Rubia adalah putri seorang baron. Karena wajahnya yang cantik dia dipersunting oleh seorang Count. Ia pikir kehidupan pernikahannya akan indah layaknya novel rofan yang ia sering baca. Namun cerita hanyalah fiksi belaka yang tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Rubia yang menjalani pernikahan yang indah hanya diawal. Menginjak dua tahun pernikahannya suaminya kerap membawa wanita lain ke rumah yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.
Pada puncaknya yakni ketika 3 tahun pernikahan, secara mengejutkan suami dan selingkuhannya membunuhnya.
" Matilah, itu memang tugasmu untuk mati. Bukankah kau mencintaiku?" Perion
" Fufufufu, akhirnya aku bisa menjadi countess. Dadah Rubi, sahabatku yang baik." Daphne
Sraaak
Hosh hosh hosh
" A-aku, aku masih hidup?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan 05
" Selamat datang Nyonya Countess, tidak biasanya Anda pulang larut begini."
" Terimakasih Syl, tadi aku terlalu bersemangat berbicara dengan beberapa para penambang. Jadi tanpa sadar langit sudah gelap."
Dengan sigap Mery menyiapkan air mandi dan Sylvester memerintahkan dapur untuk menyiapkan makanan. Ada satu hal yang membuat butler keluarga Gordone itu heran, yakni nyonya nya itu tidak menanyakan keberadaan suaminya, Count Perion Gordone.
Biasanya setiap setelah melakukan pekerjaan atau kunjungan san pulang ke rumah, Rubia pasti bertanya tentang keberadaan Perion. Akan tetapi tadi tidak bahkan sama sekali tidak menyinggungnya.
" Ada apa Tuan Butler?" tanya koki dapur yang tengah menyiapkan makanan malam bagi sang nyonya. Sang koki bertanya demikian karena melihat wajah Sylverster yang kebingungan.
" Bukan apa-apa, hanya ada sesuatu yang membuatku kepikiran tapi bukan hal yang besar. Ya sudah segera siapkan, lalu kirimkan ke kamar Nyonya Countess. Aku baru ingat tadi beliau ingin makan malam di kamar saja."
" Baik Tuan."
Sylvester meninggalkan dapur dan kembali ke ruangannya. Sebenarnya hari ini dia ingin melaporkan beberapa pekerjaan, namum sepertinya ia akan menundanya besok. Hari ini Rubia tampak lelah dan Sylvester tidak ingin menambah beban Rubia.
Selama menjadi istri Perion dan menjabat sebagai countess, Rubia terus bekerja tanpa lelah. Hanya dalam waktu setengah tahun, wilayah Gordo berubah menjadi lebih baik. Sylvester sungguh terharu akan hal tersebut. Usaha keras Rubia membuahkan hasil dan tepat satu tahun Rubia menjadi Countess, wilayah Gordo berkembang dengan sangat cepat.
Hanya saja ada yang Sylvester sayangkan. Bukan kepada Rubia namum kepada Perion. Pria itu sama sekali tidak pernah menghargai kerja keras Rubia. Bahkan ketika ulang tahun pernikahan yang perama, beberapa minggu yang lalu pun tidak ada perayaan apapun.
" Sekarang biarkan Nyonya beristirahat. Kerjaan ini akan ku laporkan besok saja."
Setelah memastikan bahwa Rubia sudah menyelesaikan makan malam lalu pergi tidur, Sylvester juga kembali ke kamarnya. Laporan dari Mery menyebutkan bahwa Rubia sudah terlelap. Mery juga mengatakan bahwa Rubia terlihat sangat lelah sekali.
" Pilihanku untuk menunda laporan ternyata adalah pilihan dan tepat."
Malam mulai merangkak, orang-orang yang ada di kediaman Gordone mulai memasuki alam mimpi. Terkecuali beberapa orang yang bertugas sebagai kesatria penjaga.
Namun ternyata nyonya rumah kediaman tersebut belum lah bisa memejamkan matanya. Ini sudah setahun, dan kalau tidak salah sebentar lagi dia akan mulai di racuni.
Rubia masih terpikirkan akan hal itu hingga membuatnya tidak bisa tidur. Dia belum mendapatkan racun itu yang mungkin berarti juga Perion belum memberikannya kepada Mery.
Ia yakin betul bahwa Mery yang akan menjadi penjebatan Perion dalam meracuni dirinya. Malam ini pun dia juga tidak melihat Perion. Dimana pria itu, Rubia sangat tahu dan yakin bahwa saat ini suaminya itu sedang berada di rumah selingkuhannya.
" Kalau ku ingat-ingat, rasanya aku dulu sangat bodoh. Haah suamiku yang pulang terlambat, atau tidak pulang menggunakan alasan pekerjaan, aku begitu percaya. Ya lakukan sepuas kamu, dan tenang saja aku akan membuat kalian berdua bersatu. Aku jelas tidak mungkin membiarkan sepasang kekasih itu terhambat waktu berduaannya hanya karena aku bukan. Sekarang mari kita pikirkan, bagaimana dia bisa aku dan bajingan itu bercerai."
Gruduk gruduk gruduk
Sekitar pukul 03.00 dini hari, suara kereta kuda memasuki halaman mansion Gordone. Rubia yang hanya tidur sejenak, mendengar jelas suara kereta kuda tersebut. Ia yakin bahwa itu adalah perion.
Rubia bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju ke jendela. Ia menyibakkan sedikit tirai yang menutupi jendela. Ia mengintip dari celah itu, dan benar saja Perion keluar dari kereta kuda. Bajunya tampak sedikit berantakan. Mungkin karena dipakai secara asal-asalan.
" Dasar menjijikkan."
Sreeet
Rubia menarik kembali tirai itu sehingga ia tak lagi melihat ke luar. Ia ingat, sudah sejak sekitar tiga bulan yang lalu Perion menginginkan kamar masing-masing. Bagi Rubia itu tidak jadi soal karena memang dia kadang bekerja larut malam, dan takut mengganggu jika harus kembali ke kamar saat pertengahan malam. Tapi itu adalah pemikirannya dulu sebelum ia mengulang kehidupan. Kini dia jelas tahu apa maksud dari Perion meminta kamar terpisah. Pria itu bisa bermain dengan Daphne secara bebas.
Perion akan lebih mudah keluar masuk kamar. Entah untuk pergi ke luar rumah menemui Daphne atau pun bermain saat Daphne menginap di sana.
Dulu Rubia juga amat suka ketika Daphne sering menginap di rumah. Ia berpikir bahwa Daphne adalah sahabat yang baik karena sering menemaninya, namun semua itu hanyalah akal-akalan si jalangg itu untuk merebut posisi Rubia.
Sekarang Rubia merasa dirinya yang dulu benar-benar bodoh karena mudah ditipu oleh wanita bermuka dua itu dan pria tidak punya kompetensi apapun.
Perion, pria itu bisa berada di posisinya saat ini hanya karena nama besar Count terdahulu. Jika tidak, entahlah apa yang akan terjadi.
Hingga saat ini pria itu hanya tahu bersenang-senang. Sebenarnya dia pun sering kali mendapat kritikan dari kepala pasukan militer Kekaisaran Sein, namun Perion agaknya memiliki muka yang tebal.
Seperti halnya sekarang, dia yang sudah puas bergelung panas dengan Daphne pulang degan tidak tahu diri. Ia tidur tanpa berpikir bahwa dirinya pun memiliki tanggung jawab dengan wilayah miliknya.
" Sial aku lupa."
Perion yang sudah merebahkan tubuh dan hendak memejamkan mata seketika ingat akan sesuatu. Dia harus melakukan rencananya bersama Daphne.
" Mery, aku harus memberikan ini ke Mery."
Pada akhirnya mau tidak mau Perion bangun lagi dan keluar kamar. Dia mengetuk kamar pelayan pribadi Rubia yakni Mery. Mery tentu sangat terkejut melihat pagi buta seperi itu tuan rumah mengetuk pintu kamarnya.
" Ada apa Tuan Count, apa Anda perlu sesuatu."
" Oh bukan. Ini aku ada sesuatu untuk Rubia. Kamu pelayan pribadi istriku kan. Selama ini aku melihat Istriku begitu kesulitan dalam bekerja, tubuhnya pun pasti merasa lelah. Nah semalam aku bertemu kawan-kawan ku, mereka merekomendasikan ini. Ini adalah suplemen terbaik yang memiliki harga mahal. Campurkan saja setetes ke dalam minuman Rubia. Dengan ini tubuh Rubia pasti akan menjadi lebih sehat dan segar. Nah tapi jangan bilang kepada Rubia ya. Kamu harus diam-diam memberikannya ini. Kalau sudah habis nanti kamu bilang ke aku."
Degh!
Mata Mery membulat sempurna. Dia ingat apa yang dikatakan oleh nyonyanya waktu itu. Tidak lama Perion akan memberinya sesuatu, dan ternyata itu adalah saat ini. Dia sudah berjanji akan memberitahu Rubia kalau Perion memberinya sesuatu, jadi dia pun akan melaporkan hal ini kepada Rubia nanti.
" B-baik Tuan Count, saya akan melakukan apa yang Tuan perintahkan."
" Bagus, kamu memang pelayan yang baik Mery. Tenang saja nanti haji mu akan ku naikkan. Ya sudah aku mau tidur dulu. Jangan lupa ya pesanku."
Mery membungkukkan tubuhnya, sebagai tanda hormat kepada Perion. Ia lalu menggenggam botol kaca kecil yang berisi cairan itu dengan erat. Meskipun dia tidak tahu apa sebenarnya isinya, tapi tubuh Mery bergetar hebat. Seolah ada rasa sedih dan takut yang begitu menusuk ke dalam dadanya.
" Ada apa ini, mengapa aku tiba-tiba menjadi sangat sedih begini, aah air mataku. Kenapa tiba-tiba air mataku menetes?"
TBC