NovelToon NovelToon
Star Of Death Heavenly Destroyer

Star Of Death Heavenly Destroyer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Light Novel
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Leluhur

Update Sebulan Sekali (Opsional)
Local Galactic Group, dimensi yang menjadi ajang panggung pertarungan para dewa dalam siklus pengulangan abadi. Noah, Raja Iblis pertama harus menghadapi rivalitas abadinya, Arata, Dewa Kegilaan akan tetapi ia perlahan menemukan dirinya terjebak dalam kepingan-kepingan ingatan yang hilang bagaikan serpihan kaca. The LN dewa pembangkang yang telah terusir dari hierarki dewa. Mendapatkan kekuatan [Exchange the Dead] setelah mengalahkan dewa Absurd, memperoleh kitab ilahi Geyna sebagai sumber kekuatan utama.'Exchange the Dead' kemampuan untuk menukar eksistensi dan mencabut jiwa sesuka hati, mampu menukar kematian ribuan kali, menjadikannya praktis tak terkalahkan menguasai kitab ilahi Dathlem sebagai sumber kekuatan tambahan menciptakan makhluk-makhluk rendah dengan satu bakat sihir sebagai perpanjangan kekuasaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Agil Leveth Grines vs Void De Noice: Pertarungan Terkahir

Tanpa peringatan, Arata melesat maju. Pedang Agroneme berkilat merah darah saat beradu dengan Venuszirad, menciptakan gelombang energi yang membuat spiral-spiral Laksamana Gigi bergetar hebat.

"HAAAA!" Arata menghantamkan pedangnya bertubi-tubi, setiap tebasan membawa jejak energi divine yang telah dia curi. Udara bergetar dengan setiap benturan, menciptakan kilatan-kilatan energi yang membutakan.

Noah menangkis setiap serangan dengan presisi sempurna, Venuszirad bergerak bagai perpanjangan dari tubuhnya sendiri. Energi kegelapan pedangnya bertemu dengan merah darah Agroneme, menciptakan percikan-percikan ungu yang menari di udara.

"Kau lihat ini, Noah?" Arata tertawa di tengah pertarungan, mengayunkan Agroneme dalam pola yang semakin liar. "Pedang penghapus divine-ku akan menghancurkan segala yang kau lindungi!"

"Penghapus divine?" Noah mendengus, mengelak dari tebasan Arata sambil melancarkan serangan balik. Venuszirad energinya semakin pekat. "Kau lupa Venuszirad adalah penghancur dari penghancur? Manifestasi Alnaturyu tidak akan kalah dari pedang curian!"

Mereka bergerak dalam kecepatan yang nyaris tak terlihat mata, kedua pedang mereka menciptakan jejak cahaya di udara. Setiap benturan menghasilkan gelombang kejut yang membuat struktur Laksamana Gigi mengerang.

Arata mengaktifkan Apocalypse Eye, mencoba membaca gerakan Noah. Tapi lawannya bergerak dengan pola yang tak terduga—seolah Venuszirad memiliki kehendaknya sendiri, menuntun Noah dalam tarian mematikan.

"[Agil Leveth Grines]!" Arata berteriak, membangkitkan kekuatan penuh pedangnya. Aura merah darah meledak dari tubuhnya, membentuk pusaran Lautan darah Mutlak mengkontaminasi setiap jalan pertarungan, "Tunjukkan padanya kekuatan sejati penghapus divine!"

Noah tidak gentar. Venuszirad merespons tantangan itu dengan pancaran kehitaman, membentuk siluet sayap energi di punggung Noah. "[Absolute Destruction Void Maker: Fu Angeo]," ia berbisik pada pedangnya.

Kedua energi bertabrakan dengan dahsyat. pusaran lautan darah melawan kehancuran, penghapus divine beradu dengan penghancur dari penghancur. Spiral-spiral Laksamana Gigi berputar semakin cepat, seolah mersepons pertarungan dua kekuatan primordial di hadapannya.

Di tengah pertarungan, Arata mulai menyadari sesuatu yang mengganggunya. Setiap kali Agroneme bersentuhan dengan Venuszirad, ia bisa merasakan pedangnya sedikit melemah—seolah keberadaannya sendiri sedang terkikis perlahan.

"Tidak mungkin..." Arata menggeram, melancarkan serangan yang lebih brutal. "Bagaimana bisa Venuszirad..."

"Kau masih belum mengerti?" Noah memblokir serangan Arata dengan mantap. "Venuszirad bukan sekedar pedang penghancur—dia adalah manifestasi dari kehancuran itu sendiri. Dan kehancuran sejati..." ia mendorong Arata mundur dengan satu hentakan kuat, "...adalah yang menghancurkan konsep penghancuran itu sendiri!"

Tiba-tiba, spiral-spiral Laksamana Gigi berhenti berputar. Keheningan mencekam menyelimuti arena pertarungan, membuat kedua petarung divine itu terhenti sejenak. Simbol-simbol kuno yang menghiasi struktur raksasa itu mulai bersinar dengan warna keemasan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

"CUKUP." Suara itu bergema dari seluruh penjuru Laksamana Gigi—berat, dalam, dan kuno. Bukan suara tunggal, melainkan paduan dari ribuan suara yang berbicara bersamaan. "KALIAN TELAH MEMBAWA PERTARUNGAN TERLALU JAUH."

Arata dan Noah membeku. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Laksamana Gigi berbicara kepada makhluk divine.

"KESEIMBANGAN TELAH TERGANGGU," Laksamana Gigi melanjutkan. Spiral-spiralnya kini bergerak dengan ritme baru, membentuk pola-pola yang belum pernah ada sebelumnya. "KEKUATAN PENGHANCUR DAN PENGHAPUS DIVINE TIDAK BOLEH BERADU DI TEMPAT INI."

"Tapi—" Arata mencoba memprotes, namun kata-katanya tercekat saat melihat fenomena di hadapannya.

Dari tengah struktur Laksamana Gigi, muncul cahaya putih murni yang menyilaukan. Spiral-spiral mulai berkonvergensi, membentuk sebuah lingkaran sempurna di udara. Di dalam lingkaran itu, kegelapan absolut mulai terbentuk—sebuah void yang bahkan menelan cahaya.

"[VOID DE NOICE]," Laksamana Gigi mengumumkan, suaranya membuat udara bergetar. "SIHIR PEMBERSIH DIVINE. RUANG HAMPA YANG MENELAN SEGALA BENTUK KEKUATAN."

Noah menurunkan Venuszirad perlahan, merasakan tarikan kuat dari void yang baru terbentuk. "Ini... tidak mungkin..."

"PERTARUNGAN INI HARUS BERAKHIR," Laksamana Gigi menegaskan. "VOID DE NOICE AKAN MENYERAP SEGALA KELEBIHAN ENERGI DIVINE YANG KALIAN LEPASKAN. JIKA KALIAN TERUS BERTARUNG..." jeda sejenak, "VOID INI AKAN MENELAN KALIAN BERSAMA KEKUATAN KALIAN."

Arata menatap void itu dengan Apocalypse Eye-nya, dan untuk pertama kalinya, matanya melebar dengan ketakutan sejati. Bahkan dengan penglihatan masa depannya, ia tidak bisa melihat apa yang ada di dalam kegelapan absolut itu.

"PILIHAN ADA DI TANGAN KALIAN," Laksamana Gigi memberikan ultimatum finalnya. "HENTIKAN PERTARUNGAN INI, ATAU HADAPI KEHAMPAAN YANG BAHKAN PARA DEWA PUN TAKUTI."

"KALIAN MENGABAIKAN PERINGATAN TERAKHIR," Laksamana Gigi bergema, saat Arata dan Noah kembali beradu pedang. Void De Noice berputar semakin liar, menelan energi divine yang berterbangan di udara.

"Kau gila, Arata!" Noah berteriak di tengah dentingan pedang mereka. "Kau lihat void itu? Kita bisa kehilangan segalanya!"

Arata hanya tertawa, Apocalypse Eye berkilat berbahaya. "HAHAHA! Bukankah ini sempurna? Laksamana Gigi, void, kehancuran total—semuanya akan menjadi saksi siapa yang lebih kuat di antara kita!"

"[Agil Leveth Grines]!" Arata mengerahkan kekuatan penuhnya kembali, menciptakan badai darah yang lebih besar dari sebelumnya. Namun kali ini, sebagian energinya langsung tersedot ke dalam Void De Noice, membuat badainya tidak sestabil sebelumnya.

Noah mengeratkan genggamannya pada Venuszirad. Pikirannya berkecamuk—di satu sisi dia harus menghentikan Arata, di sisi lain pertarungan ini bisa menghancurkan Laksamana Gigi. Void De Noice terus membesar, mengancam akan menelan segalanya.

"Alnaturyu..." Noah berbisik pada pedangnya, "maafkan aku, tapi aku harus melindungi semuanya." Venuszirad berdenyut merespons, seolah memahami dilema pemiliknya.

Noah mengayunkan Venuszirad dengan teknik yang berbeda. Kali ini, energi kehancurannya tidak menyebar liar, tapi terkonsentrasi dalam satu titik—mencoba meminimalisir dampak terhadap Laksamana Gigi.

Kedua serangan bertemu di udara, menciptakan distorsi yang membuat void semakin bergejolak. Spiral-spiral Laksamana Gigi mulai retak di beberapa tempat, tidak kuat menahan energi yang terlalu besar.

"VOID DE NOICE TIDAK STABIL," Laksamana Gigi memperingatkan, suaranya kini terdengar tertekan. "ENERGI DIVINE KALIAN TERLALU KUAT..."

"Kau dengar itu, Arata?" Noah mencoba sekali lagi. "Kita harus berhenti sebelum—"

"SEBELUM APA?" Arata memotong, matanya nyalang dengan kegilaan. "Sebelum kehancuran total? Sebelum void menelan segalanya? BAGUS! Biarkan semuanya hancur! Biarkan void ini menelan Water Dew, Laksamana Gigi, bahkan kita sendiri!"

Noah menatap Arata dengan kesedihan mendalam. Rival abadinya benar-benar telah hilang dalam kegilaan. Sementara Void De Noice terus membesar, mengancam akan menelan seluruh dimensi ini ke dalam kehampaan absolut.

Pikiran Noah berpacu, sementara Void De Noice terus membesar di atas mereka. Setiap benturan pedang dengan Arata membuat void semakin tidak stabil. "Ada harus ada cara", pikirnya di tengah pertarungan. "Harus ada cara menghentikan semua ini".

Saat itulah semuanya menjadi jelas. Noah menatap Venuszirad yang berdenyut di tangannya, kemudian ke arah Void De Noice yang semakin mengancam, dan akhirnya pada Arata yang sepenuhnya dikuasai kegilaan.

Noah menyadari perubahan pada Void De Noice. Setiap kali void itu menyerap energi divine, spiral-spiral Laksamana Gigi berkedut—seolah struktur kuno itu sedang berusaha mempertahankan sihirnya sendiri.

Laksamana Gigi bergetar, suaranya kini terdengar lebih lemah. Void De Noice mulai berfluktuasi, kadang mengecil sebelum kembali membesar dengan lebih ganas.

"Kau melihatnya kan, Arata?" Noah berteriak sambil menangkis serangan bertubi-tubi. "Sihir Laksamana Gigi mengikis dirinya sendiri!"

"HAHAHAHA!" Arata tertawa makin liar. "SEMPURNA! Biarkan semuanya hancur! Biarkan—"

Kata-katanya terpotong saat Noah tiba-tiba melesat dengan kecepatan yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya, dimata Arata itu terlihat teknik terbaru yang melampaui kecepatan linear waktu.

Venuszirad bergerak dalam pola yang tak terduga, membuat Arata kesulitan membaca dengan Apocalypse Eye-nya.

"Divine Art: Endless Void Dance [Ganbat E'beneed]!" Noah mengaktifkan teknik barunya. Venuszirad merespons dengan pancaran energi kehitaman yang berbeda—bukan kehancuran liar seperti biasanya, tapi kehancuran yang terkendali, seolah menari dengan void di atas mereka.

"Sihir Laksamana Gigi memang melemah," Noah menjelaskan sambil terus melancarkan kombinasi serangannya, "tapi justru itu yang kita butuhkan. Void De Noice melambat... memberikan kita kesempatan!"

Setiap gerakan Noah kini sinkron dengan fluktuasi void. Saat void mengecil, ia melancarkan serangan. Saat void membesar, ia mundur—menciptakan ritme yang membuat Void De Noice bergetar dalam frekuensi yang sama dengan spiral-spiral Laksamana Gigi.

Tapi di tengah keindahan itu, Arata tersenyum—bukan senyum kegilaan seperti sebelumnya, tapi senyum kemenangan yang dingin.

Gerakan Noah semakin cepat, membentuk lingkaran energi yang berputar berlawanan dengan rotasi Void De Noice.

Venuszirad meninggalkan jejak-jejak kehitaman yang membentuk pola mandala di udara.

"Kau tahu Noah," Arata menurunkan Agroneme perlahan, "aku harus mengakui kehebatanmu. [Ganbat E'beneed] benar-benar teknik yang menakjubkan."

Noah mengerutkan dahi, masih waspada meski Arata tampak lebih tenang. Ada sesuatu yang janggal dari cara rivalnya berbicara.

"Tapi kau terlalu fokus pada void..." Arata melanjutkan, Apocalypse Eye Sargceva berkilat penuh arti. "Kau tidak memperhatikan apa yang terjadi di bawah."

Mata Noah melebar saat menyadari maksud Arata. Selama ia fokus mengendalikan void dengan tariannya, spiral-spiral Laksamana Gigi yang berputar telah menciptakan celah—sebuah rongga besar yang mengarah langsung ke dunia embun .

"Tidak mungkin..." Noah terkesiap. "Bagaimana kau bisa mendapatkan tiga sekaligus..."

Dari celah spiral Laksamana Gigi, tiga dunia embun Water Dew melayang ke udara. Cahayanya yang kebiruan memantulkan kilatan mata Arata yang penuh kepuasan.

"Divine Art of Absolute Transformation [Zoyle Jisc Scenzu]!" Arata mengangkat Agroneme tinggi-tinggi. Ketiga bola embun itu seketika berpendar, struktur cairnya memadat menjadi peluru-peluru bercahaya yang memancarkan aura destruktif.

Energi keunguan berkumpul di sekeliling Arata, membentuk konstruksi masif berbentuk tank dengan laras yang mengarah tepat pada Noah.

Noah berusaha menghindar, tapi [Ganbat E'beneed] telah menguras banyak energinya. Peluru pertama melesat tepat ke arahnya, menghantam telak dadanya dengan dentuman yang memekakkan telinga.

"ARGH!" Noah terpental ke belakang, tubuhnya menabrak salah satu pilar Laksamana Gigi hingga retak. Jubah hitamnya tercabik-cabik, dan darah segar mengalir dari sudut bibirnya.

"Sayang sekali, Noah," Arata menggelengkan kepala dengan dramatis. "Kau terlalu sibuk menari dengan void, sampai tidak menyadari bahwa panggung pertunjukanmu sudah kusiapkan sejak awal."

Tank [Moivre Zeno-13] mulai bergetar. Dua peluru [Water Dew] yang tersisa berputar di dalam larasnya, energi mereka berpadu dengan mekanisme tank, menciptakan pancaran cahaya yang membutakan.

"Satu tembakan lagi," Arata mengangkat tangannya dengan gerakan teatrikal, "dan eksistensimu akan lenyap, Noah. Sampai kau tidak bisa memulihkan diri, hancur tak bersisa!"

Tapi sesuatu yang aneh terjadi. Noah, yang seharusnya terluka parah, perlahan bangkit. Meski jubahnya hangus dan tercabik, tak ada setetes darah pun yang tersisa di wajahnya. Tubuhnya memancarkan aura yang berbeda—lebih dalam, lebih gelap, seolah menarik seluruh cahaya di sekitarnya.

"Arata," suara Noah terdengar tenang namun menggetarkan, "apa kau pikir menjadi satu-satunya entitas bisa mengalahkan sumber divine aku, lebih lihatlah ke dalam sumber aku!"

Udara di sekitar mereka mulai bergetar. Bahkan Void De Noice yang mengamuk di atas seolah menciut di hadapan energi yang kini Noah pancarkan.

"Aku sumber kehancuran itu. Water Dew tidak bisa kau jadikan sebagai akar sumber kegilaan yang baru," Noah mengangkat Venuszirad,

"Divine Art: Absolute Realm - Castle Enesberno [Navur Guara Fenge]"

Sebuah struktur kolosal mulai turun—kastil kuno dengan arsitektur yang menentang logika, tempat di mana Dewi kehancuran Alnaturyu disegel dan dirubah menjadi Castle Enesberno. Dinding-dindingnya yang hitam kemerahan legam seolah terbuat dari kehancuran itu sendiri.

"Ti-tidak mungkin..." untuk pertama kalinya, Arata tergagap. "Castle Enesberno... Selama aku memburu para dewa aku tidak menyadari sesuatu seperti ini, ternyata adalah milik Noah..."

Noah menghempaskan kastil itu ke atas, tepat di hadapan Arata. Gelombang energi kehancuran murni menyapu area itu, bahkan tank [Moivre Zeno-13] retak dan hancur seketika.

"AAAARGHHH!" Arata berteriak saat energi kehancuran sejati menembus tubuhnya. Jubahnya terkoyak, darah mengucur dari berbagai luka di tubuhnya. Tapi yang lebih mengerikan, akar-akar kegilaan dalam dirinya mulai terurai—terbakar oleh kekuatan destruktif yang jauh lebih sejati melampaui apapun yang pernah ia kenal.

Noah melangkah maju. "Menghadapi sumber dari segala kehancuran... kekuatan yang bahkan mampu menghancurkan kehancuran itu sendiri."

Kabut kemerahan yang pekat menyelimuti area pertempuran saat Castle Enesberno memancarkan gelombang kehancuran yang tak terbendung. Arata terhuyung ke belakang, tubuhnya tercabik oleh kekuatan yang bahkan melampaui sumber divine yang selama ini ia buru.

"AAAARGHHH!" Teriakan Arata bergema dalam pusaran kehancuran. Jubah putihnya kini ternoda merah kehitaman, terkoyak hingga nyaris tak berbentuk. Kulitnya melepuh, seolah terbakar dari dalam. Apocalypse Eye Sargceva berkedut liar, lingkaran mistis di matanya berputar tak beraturan.

Yang lebih mengerikan, akar-akar kegilaan yang selama ini bercokol dalam dirinya—sumber kekuatannya yang terlarang—mulai terurai seperti benang lapuk.

"Bagaimana..." Arata terbatuk, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. "Bagaimana mungkin kau memiliki Castle Enesberno? Kastil itu... hanya legenda!"

Arata menatap dua peluru Water Dew yang masih melayang di dekatnya. Pikiran gilanya berpacu, mencari jalan keluar dari situasi yang tampak mustahil ini. Setiap derit castle Enesberno seolah mengejeknya.

Dengan gerakan tertatih, Arata bangkit. Darah mengucur dari luka-lukanya.

"Kau pikir... hanya kau yang bisa menyatu sumber divine dengan esensi kehancuran?" Arata tertawa lemah. "Kehancuran bukanlah tujuan akhir, Noah... tapi awal dari kreasi baru."

Dengan sisa kekuatannya, Arata menarik kedua peluru Water Dew yang telah ditransformasikan. Peluru-peluru raksasa itu bergetar, seolah menolak panggilan Arata, namun akhirnya mendekat juga.

"Kau selalu menganggapku gila," Arata memuntir pedang Agroneme dalam genggamannya. "Tapi kegilaan inilah yang membuatku berani melakukan apa yang tidak bisa kau bayangkan."

Noah menyipitkan mata, merasakan perubahan energi yang berbahaya.

"Kegilaan akan melenyapkan segala sumber, aku tahu," Arata menyeringai. Darah mengalir dari hidung dan telinganya saat ia memfokuskan seluruh energinya. "Termasuk sumber divine dalam diriku... dan dirimu."

"Divine Art: Absolute Fusion [Noegris Valta]!"

Agroneme bersinar terang, bilahnya memanjang hingga dua kali lipat. Kedua peluru Water Dew perlahan melebur ke dalamnya, menciptakan gelombang energi yang membuat udara berderak dan bergelombang. Pedang itu kini berubah warna menjadi biru keemasan yang menyilaukan, dengan pola-pola rune kuno yang berkedut-kedut di sepanjang bilahnya.

"Gila kau, Arata!" teriak Noah, memasang kuda-kuda dengan Venuszirad. "Kau akan memusnahkan kita berdua dan seluruh dimensi ini!"

Arata mengangkat Agroneme yang kini bersinar terang. Tubuhnya sendiri mulai retak, garis-garis cahaya memancar dari balik kulitnya yang terkoyak.

"Bukankah itu indah? Dimensi ini... terlalu sempit untuk mimpi-mimpiku. Jika harus hancur untuk memulai yang baru... maka biarlah. Kau juga pernah melakukan pengulangan sistem jangan jadikan aku kambing hitam seolah penuh dosa melakukan hal serupa, sedangkan kau diperbolehkan begitu Noah,"

Dengan gerakan terakhir yang menyatukan seluruh sisa kekuatannya, Arata melesat ke arah Noah. Pedang Agroneme yang telah menyatu dengan esensi Water Dew menimbulkan bunyi memekakkan telinga saat membelah udara—seperti ribuan jeritan jiwa yang terperangkap.

"NOAH!!!"

Noah mengangkat Venuszirad untuk menangkis, namun tahu bahwa ini bukan serangan biasa. Ini adalah pengorbanan terakhir Arata—taruhan terakhir untuk mengakhiri segalanya.

Castle Enesberno bergetar melemah diatas Noah, Dinding-dindingnya memancarkan kilatan energi kemerahan yang menyeruak ke bawah, berusaha melindungi Noah.

Dua senjata legenda itu bertemu dalam benturan dahsyat. Gelombang kejut menyebar ke segala arah, menghancurkan pilar-pilar Laksamana Gigi dalam sekejap. Void De Noice yang mengambang di atas mereka mulai berputar liar, menyerap energi ledakan dan membesar dengan cepat.

"Kau tahu apa yang mereka katakan tentang kegilaan dan kejeniusan, Noah," Arata berbisik di tengah benturan energi yang membutakan. "Batasnya sangat tipis."

Noah berusaha mendorong balik, tapi kekuatan gabungan Agroneme dan Water Dew terlalu besar cukup mendorong Venuszirad kedalam retakan di beberapa bagian, sementara Castle Enesberno di atas mereka mulai runtuh, tidak mampu mempertahankan bentuknya di hadapan kegilaan sejati yang lebih fundamental.

"Jika kau ingin mengakhiri segalanya," Noah mendesis di antara gemeretak gigi, "akan kupastikan kita mengakhirinya dengan caraku!"

Dengan gerakan tak terduga, Noah justru menarik Arata mendekat, membuat rivalnya kehilangan keseimbangan. Dalam sekejap mata, Noah memutar tubuhnya dan membelokkan arah tebasan Agroneme—bukan ke arahnya,

Arata terkekeh. "Gerakan putus asa, Noah? Kau tak akan bisa menghindar dari—"

Kata-katanya terhenti saat udara di sekitar mereka bergetar hebat. Sebuah distorsi dimensi muncul dari titik yang baru saja Noah tunjuk seperti sayatan berwarna perak yang membelah kegelapan realitas.

"Rasanya sudah berpuluh ribu tahun..." bisik Noah, matanya berkilat penuh determinasi. "Sejak terakhir kali kupanggil dia."

Dari dalam sayatan dimensi, cahaya perak membutakan menyelimuti area pertempuran. Di tengah cahaya itu, sebuah siluet pedang lain mulai terbentuk—lebih panjang dari Venuszirad, dengan bilah perak yang dipenuhi rune-rune kuno yang memancarkan energi kebiruan.

"Tidak mungkin..." Arata terbelalak. "Pedang Gehdonov... Lagi dan lagi kau selalu mengacaukan keinginan aku!"

Noah mengulurkan tangannya, dan Gehdonov melayang mendekatinya, menyesuaikan diri dengan genggamannya.

"Kau benar, Arata," Noah menatap rivalnya dengan sorot mata kompleks—campuran kasih sayang dan kebencian yang hanya bisa dipahami oleh dua jiwa yang telah saling bertarung selama ribuan dekade. "Aku memang pernah melakukan pengulangan sistem. Tapi bukan untuk menghancurkan melainkan untuk memperbaiki."

"Kau tidak pernah memahami," Noah melanjutkan, suaranya tenang. "Pengulangan bukan tentang kehancuran dan pembaharuan Arata. Tapi tentang kesempatan kedua—untuk memperbaiki kesalahan."

Arata mendengus. "Omong kosong! Perbedaan kita hanya pada tujuan akhir, Noah. Kegilaan terbungkus kebijaksanaan tetaplah kegilaan!"

Tanpa membalas, Noah mengangkat Gehdonov tinggi-tinggi. .

"Divine Art: Absolute System Reset!"

Dengan gerakan mulus, Noah memutar tubuhnya dan menghunjamkan Gehdonov tepat ke pusat Void De Noice yang berputar liar di atas mereka. Pedang itu menembus void seperti menembus air—tanpa perlawanan.

"TIDAK!" teriak Arata, berusaha menarik Agroneme untuk menghentikan Noah, tapi terlambat.

Void De Noice seketika berhenti berputar beberapa detik sebelum perlahan saat Gehdonov mencapai ujung tebasan Void De Noice membesar energinya seperti ledakan bunga yang melahap semakin melebar.

"Apa yang kau lakukan?!" Arata menatap ngeri saat void mulai membesar, menelan pilar-pilar Laksamana Gigi satu per satu— mengkontaminasi seluruh kehidupan dunia Water Dew.

"Melakukan apa yang seharusnya kulakukan sejak awal," jawab Noah tenang. "Pengulangan sistem yang sesungguhnya."

Void De Noice kini berputar dengan kecepatan yang tidak terbayangkan, membentuk pusaran hitam raksasa yang menelan segala sesuatu di sekitarnya. Gravitasinya begitu kuat hingga bahkan cahaya tidak bisa lolos. Spiral-spiral Laksamana Gigi tercabik dan terserap ke dalamnya.

Mereka berdua kini tertelan oleh pusaran kekosongan Void De Noice seperti penghapus yang dilemparkan bergerak tidak tentu, semakin merambat ke sudut-sudut dimensi untuk melahap sendi-sendi struktur realitas.

...Sistem telah diulang. Dan kisah baru menunggu untuk ditulis....

...Cahaya putih kemudian menelan segalanya, menandai akhir dari satu era dan permulaan era yang baru....

1
IamEsthe
Maaf. aku enggak paham alur ceritanya sama sekali, atau emang genre nya di luar biasa aku kuasai/mengerti.
IamEsthe
bla bla bla terpana akan kecantikan rupaku (wujudku) sendiri.
Legenda: jatuh cinta saat memandang rupa malaikat
total 1 replies
IamEsthe
ribet kalimatnya, susah dimengerti.


apa maksudnya begini,

Mengapa Dia hanya memikirkan hiburan untuk dirinya hingga membuat kita mati mempertahankan sebuah 'nyawa'.
Legenda: iya mungkin. Membangkang banget sama Tuhan/author dia punya kemauan sendiri ga dikendalikan sama The Creator
IamEsthe: Dewa Azura, kisah dewa Azura.
total 5 replies
IamEsthe
Untuk siapa aku diciptakan, Tuhan? Di ambang kekalahan kenapa aku masih mempersalahkan persoalan konyol ini.


mungkin bagus jika kalimatnya begitu. coba dipertimbangkan.
IamEsthe
alangkah baiknya mendeskripsikan kondisi tubuh pake makna kias. mungkin bagus
IamEsthe: dicoba dikit2 gitu, kias2an.
Legenda: aku kurang soal kias makna.
total 2 replies
IamEsthe
dibuang, bukan di buang
IamEsthe
jangan angka 1 ribu, tp satu ribu. ini ada aturannya, aku lupa yg mana penjelasannya
IamEsthe
narasi ini kayaknya jangan dalam satu kalimat panjang begini. kembangkan lagi beberapa kalimat biar penjelasannya tidak rumit dan berbelit
IamEsthe
typo dialog
Protocetus
okiro
Legenda: hah! lawak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!