NovelToon NovelToon
Sistem Uang Tidak Terbatas

Sistem Uang Tidak Terbatas

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Sistem / Ahli Bela Diri Kuno / Menjadi Pengusaha
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: MZI

*Khusus Bacaan Dewasa*

Sinopsis: Make, pemuda tampan dan kaya, mengalami kebangkrutan keluarga. Dia menjadi "anak orang kaya gagal dan terpuruk" dan dibuang pacarnya yang berpikiran materialistis adalah segalanya. Namun, nasib baik datang ketika dia mendapatkan "Sistem Uang Tidak Terbatas".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Ruangan Privat

Make mengikuti Renata ke ruangannya yang luas dan mewah. Jendela besar menampilkan pemandangan kota yang menakjubkan. Namun, ada sesuatu yang membuat Make merasa sedikit tidak nyaman. Kenapa ia harus dibawa ke ruangan pribadi CEO untuk sekadar membahas pembelian tanah?

Saat Renata masuk dan menutup pintu, terdengar bunyi klik halus dari kunci yang diputar. Make sedikit terkejut. Ia menoleh ke arah Renata yang kini tersenyum misterius sambil berjalan ke sebuah lemari es.

"Silakan duduk dulu, Make," ujar Renata sambil menunjuk sofa kulit yang nyaman, bukan kursi formal di depan mejanya. "Bagaimana kalau kita sambil menikmati sesuatu yang bisa membuat suasana lebih santai dan hot?"

Renata mengeluarkan beberapa botol minuman beralkohol mahal dan dua gelas kristal. Ia menuangkan minuman berwarna keemasan ke dalam gelas dan menyodorkannya kepada Make dengan senyum menggoda.

"Untuk kesepakatan yang mungkin akan kita buat," katanya dengan nada rendah dan sedikit serak. Tatapannya sangat tajam melihat wajah Make dengan intens seperti seseorang yang sudah menemukan mangsa. "Kamu sangat menarik, Make. Jarang sekali ada investor muda yang begitu percaya diri dan... tampan."

Make merasa semakin aneh dengan situasi ini. Rayuan terang-terangan dari seorang CEO perusahaan properti besar? Meskipun ia memiliki misi untuk meningkatkan 'Love' Renata, cara wanita ini mendekatinya terasa terlalu cepat dan... sedikit memaksa. Ia melirik angka di atas kepala Renata – 85. Pantas saja. Sistem memang tidak pernah salah. Wanita ini sudah hampir sepenuhnya tertarik padanya.

Namun, ada yang lucu dan sedikit memalukan bagi Make. Meskipun Renata jelas-jelas berusaha merayunya tubuhnya yang seksi, 'juniornya' di bawah sana sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan. Make merasa geli sendiri. Sepertinya, pesona Renata tidak berhasil membangkitkan 'reaksi juniornya yang sedang tidur pulas'. Mungkin pikirannya terlalu fokus pada pembangunan dan sedikit terganggu dengan umur Rena.

"Terima kasih atas pujiannya, Rena," jawab Make dengan senyum canggung sambil menerima gelas minuman. "Tapi mungkin kita sebaiknya fokus dulu pada detail tanah di Pantai Serenity. Saya cukup tertarik dengan lokasinya." Ia berusaha mengalihkan pembicaraan kembali ke bisnis, meskipun dalam hati ia bertanya-tanya ke mana arah pembicaraan ini sebenarnya akan menuju.

---

Godaan yang Gigih

Meskipun Make berusaha mengalihkan pembicaraan kembali ke urusan bisnis, Renata tidak menyerah dengan godaannya. Ia tertawa kecil mendengar jawaban Make yang terkesan formal.

"Ayolah, Make," ujar Renata dengan nada menggoda, meletakkan gelas minumannya di meja. "Bisnis bisa dibicarakan nanti. Kita bisa saling mengenal lebih dekat dulu. Bukankah begitu lebih menyenangkan?"

Tanpa menunggu jawaban Make, Renata bergerak mendekat. Ia duduk di samping Make di sofa yang cukup luas itu, menyisakan jarak yang sangat tipis di antara mereka. Aroma parfumnya yang mahal dan memikat langsung menyeruak ke indra penciuman Make.

Dengan gerakan yang sedikit cepat, Renata meletakkan tangannya di paha Make, mengelusnya perlahan dari lutut hingga pangkal paha. Tatapannya melihat wajah Make dengan intens, bibirnya sedikit terbuka dengan senyum menggoda.

"Kamu tahu, Make," bisik Renata dengan suara serak, "jarang sekali saya merasa tertarik pada seseorang secepat ini. Ada sesuatu tentangmu yang... membuat saya penasaran." Jari-jarinya bergerak semakin naik di paha Make, memberikan sentuhan yang lembut pada sesuatu yang lebih.

Make berusaha mempertahankan ekspresi sopan dan sedikit menjaga jarak, meskipun dalam hatinya ia merasa geli dengan situasi ini. 'Juniornya' di bawah sana masih betah tertidur pulas, sama sekali tidak terpengaruh dengan sentuhan menggoda dari wanita cantik dan kaya di sampingnya.

"Rena," kata Make dengan nada yang dibuat-buat sedikit canggung, berpura-pura menjaga batasan. "Saya sangat menghargai ketertarikan Anda, tapi saya rasa kita harus tetap profesional. Saya datang ke sini untuk membahas investasi properti." Ia mencoba menggeser sedikit tubuhnya, memberikan sedikit jarak antara dirinya dan Renata, meskipun sentuhan di pahanya masih terasa jelas.

Renata tertawa kecil lagi, kali ini terdengar lebih menggoda. "Profesional? Tentu saja, Make. Tapi bukankah hubungan bisnis yang baik seringkali dibangun di atas dasar hubungan personal yang baik juga?" Jari-jarinya kini berhenti tepat di pangkal paha Make, memberikan tekanan lembut menginginkan yang lebih jauh.

"Saya hanya ingin memastikan kita memiliki 'chemistry (koneksi)' yang baik dalam bekerja sama."

Make menelan ludah, berusaha mempertahankan ekspresi wajahnya agar tetap 'profesional' padahal di dalam hatinya ia menahan tawa. Situasi ini benar-benar absurd. Seorang CEO kaya raya berusaha merayunya di tengah pembahasan bisnis, dan 'reaksinya' sama sekali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misi dari Sistem untuk meningkatkan 'Love' Renata mungkin akan berjalan lancar, tapi sepertinya 'bagian bawahnya' dari dirinya sedang mogok kerja dan malah memilih untuk tidur.

---

Sentuhan yang Mengejutkan

Ketidakberhasilan sentuhan di pahanya tidak membuat Renata menyerah. Dengan gerakan cepat dan tak terduga, tangannya bergerak menuju inti 'ketertarikan' Make. Jari-jarinya mencoba meraih dan merasakan 'junior' Make melalui kain celananya.

Make tersentak kaget. Reaksi Renata yang begitu langsung membuatnya membeku sesaat. Matanya melebar, tidak menyangka wanita ini akan bertindak seberani itu di tengah percakapan bisnis. Ia belum sempat bereaksi, otaknya masih mencerna tindakan Renata yang tiba-tiba.

Namun, sentuhan Renata hanya berlangsung singkat. Ia merasakan dengan jelas bahwa 'junior' Make sama sekali tidak memberikan respons yang ia harapkan. Tidak ada ereksi, tidak ada tanda-tanda ketertarikan fisik sama sekali.

Seketika, ekspresi Renata berubah. Rona merah menjalar di pipinya. Ia menarik tangannya dengan cepat, berdiri dengan anggun namun dengan sedikit tergesa-gesa. Ia berjalan menjauh dari sofa menuju meja kerjanya, berusaha menyembunyikan rasa malunya.

"Baiklah, Make," kata Renata dengan nada yang tiba-tiba berubah menjadi lebih formal dan sedikit canggung. "Mari kita kembali ke urusan bisnis. Saya memiliki beberapa proposal lahan di Pantai Serenity yang mungkin menarik bagi Anda."

Perubahan taktik Renata yang mendadak membuat Make semakin geli. Rupanya, 'penolakan' tak terduga dari 'juniornya' berhasil membuatnya malu dan kembali fokus pada topik utama. Make berusaha menyembunyikan senyumnya dan ikut berdiri, berjalan menuju meja Renata.

"Tentu, Rena," jawab Make dengan nada yang kini terdengar lebih profesional, meskipun di sudut bibirnya masih tersungging senyum kecil. "Mari kita lihat proposalnya."

Dalam hati, Make tertawa terbahak-bahak. Misi 'Menaklukkan Sang Ratu Properti' ini ternyata lebih aneh dan menggelikan dari yang ia bayangkan. Sistem mungkin berhasil meningkatkan angka 'Love' Renata, tapi sepertinya ada bagian dari dirinya yang memiliki preferensi sendiri. Ia bertanya-tanya, bagaimana cara ia akan menyelesaikan misi ini jika 'senjata' utamanya mogok kerja setiap kali berhadapan dengan Renata.

---

Pembayaran Kontan

Renata dengan cepat beralih ke proposal lahan di Pantai Serenity. Ia menjelaskan detail luas tanah, perizinan, dan tentu saja, harga yang ditawarkan Wijaya Properti. Make mendengarkan dengan seksama, sesekali mengajukan pertanyaan spesifik.

Setelah Renata menyebutkan angka yang cukup fantastis, ia menatap Make dengan sedikit keraguan.

"Jadi, bagaimana menurut Anda, Make? Apakah Anda tertarik dengan opsi ini? Mengenai pembayaran, kita bisa atur skema kredit yang paling sesuai untuk Anda." Ia masih berasumsi bahwa investor muda seperti Make kemungkinan besar akan memilih pembayaran bertahap.

Make tersenyum tipis. "Tidak perlu kredit, Rena. Saya akan melakukan transfer penuh sesuai harga yang kita sepakati."

Renata terkejut. Matanya melebar sejenak. "Transfer penuh? Sekarang?"

"Tentu," jawab Make santai sambil mengeluarkan ponselnya. Ia membuka aplikasi perbankannya dan dengan beberapa sentuhan, ia mentransfer sejumlah besar uang sesuai dengan harga tanah yang disepakati. Notifikasi keberhasilan transfer langsung muncul di layar ponselnya.

Renata tercengang melihat kecepatan dan kemudahan Make dalam melakukan transaksi sebesar itu. Ia bertanya-tanya dalam hati, pekerjaan apa yang sebenarnya dilakukan pria muda ini hingga memiliki kekayaan sebanyak itu. Rasa penasarannya terhadap Make semakin bertambah, bukan hanya sebagai seorang pria yang menarik, tetapi juga sebagai seorang investor misterius dengan sumber daya yang luar biasa.

Make, yang menyadari keterkejutan Renata, sedikit tersenyum dalam hati. Ia memang sengaja ingin menunjukkan kemampuannya. Ia membuka kembali aplikasi perbankannya dan dengan santai memperlihatkan saldonya yang masih membengkak meskipun baru saja membeli tanah yang luas. Angka nol yang berderet panjang di layar ponselnya membuat mata Renata semakin terbelalak.

Dalam benak Renata memikirkan sebuah tujuan, awalnya untuk sekadar menjalin hubungan bisnis yang baik dengan Make kini bergeser. Kekayaan dan ketampanan pria muda ini membuatnya menetapkan tujuan baru yang lebih ambisius: menjadikan Make sebagai suami berondongnya. Ia yakin, dengan segala yang dimilikinya, ia bisa menaklukkan hati Make.

Namun, Make sama sekali tidak tertarik dengan menjadi suami seorang wanita yang lebih tua, bahkan wanita manapun dan meskipun para wanita itu berkuasa. Ia memiliki misinya sendiri, dan Renata hanyalah salah satu target di dalamnya.

Tepat saat Renata hendak melancarkan rayuan berikutnya, ponsel Make kembali berdering. Ia melihat nama 'Pak Rido' tertera di layar. Ini adalah alasan yang sempurna untuk mengakhiri pertemuan yang semakin tidak nyaman ini.

"Maaf, Rena," kata Make sambil mengangkat telepon. "Saya harus mengangkat panggilan ini. Ini penting."

Setelah berbicara singkat dengan Pak Rido, Make menutup telepon dengan ekspresi sedikit khawatir.

"Maaf sekali, Rena, ada urusan mendesak yang harus segera saya tangani. Terima kasih atas waktunya dan kesepakatannya. Saya akan menghubungi Anda kembali untuk proses selanjutnya."

Tanpa menunggu jawaban Renata, Make berpamitan dengan sopan namun terburu-buru dan segera meninggalkan ruangan CEO Wijaya Properti. Renata hanya bisa menatap kepergian Make dengan tatapan penuh tekad. Ia tidak akan menyerah begitu saja. Pria muda itu terlalu menarik dan terlalu kaya untuk dilepaskan. Tujuan baru telah dimulai di benaknya.

Bersambung...

1
Ahmad Sarman
oke lanjut thor
Ahmad Sarman
terim kasih thor
MZI: Sama-sama semoga suka dengan ceritanya😁
total 1 replies
Hiu Kali
99 milyar thor.. mana 100 trilyun...ngantuk pasti ini
MZI: Terima kasih atas masukannya, akan segera di perbaiki 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!