Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 Dia Yang Bucin.
Karena tidak di jemput Andre yang membuat Alina harus menaiki bis untuk pulang ke rumah. Dia sudah menunggu di halte bis itu sama anak-anak sekolah lain yang seperti biasa pasti membaca buku. Di mana pun tempatnya Alina tetap saja fokus pada bukunya.
Gadis cupu memang identik dengan kutu buku dan mungkin itu yang membuat orang-orang suka jahil pada Alina.
Ketika Bus itu datang, seperti biasa semua murid-murid akan berebut untuk masuk dan Alina yang memang dasar lemot dan mau saja mengalah yang hanya diam yang didorong sana-sini oleh anak-anak yang memasuki bus tersebut dengan berebut.
Alina bahkan mengalami kesulitan untuk masuk dan dia hampir saja jatuh dan untung saja tubuh kecilnya tertahan tubuh tegap yang membuat Alina mengangkat kepalanya untuk menoleh siapa yang menolongnya dan ternyata itu adalah Fathan yang menahan tubuh mungil itu.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Fathan. Alina menggelengkan kepala yang menegakkan posisi berdirinya.
"Ayo naik!" titah Fathan.
Alina menganggukkan kepala dan naik paling terakhir karena yang lain sudah naik dan begitu juga dengan Fathan yang ternyata menaiki Bus tersebut.
Karena naik paling terakhir Alina tidak mendapatkan tempat duduk yang akhirnya berdiri dengan bantuan pegangan yang menggantung di dalam Bus dan begitu juga dengan Fathan yang berdiri di belakangnya dan juga ada murid-murid yang lain yang pasti juga tidak kebagian tempat duduk.
Bus tersebut yang melaju mendadak membuat tubuh Alina terperosok pada tubuh tegap Fathan. Lagi-lagi untung ada Fathan yang menjadi pelindung. 1 tangan Fathan juga bahkan memegang pinggangnya agar Alina tidak jatuh.
Alina mengangkat kepala perlahan yang melihat ke arah Fathan. Keduanya saling menatap dengan Fathan yang sedikit menunduk karena dia jauh lebih tinggi daripada Alina.
Setelah beberapa detik yang akhirnya membuat Alina sadar dan menjauh sedikit dari Fathan. Dia seketika menjadi gugup dengan pipinya yang sangat mudah sekali memerah.
"Maaf, Kak!" ucap Alina dengan menunduk dan terlihat malu-malu. Fathan yang tidak mengatakan apa-apa hanya tersenyum.
Biasalah kalau sudah naik Bus pasti akan dempet-dempetan. Tatapi Fathan yang selalu melindungi tubuh Alina. Dia berdiri di belakang Alina yang melindungi Alina agar tidak terdorong oleh murid-murid yang lain.
Alina bisa merasakan hal itu yang membuat jantungnya berdebar dengan kencang. Entah kenapa Fathan begitu sangat peduli padanya.
Akhirnya giliran Alina yang sudah sampai dan buru-buru turun. Ketika dia sudah turun dengan Alina yang menghela nafas yang merasa sedikit lega dengan banyaknya kejadian di dalam Bus tersebut yang seperti tidak biasanya.
Alina kaget saat mendengarkan suara hentakan sepatu dan membuatnya menoleh ke samping yang ternyata orang tersebut adalah Fathan.
"Kakak turun di sini juga?" tanya Alina. Fathan mengangguk dengan kedua tangannya berada di saku celananya.
"Memang rumah Kakak di mana?" tanya Alina.
"Rumah kamu di mana?" Fathan malah bertanya kembali.
"Aku masuk ke dalam gang itu!" tunjuk Alina.
"Kalau begitu jalan lah," ucap Fathan yang membuat Alina bingung entah apa maksud Fathan. Alina menurut saja dan berjalan yang ternyata Fathan mengikutinya tetap berjalan di sampingnya.
Keheningan yang ada di antara mereka berdua, baik Fathan yang juga tidak membuka obrolan.
"Bukankah Sarah mengatakan dia anak orang kaya dan juga seorang selebritis, masa iya tinggal di tempat seperti ini," batin Alina yang kebingungan.
Sampai akhirnya Alina sudah tiba di kediamannya tepat di depan gang rumah susun.
"Kamu tinggal di sini?" tanya Fathan.
"Benar, Kak," jawab Alina.
"Kalau begitu masuklah. Aku hanya mengantarmu," ucap Fathan.
Alina mengerutkan dahi dengan kebingungan.
"Apa itu artinya Kakak tidak tinggal di sini?" tanya Alina.
"Iya. Aku tidak tinggal di sini dan aku hanya memastikan saja kamu sudah sampai rumah," jawab Fathan.
"Sampai ketemu besok di sekolah," ucap Fathan yang membuat Alina masih saja kebingungan. Fathan yang tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung pergi.
Alina melihat pria tersebut berlari. Alina yang malah mengejar dan langkahnya terhenti ketika melihat tiba-tiba mobil berhenti di depan Fathan dan Fathan langsung memasuki mobil mewah tersebut yang sebelumnya pintunya dibukakan seorang pria berjas rapih yang kemungkinan itu adalah sopir.
"Apa dia hanya iseng saja mengikutiku dan sebenarnya dia tidak tinggal di sini. Lalu untuk apa menaiki Bus. Ujung-ujungnya dia dijemput juga," gumam Alina dengan kebingungan dengan Fathan yang dengan semua tingkah yang membingungkan.
***
Alina yang berada di dalam kamarnya yang sedang duduk di meja belajar, seperti biasa pasti belajar walau sudah malam hari yang diterangi dengan lampu belajar.
Tiba-tiba saja Alina kepikiran dengan kejadian tadi siang. Fathan yang bertingkah sangat aneh, laki-laki itu memang sering memperhatikan dirinya, senyum kepadanya, sering menyapanya dan bahkan sering membantunya, walau wajahnya terlihat begitu dingin yang tampak begitu tegas dan tidak banyak bicara.
Alina sama sekali tidak mengejar-ngejar seperti murid-murid yang lain dan justru dia yang dikejar-kejar. Hal itu jelas-jelas membuat Alina tidak mengerti apa maksud tujuan dari pria tersebut. Dia bahkan sempat berpikiran tentang apa yang dikatakan Sarah.
"Apa yang kamu pikirkan Alina. Kamu sebaiknya fokus belajar dan jangan memikirkan hal yang tidak penting. Jangan sampai hal konyol seperti itu membuat konsentrasi kamu belajar menjadi berantakan, ingat sebentar lagi akan ujian," ucapnya dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang berusaha untuk menyadarkan dirinya dan kembali lanjut untuk belajar.
***
SMA Harapan Bangsa.
"Alina tunggu!" panggil Fathan yang berlari dari gerbang sekolah menghampiri Alina yang berjalan begitu cepat.
"I-iya kak," sahut Alina dengan kepala tertunduk yang seperti biasa tidak berani melihat Fathan. Jantungnya akan berdebar dengan kencang dan wajahnya akan terlihat grogi.
"Ini!" Fathan tiba-tiba memberikan undangan kecil.
"Aku sampai lupa untuk memberikan undangan ini kepada kamu," ucap Fathan.
"Kakak mengundang saya di acara ulang tahun Kakak?" tanya Alina dengan kepala yang terangkat yang berbicara begitu gugup.
Ulang tahun Fathan pria yang menjadi idola di sekolah itu yang memang akan mengadakan ulang tahun ke-18. Jadi jelas Alina sudah tahu hal itu, karena orang-orang di sekolahnya membicarakan tentang acara yang di dengar-dengar sangat mewah dan semua siswa sangat ingin mendapatkan undangan itu.
"Jika aku sudah memberikannya kepada kamu, artinya aku memang mengundang kamu," jawab Fathan.
Alina terdiam yang belum mengambil undangan itu.
"Kamu tidak berniat untuk mengambilnya?" tanya Fathan.
"Ba-baik, kak!" Alina yang langsung mengambil dengan cepat.
"Aku harap kamu bisa datang," ucap Fathan.
Alina hanya menganggukkan kepala yang terlihat takut-takut.
Dia pasti tidak percaya jika diundang senior populer di sekolah itu. Pasti banyak cewek-cewek yang iri dengan Alina dan apalagi diundang langsung oleh Fathan, sementara yang lain diwakilkan teman Fathan yang membagikan undangan itu dan pasti tidak semua teman satu sekolah diundang melainkan dipilah-pilih.
"Kamu belum dijemput?" tanya Fathan.
"Belum, Kak," jawabnya.
"Kamu akan dijemput atau pulang naik Bus?" tanya Fathan yang mungkin ingin mengulang kejadian kemarin, sangat random mengikuti gadis tersebut sampai pulang ke rumahnya.
"Alina dijemput oleh Kak Andre dan mungkin sebentar lagi akan datang," jawab Alina.
"Begitukah!" sahut Fathan yang sedikit merasa kecewa karena tidak bisa seperti kemarin.
Bersambung.....