Kisah ini mengisahkan tentang seorang gadis lugu dan seorang pilot playboy yang saling jatuh cinta. Pertemuan pertama mereka terjadi di dalam pesawat, ketika sang pilot memenuhi permintaan sepupunya untuk mengajak seorang gadis lugu, ke kokpit pesawat dan menunjukkan betapa indahnya dunia dari ketinggian, serta meyakinkannya untuk tidak merasa cemas. Tanpa diduga, pertemuan ini justru menjadi awal dari kisah mereka yang dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RUDW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
A sweet girl with green eyes
Mirabella begitu antusias karena mendapat kabar bahwa yang menjadi pilot saat penerbangan mereka esok menuju Berlin, yaitu orang yang sangat dia kenal.
Otaknya sudah mulai memikirkan sesuatu dan hanya dia sendiri yang tahu.
"Kenapa senyum-senyum begitu?" tanya Clarissa merasa aneh.
"Tidak apa-apa. Aku hanya berpikir tidak sabar sampai di rumah" Jawabnya berbohong.
Clarissa yang memang tidak suka kepo langsung percaya begitu saja. Dia kembali ke kamar dan segera beristirahat.
Dia masih mengumpulkan keberanian untuk perjalanan esok. Dalam hati dia berdoa, semoga semua baik-baik saja.
Pagi ini, di kediaman orang tua Xander, kedatangan Jonathan. Kebetulan sekali, Xander sudah bersiap berangkat ke bandara.
"Ada apa?" tanya xander begitu duduk
"Penerbangan terakhir kamu nanti dari kota O dan kembali ke sini?"
Xander mengangguk "Memangnya kenapa?"
"Mirabella ikut pesawat kamu. Dia akan kembali ke sini hari ini bersama satu temannya. Tetapi, dia memiliki permintaan yang aneh" jelas Jonathan mengingat permintaan adiknya semalam
"Permintaan apa, bicara yang jelas Jonathan " Xander jadi kesal
"Temannya takut ketinggian dan baru pertama kali naik pesawat. Dia minta supaya nanti kamu memperkenankan gadis itu ke kokpit untuk melihat pemandangan yang jauh lebih luas. Mirabella ingin gadis itu lebih berani" sambung Jonathan menjelaskan
"Apakah dia tinggal di pedalaman, sampai naik pesawat saja takut?" Heran xander
"Tidak tahu, Tapi Mirabella mengatakan gadis itu memiliki trauma. Dan kau harus menuruti keinginan ini. Kalau tidak, dia mengancam tidak akan kembali selamanya dan memilih tinggal di sana" Jonathan mendesah kasar.
"Ck, benar-benar ya bocah itu. Awas saja nanti kalau ketemu. Aku jitak kepalanya " Xander merasa gemas apalagi mengingat keputusan Mirabella dulu memilih kuliah di kota pelosok hanya karena di Berlin semua temannya bermuka dua alias tidak ada yang tulus berteman.
"Gimana?" Jonathan bertanya
"Itu urusan gampang. Aku berangkat sekarang "
Xander segera berangkat ke bandara sementara Jonathan juga melanjutkan perjalanan ke perusahaan.
Di Kota O
Clarissa telah bersiap-siap. Semua pakaian dan barang sudah dia satukan ke dalam koper. Sementara, untuk beberapa benda yang tidak penting, dia bagikan saja pada Junior di asrama tersebut. Meski perjalanan ke bandara masih dua jam lagi, perasaan Clarissa tetap saja gugup. Tetapi untuk menghilangkan kegugupan tersebut, dia menghubungi keluarga di panti sekaligus untuk pamitan.
Dua jam berlalu, Clarissa dan Mirabella kini dalam perjalanan menuju bandara.
"Kamu terlihat sangat senang Mirabella?"
"Tentu saja darling. Sebentar lagi, Saya ketemu keluarga"
Di sini walaupun Clarissa dan Mirabella dekat, panggilan mereka tetap formal ya, ini karena Mirabella mengikuti keinginan Clarissa yang selalu formal pada siapapun. Sebenarnya dia berharap Clarissa tidak formal lagi padanya
"Apakah mereka baik?"
"Tentu saja. Kamu pasti akan suka ketemu mereka"
"Aku hanya sedikit gugup. Kamu Tidak akan meninggalkan aku saat di kota nanti kan?" tanya Clarissa cemas.
Tapi tunggu, apa tadi katanya, Aku, kamu? Hati Mirabella langsung menghangat. Matanya sampai berkaca-kaca.
"Kenapa menangis. Apakah aku salah bicara?" Clarissa merasa khawatir namun sahabatnya menggeleng pelan
"Tidak. Apakah kamu tidak menyadari cara kamu memanggil sudah berubah. Aku benar-benar merasa seperti sahabat yang bahagia "
Clarissa tersenyum simpul. "Maaf Mira. Selama ini aku memang sedikit formal karena merasa ada yang kamu tutupi, misalnya tentang keluarga. Aku merasa meskipun kita berteman, kamu tetap ingin menjaga jarak. Tetapi semenjak kamu mengajak ku pergi ke ibu kota dan ingin mempertemukan aku dengan keluarga kamu, aku mulai paham, mungkin selama ini aku yang terlalu kaku berteman" Jelasnya membuat Mirabella menyadari sesuatu dan tersenyum.
"Ahh, ya, aku memang menyembunyikan tentang keluarga ku. Tapi jangan khawatir, ini bukan sesuatu yang berbahaya. Percayalah mereka sangat hangat "
Clarissa mengangguk dan tersenyum tulus. Sejam kemudian mereka sampai di bandara. Mirabella membantu proses check in dan pemasukan bagasi. Clarissa hanya melihat namun sambil belajar karena dia belum paham prosedurnya.
"Ayo, sekarang kita ke ruang tunggu. Satu jam lagi, pesawat kita berangkat "
Clarissa mengangguk dan mengikuti langkah Mirabella. Di sana mereka mengobrol banyak. Hingga tidak terasa panggilan untuk nomor penerbangan keduanya terdengar. Clarissa mendadak gugup tetapi Mirabella menenangkannya.
"Calm down darling. Ini akan seru"
Clarissa mengikuti langkah sahabatnya menuju pesawat. Setibanya di dalam, Mirabella langsung menunjuk kursi Clarissa yang padahal paling depan di sisi jendela. Kursi kelas bisnis pula. Wow. Makin penasaran dia dengan gadis di sebelahnya.
"Tampung semua, rasa penasaran kamu darling. Di Berlin semua akan terjawab"
Clarissa hanya bisa tersenyum lembut. Lima belas menit berselang semua penumpang sudah di dalam pesawat. Pramugari mulai memperagakan penggunaan alat-alat keselamatan. Clarissa serius menyimak. Hingga, lampu tanda kenakan sabuk pengaman menyala karena sebentar lagi pesawat lepas landas.
Suara pilot terdengar dan memperkenalkan diri. Clarissa tidak fokus mendengar karena di gugup. Pesawat melaju pelan menuju landasan pacu dan terbang melayang di udara. Rasanya, dia hampir putus napas. Mukanya tegang membuat Mirabella tertawa lucu.
"Gimana, seru bukan?" Clarissa mengangguk kaku.
Mirabella melepas sabuk pengaman dan beranjak. Clarissa langsung menariknya kembali. "Kamu mau kemana. Jangan pergi" Ucapnya takut-takut
"Hei, tenanglah aku hanya ingin berbicara dengan pramugari itu"
Clarissa menatap wanita yang ditunjuk sahabatnya. Dia pun melepas cekatan tadi.
Mirabella melangkah mendekati pramugari tersebut lalu membisikkan sesuatu.
Pramugari itu nampak tidak senang dan menatap curiga padanya.
"Kalau kamu tidak melakukan apa yang saya katakan. Jangan kaget esok, karirmu berakhir " lanjutnya berbisik sangat serius.
Walau kesal pramugari itu menurut. Takut juga dia kalau semisal perkataan gadis tadi benar. Dia mengumpati Mirabella dalam hati. 'Dasar gadis sialan '
Dia mengetuk pelan pintu kokpit. Setelah mendapat izin masuk, dia memperbaiki rambut dan meraba wajahnya supaya tidak ada yang jelek.
"Permisi Pilot Xander. Ada seorang gadis bernama Mirabella ingin bertemu dengan anda" beri tahunya dengan nada dibuat selembut mungkin. Karena, mimpi apa dia semalam, Hari ini, pesawat ini diterbangkan oleh pilot tampan yang diagung-agungkan satu negara.
Xander yang mendengar itu hanya mengangguk kaku.
"Izinkan dia ke sini. Bersama temannya juga" Jawabnya datar.
"Tapi"
Pramugari itu ingin membantah, namun copilot langsung menimpali dengan tegas.
"Lalukan saja!" Karena tadi Xander sempat menceritakan sedikit hal yang disampaikan Jonathan pagi tadi. Mau bagaimana pun di tetap perlu memberi tahu rekannya.
Mau tidak mau wanita tadi menurut dan memanggil Mirabella dengan wajah kesal.
"Ayo, kita ke depan" ajak Mirabella membuka sabuk pengaman Clarissa
Tentu saja gadis itu kaget.
"Mau kemana? Aku takut" tanya Clarissa waspada
"Tenanglah. Aku akan menunjukkan sesuatu yang indah seperti yang kamu lihat di jendela tadi"
Clarissa berdiri kaku. Melihat itu, dalam hati pramugari tadi mencibir Clarissa sebagai gadis kampungan. Clarissa berjalan dibelakang punggung Mirabella. dia seperti bersembunyi.
Begitu sampai di kokpit, Mirabella langsung antusias
"Hallo sepupu ku yang tampan!"
Xander yang mendengar suara familiar itu, langsung menoleh dan menjitak kening Mirabella. Dia benar-benar merealisasikan perkataannya pagi tadi.
"Dasar gadis nakal. Sudah puas berkelananya, hmm?"
Mirabella mengelus sakit jidatnya tapi tersenyum manja. Jangan ditanya ekspresi pramugari tadi dia begitu terkejut mengetahui, Mirabella adalah saudara Xander. Tentu dia harus bersikap semanis mungkin saat ini.
Sama halnya dengan Clarissa, dia kaget mendengar bahwa pilot di depan sana, adalah sepupu sahabatnya. Walau tidak melihat rupanya, tapi, suara pria itu seperti sangat menenangkan.
"Jangan menjitakku terus. Aku sudah besar brother "
"Sudah jangan cemberut, nanti tambah jelek. Mana temanmu itu?" lanjut Xander
Mata Mirabella melebar. dia hampir saja lupa. Dia pun menggeser posisinya dan menunjukkan Clarissa yang berada di belakang.
Gadis itu masih menunduk.
"Hei, darling. Angkat wajahmu. Lihat ke depan!"
Clarissa mengangguk samar lalu menaikkan tatapan ke depan. Tetapi, mata indahnya justru melihat wajah tampan seseorang yang juga terpaku melihat dirinya.
Deg
Deg
Deg
Jantung Xander berdegub sangat kencang, begitu mata indah nan sayu milik gadis yang di panggil darling oleh sepupunya. Bersiborok dengan mata cokelat miliknya.
a sweet girl with Green eyes. Wajahnya putih bersih, bibir alami semerah cherry, tatapan polos, rambut hitam legam sungguh menggetarkan hatinya. Sumpah demi apapun ini pertama kali dia merasakan hal seperti ini terhadap lawan jenis.
Dia terpaku beberapa saat. Sampai ucapan kagum kopilot menarik atensinya.
"Wow, cantik sekali. Aku seperti melihat seorang dewi" ucapnya kagum
"Yup, kamu benar. Tapi dilarang naksir" Sela Mirabella menyadari kekaguman dua pria di hadapan sana.
"Mendekatlah" ucap Xander lembut pada Clarissa. Sampai pramugari tadi kaget wajah xander melembut selembut suaranya tadi. Sangat langkah.
Mirabella mencibir "Kalau lihat gadis cantik saja begitu" Tapi Xander melotot seolah mengatakan diamlah bocah. Mirabella tentu saja mendengus.
Clarissa masih bingung.
"Siapa namamu?" lanjut Xander bertanya
"Clarissa " cicitnya pelan
"Clarissa, kemarilah. Saya tidak membuangmu keluar" ucap Xander sedikit bercanda menyadari ada ketakutan di mata gadis itu.
Clarissa menatap Mirabella penuh tanya. Sahabatnya mengangguk mengiyakan
Clarissa maju tiga langkah hingga, pemandangan yang tertutup bahu lebar kedua pilot tadi terpampang nyata. Jendela depan kokpit menunjukkan pemandangan yang jauh lebih luas, indah juga sedikit menegangkan saat pesawat menabrak awan.
Dia terpesona. Sampai bibirnya sedikit terbuka karena terpukau.
"Wow,, Amazing, beautiful " kata-kata penuh kekaguman lolos begitu saja dari bibirnya dan masih terdengar di telinga Xander. Ekor mata pria itu melihat jelas, Clarissa dengan polosnya mengucapkan apapun yang dia rasakan.
"Ya, luar biasa dan cantik" ucapnya menyetujui perkataan gadis itu
"sama seperti kamu, Cantik" namun kalimat ini hanya mampu dia ucapkan dalam hati.
"Gimana, darling? Keren bukan?" tanya Mirabella
"Ya Mira. Terima kasih sudah membawakan ku" ucap Clarissa tulus
Mirabella mengangguk "Berterima kasihlah pada mereka darling " dia menunjuk Xander dan rekannya si kopilot.
Clarissa menoleh dan tersenyum lembut
"Terima kasih " ucapnya tulus
Sumpah demi apapun, senyum Clarissa lagi-lagi menggetarkan perasaan Xander.
"Sial, Aku pasti sudah gila. Dia hanya gadis ingusan Xander. Bukan tipemu. Sadarlah" batinnya menyadarkan perasaan aneh barusan.