Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Tiga mangkuk ramen panas beserta dua piring berisi sashimi segar dan sushi pun sudah terhidang di atas meja yang saat ini sedang ditempati oleh Tristan, Rumi dan si kecil Joyie.
Mungkin orang lain akan berpikir kalau mereka bertiga adalah keluarga kecil yang bahagia. Lihat saja bagaimana menggemaskannya interaksi yang sedang terjadi antara Rumi dan Joyie sekarang.
"Sebentar ya, ramennya masih panas sekali." Kepulan asap yang terlihat begitu nyata di atas mangkuk sana lantas membuat Joyie langsung mengangguk dan menyetujui inginnya Rumi.
Sementara itu di hadapannya Rumi saat ini, Tristan terlihat sedang membersihkan semua peralatan makan yang akan Joyie gunakan. Satu persatu alat itu ia bersihkan menggunakan tisu kering yang memang telah disediakan.
"Eh?" Rumi kira hal itu hanya akan Tristan lakukan pada alat makannya Joyie saja, karena waktu itu memang seperti itu kejadiannya.
Tapi siapa sangka kalau kali ini Tristan ternyata juga ikut membersihkan alat makan yang akan dirinya gunakan tadi. Hal itu tentu saja membuat Rumi teramat terkejut.
"Selamat makan." Dan apa-apaan itu tadi? Kenapa Tristan malah tersenyum ke arahnya seperti itu? Semuanya terlalu cepat sampai Rumi tak bisa mencernanya dengan baik.
"Pelan-pelan, sayang." Kesadaran Rumi baru kembali seutuhnya kala mendengar Tristan yang sedang memperingati putri kesayangannya yang sudah mulai memakan ramen miliknya.
"Sebentar ya, rambutnya biar Miss Rumi ikat dulu supaya nggak ganggu." Joyie nampaknya tak peduli sama sekali, gadis kecil itu masih saja berusaha memasukkan helaian mie ke dalam mulutnya menggunakan sumpit.
"Kalau kesulitan, Joyie boleh kok meminta tolong pada Miss Rumi atau Daddy." Bukan Joyie namanya kalau begini saja sudah menyerah, jadi ia kembali mencoba sampai akhirnya ia berhasil.
Melihat bagaimana kerasnya usaha yang Joyie kerahkan tentu saja membuat Tristan dan Rumi yang ada di sana tertawa dengan pelan sampai akhirnya mereka dibuat tersadar karena tak sengaja saling menatap satu sama lainnya.
"Kalau begitu, selamat makan Pak Tristan." Itu adalah kalimat terakhir yang keluar dari mulut Rumi karena setelahnya gadis itu nampak sibuk dengan makanannya sendiri.
Tidak seperti dua orang perempuan yang ada di hadapannya saat ini, Tristan justru sedang asik menatap ke arah Rumi. Pria itu seolah ingin menyampaikan sesuatu namun entah kenapa ia terlihat begitu meragu.
"Rumi." Ah tidak bisa, mari hilangkan keraguan itu. Karena ini adalah hal yang sangat penting dan Tristan merasa kalau ia harus membahasnya dengan Rumi secepatnya.
"Ya?" Tentu saja Rumi yang sedang asik menyantap ramen miliknya dibuat kebingungan, apalagi Tristan memanggil dirinya hanya dengan nama saja tanpa menggunakan embel-embel Miss di depannya.
"Apa Ibu kamu mengatakan sesuatu tentang saya?" Dari tempatnya duduk saat ini, Tristan bisa melihat Rumi yang sedang mengerjapkan kedua matanya dengan cepat. Sepertinya gadis ini terlalu terkejut.
Mengatakan sesuatu tentang Tristan? Jangan-jangan yang orang ini maksud adalah tentang rencana Bundanya yang ingin menjodohkan Rumi dengan Tristan? Darimana dia tahu?
"Mama saya juga melakukan hal yang sama, beliau ingin saya berkenalan lebih jauh lagi dengan kamu. Dengan harapan kita bisa membangun hubungan baru di masa depan nanti." Untung saat ini Rumi sedang tidak memasukkan apapun ke dalam mulutnya, kalau tidak bisa tersedak dia nanti.
"Boleh saya tau pilihan apa yang sudah kamu buat tentang keinginan kedua orang tua kita yang satu itu? Kamu menerimanya atau malah menolaknya?" Sumpah mati sekarang ini yang ingin Rumi lakukan hanyalah melarikan diri dari hadapan Tristan, kemana saja asal tidak melihat wajah orang ini.
Rumi masih setia mengatupkan kedua bilah bibirnya dengan rapat, namun hal itu tidak membuat Tristan lelah untuk menunggu jawaban seperti apa yang akan Rumi sampaikan padanya.
Baiklah, Rumi akan menjawabnya sekarang juga. Tetapi izinkan Rumi membasahi tenggorokannya yang teramat kering terlebih dahulu.
"Saya menolaknya, Pak. Saya rasa ini bukan zamannya dimana perjodohan masih marak dilakukan, dan lagi pula saya tidak akan pernah bisa menikah dengan orang yang tidak saya cintai." Mungkin Rumi lupa kalau di antara mereka berdua saat ini masih ada si kecil Joyie yang bisa saja mendengar semuanya dengan jelas, tapi biarlah.
"Belum Rumi, bukannya tidak. Kamu hanya belum mencintai saya makanya kamu bisa mengatakan hal yang seperti itu." Bolehkah Rumi merasa terkesan dengan kepercayaan diri yang ada pada Tristan saat ini? Apalagi saat melihat keyakinan yang terpancar dengan sangat jelas dikedua matanya.
"Tapi sayangnya saya menerima keinginan Mama saya yang satu itu, karena saya merasa tidak masalah sama sekali. Meskipun saat ini kita tidak memiliki perasaan untuk satu sama lainnya, tapi saya percaya kalau perasaan itu akan bertumbuh seiring waktu yang berjalan." Rasanya kedua bola mata Rumi bisa saja melompat dari tempatnya karena ia terlalu terkejut.
Bayangkan saja betapa terkejutnya Rumi saat mendengar seorang Tristan yang terlihat begitu dingin malah mengucapkan kalimat sepanjang itu dengan nada bicara yang terdengar sangat lembut.
"Jadi, apa kamu mau mencobanya bersama dengan saya, Rumi? Biarkan saya yang berusaha untuk mengisi hati kamu, dan kamu hanya perlu duduk manis dan menerimanya." Oh Tuhan! Penawaran gila macam apalagi ini?
"Kenapa Bapak malah mau menerimanya? Kan Bapak juga tahu kalau kita cuma dua orang asing yang nggak sengaja ketemu." Tristan kira ia telah berhasil membuat Rumi menerima penawarannya, tapi ternyata perkiraannya salah besar.
Sepertinya selama ia hidup, baru kali ini Tristan mendapatkan penolakan secara terang-terangan begini. Tapi tak masalah sama sekali, karena bagi Tristan, Rumi layak untuk ia yakinkan.
"Joyie, dia alasan kenapa saya mau menerima perjodohan yang sebenarnya konyol ini." Sang empu nama nampaknya tak terganggu sama sekali, lihat saja sekarang ini Joyie malah tengah sibuk menyantap sashimi dalam diamnya.
"Sebenarnya selama ini ada banyak sekali perempuan yang berusaha untuk mendekat pada saya, tetapi mereka selalu gagal saat berusaha mendekatkan diri pada Joyie. Penolakan terus saja mereka dapatkan karena Joyie memang tidak menyukainya sama sekali." Rumi tak memintanya sama sekali, tapi biarlah Tristan menjelaskan semua ini pada gadis yang ada di hadapannya saat ini.
"Tapi kamu malah berhasil membuat putri saya sangat menyukai sekaligus menyayangi kamu hanya dalam waktu singkat, bahkan sangat singkat." Mungkin yang satu ini juga sudah sering Rumi dengar secara langsung dari Joyie yang sering kali mengatakan seberapa besar rasa suka yang ia miliki pada Rumi.
Nampaknya Tristan telah selesai dengan penjelasannya, terbukti dari mulutnya yang kembali terbungkam dan ia mulai menyantap makanannya. Meninggalkan Rumi seorang diri dengan pikirannya yang penuh.
Haruskah Rumi juga menerima perjodohan ini? Rumi akui kalau ia pun mulai menyayangi Joyie yang entitasnya selalu ia temui setiap harinya. Tapi apa Rumi bisa menikah dengan Tristan tanpa adanya perasaan sedikitpun?
Tadi juga Tristan sudah berkata kalau ia akan berusaha untuk memasuki hati Rumi, namun Rumi jadi meragu apakah Tristan bisa melakukannya.
Pasalnya Rumi cukup tahu diri kalau dirinya itu sangat sulit untuk jatuh cinta. Pada mantan kekasihnya yang brengsek pun Rumi seperti itu, tapi sialnya dia malah diselingkuhi.
"Tiga bulan, saya beri waktu kepada Bapak selama tiga bulan untuk bisa membuat saya jatuh cinta. Apa Bapak bisa melakukannya?" Berani sekali Rumi memberikan tantangan pada sosok Tristan yang selama hidupnya harus mendapatkan apa yang ia inginkan.
Tentu saja hal ini akan sangat mudah bagi Tristan, dan ia akan menunjukkannya pada Rumi.
semangat berkarya kak🥰
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih