seperti ini’’ Insha memandangi wajah
suaminya dengan tersenyum.
‘’Mas Han masuk saja, disini memang dingin saya sudah biasa
melakukannya’’
‘’apaa...apa kamu melakukan ini setiap hari’’Hanafi mendekat
masih dengan tangannya yang menyilang di dada. Membuat Insha semakin tergelak
melihat tingkah suaminya seperti anak kecil yang kedinginan.
‘’iya mas, sudah mas Han masuk saja tunggu di kamar
mandi sebentar lagi airnya juga penuh’’
‘’Kalau begini saja aku juga bisa, mana aku saja yang akan
mengisinya,’’ Hanafi berusaha merebut tali yabf ada di tangan Insha dan mulai
menarik air.
‘’Berat juga ya..apa tidak ada cara lain untuk mengambil air
di sumur ini, kenapa tidak memakai PDAM saja sih, kenapa harus berjuang seberat
ini buat mendapatkan air, berapa kali kamu menarik air disini dalam sehari ‘’
Hanafi bertanya pada Insha sambil nafasnya terengah-engah.
‘’Kan sudah saya bilang saya saja mas yang menarik airnya,
tentu berat kalau mas Han belum terbiasa. Ya setiap airnya habis saya akan
mengisinya, sehari bisa berkali-kali tidak pasti.’’
‘’Lebih baik uangnya dibuat untuk makan setiap hari mas daripada
saya harus membayar air perbulannya yang tentunya tidak murah’’ jawab Insha
sambil beranjak ke dalam melihat air di kamar mandi yang sudah mulai penuh
Hanafi yang merasa bersalah bertanya seperti itu kepada
istrinya ia terdiam. Memikirkan keluarga istrinya setiap hari harus menarik air
seperti ini yang tentu tidak mudah baginya apa lagi bagi seorang perempuan
seperti Insha.
Maafkan saya Insha,
saya menyesal tidak mengenalmu dari dulu dan harus membiarkanmu hidup seperti
ini. Saya akan mengurusnya besok, mulai besok tidak ada orang yang akan menarik
air di sumur ini lagi. Gumam Hanafi didalam lamunannya.
‘’Sudah cukup mas Han, airnya sudah penuh’’ teriak Insha
dari dalam kamar mandi
‘’Oh iya..tinggal satu lagi Insha’’
Hanafi pun masuk kedalam rumah dan mengunci pintu belakang
seperti semula. Setelah itu Insha dan Hanafi bergantian mengambil air wudlu dan
melakukan sholat magrib. Sedikit terburu-buru karna waktu magrib segera
berakhir. Itu karna terlalu lama Hanafi menarik air tadi. Belum sempat makan malam
adzan isya’ sudah berkumandang, Hanafi pun segera menunaikan sholat isya’ juga
sebelum beranjak meninggalkan kamarnya.
Kamar yang di tempati Insha pun tak terlalu luas hanya
berukuran 3x3 meter di sudut ruangan terdapat lemari berukuran sedang, di
sebelahnya ada sebuah meja kecil tempat beberapa bedak Insha tergeletak disana
juga tempat tidur yang mungkin cukup sempit untuk 2 orang dewasa. Ruangan
dikamarnya menyisakan sedikit celah untuk melaksanakan sholat. Dirumahnya tak
ada tempat khusus untuk melakukan sholat. Sebenarnya Hanafi pun ingin mengajak
istrinya untuk sholat berjamaah yang pertama kalinya, tapi melihat keadaan
disana Hanafi mengurungkan niatnya.
Setelah melakukan sholat isya’ di kamar Salma Insha beranjak
untuk segera menyiapkan makan malam di dapur. Salma pun baru terlihat pulang
dari musolla dengan mengenakan mukenahnya.
‘’Ayo kak cepat taruh mukenaknya kita makan malam bersama’’
‘’ iya In..sebentar ya kamu duluan saja, aku akan memanggil
bapak juga’’
‘’Iya kak, aku akan mengajak mas Hanafi juga untuk makan’’
Insha berjalan menuju kamarnya yang bersebelahan dengan
kamar Salma. Terlihat Hanafi telah selesai dengan sholatnya dan sedang memegang
ponselnya mengetikkan sesuatu disana. Yang tentu Insha tidak tahu Hanafi sedang
berhubungan dengan siapa.
‘’Mas Han’’
‘’Iya sayang’’Hanafi menoleh secepat kilat dan tersenyum
manis, masih dengan mengenakan baju yang ia kenakan untuk sholat tadi dan juga
sarung yang masih menempel pada kakinya.
‘’Ayo kita makan dulu mas,bersama kak Salma dan ayah juga’’
‘’Oh iya, kamu duluan ya, aku mau ganti baju dulu, setelah
itu aku kesana’’
Insha mengangguk faham dan meninggalkan Hanafi menuju dapur dengan jantung yang masih
berdebar mendengar panggilan sayang dari Hanafi tadi.Hanafi pun segera mengganti baju dan berjalan menuju dapur. Disana sudah terlihat mertuanya, Salma dan juga Insha duduk menunggunya.
''Sini le, kita makan dulu'' Sambut ayah Insha sambil menunjuk kursi di sampingnya.
''Iya pak, maaf sudah menunggu lama'' jawab Hanafi sambil duduk di kursi.
Insha pun mengambil piring yang telah diisi nasi lengkap dengan lauk pauknya, dan juga Salma telah asyik dengan makanannya sendiri. Meja di dapur itu cukup kecil untuk ukuran 4 orang disana. Di tambah lagi dengan lauk pauk yang cukup banyak, yang telah di masak oleh para pembantu Hanafi sore tadi, membuat meja itu semakin sempit dengan menyisakan sedikit celah di pinggir meja untuk makan. Mereka menyantap makanan dan berbincang-bincang, dalam beberapa menit Hanafi sudah akrab dengan keluarga inti istrinya itu. Tidak di ragukan lagi itu karena Hanafi telah banyak berpengalaman dalam menghadapi banyak orang saat berbisnis. Membuatnya semakin pandai dalam mengambil hati siapa saja lawan bicaranya.
Makan malam telah usai, ayah dan juga Salma kembali ke dalam kamar untuk beristirahat. Menyisakan Hanafi dan juga Insha yang masih berada didapur. Insha mencuci piring yang telah di gunakan tadi, sedangkan Hanafi membantu Insha membereskan makanan yang masih tersisa di meja. Malam pun semakin larut Hanafi beranjak menuju kamar begitu pun Insha yang berada di belakangnya, ia sedikit berjalan tertinggal karena ia masih mematikan lampu di dapur. Hanafi pun sudah terlihat memasuki kamarnya Insha berjalan perlahan mengikutinya.
Bersambung...
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.