Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Telah sangat petang ketika Nero berjalan dengan para gadis itu di dalam hutan. Beberapa kelompok terlihat disekitar mereka yang nampaknya juga kembali ke perkemahan.
Nero berjalan agak canggung dengan gadis-gadis itu, satu dua gadis dengan berani menggodanya dan menjodohkannya dengan Vika, Vika bersemu merah sementara Nero hanya tersenyum. Entah kenapa mereka merasa Nero sangat menyenangkan, apalagi melihat tingkahnya yang pemalu, gadis-gadis itu menjadi semakin berani untuk menggodanya.
Di jalan ketika mereka melihat sebuah bendera, mereka akan memberikannya kepada Nero, Nero juga tanpa ragu-ragu mengambilnya, sepertinya para wanita itu telah menyerah pada perburuan.
Setelah berjalan beberapa lama mereka melihat ada kerumunan di kejauhan, itu adalah pos pengumpulan bendera, Nero dan kelompok gadis gadis itu langsung menuju ke sana.
Nadia yang kebetulan juga berada di tempat itu melihat Nero datang dari kejauhan. Hatinya lega melihat Nero baik baik saja, tetapi wajahnya segera menjadi berubah melihat Nero berjalan dengan sekelompok wanita. Ia sedari tadi terus mengkhawatirkannya, ternyata orang yang dikhawatirkan lagi bersenang-senang dengan para gadis itu, batinnya.
Ia mengurungkan niatnya untuk memanggil Nero, namun Susan yang berada di sampingnya juga melihat kedatangan Nero, ia memanggilnya.
"Nero!" Susan melambaikan tangannya.
Nero yang melihat Susan dan Nadia balas melambaikan tangannya.
"Aku mau ke temanku dulu," Nero pamit kepada kelompok siswi itu, gadis-gadis itu melambaikan tangan melepasnya.
"Dadaah Nero,"
Setelah berpisah agak jauh, salah seorang gadis itu tiba tiba berteriak, " Nero, jangan lupa telpon Vika, ya,"
Vika yang tidak menyangka temannya akan mengatakan itu langsung mencubitnya, gadis-gadis lainnya tertawa-tawa.
Nero menghampiri Susan dan Nadia, ia tersenyum ketika Susan menyambutnya, namun ketika giliran melihat ke Nadia, gadis itu membalasnya dengan wajah masam.
"Kami sudah lama menunggumu, gak taunya kamu lagi bersenang-senang," sungutnya kesal, entah kenapa moodnya jadi sangat buruk.
"Maaf, tadi ada kecelakaan. Di jalan ketika hendak menemui kalian, salah satu dari mereka jatuh ke dalam sungai. Aku kebetulan lewat dan menolongnya," jelas Nero, ia memberikan bendera miliknya kepada Susan, lalu menyodorkan kantong bendera lainnya kepada Nadia. "Ini milik Rosa yang dirampas anak-anak tadi," ujarnya berharap untuk dapat sedikit membuat Nadia senang.
Nadia merebut kantong itu begitu saja tanpa melihat wajah Nero, Susan yang menyadari situasinya agak aneh jadi salah tingkah.
"Susan, laporkan bendera kita," suruh Nero, Yang siang tadi kita dapatkan, telah ku daftarkan di pos lain."
Susan mengangguk, lalu pergi.
"Ayo lah, aku sudah minta maaf, jangan begitu," Nero jadi merasa bersalah dengan sikap Nadia.
"Kelihatannya kamu akrab dengan mereka?" selidik Nadia, namun ia masih tidak mau memandang Nero, tangannya bersidekap di depan dadanya, dagunya sedikit terangkat dan ia memandang ke arah lain.
Nero menggaruk kepalanya, tersenyum kecut melihat reaksi Nadia, ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi sikap wanita yang seperti ini.
"Rosa!" Nadia melambaikan tangannya ketika ia melihat Rosa. Nadia datang ketempat ini berbarengan dengan Rosa dan teman-temannya, sebagian kelompok Rosa sedang mendaftarkan bendera mereka.
Rosa menoleh, kemudian menghampiri Nadia, Rosa yang melihat Nero juga ada di sana mengangguk ringan, Nero membalas sedikit anggukan.
"Ini bendera kalian yang dirampas anak anak tadi, Nero telah mengambilnya dari mereka," Nadia memberikan kantong di tangannya kepada Rosa.
Rosa tercengang, lalu melihat isinya, kemudian memandang Nero dengan tatapan tak percaya, kembali melihat Nadia ia bertanya keheranan, " Bagaimana mungkin?" gumamnya dengan takjub, namun begitu wajahnya terlihat sangat senang, ia. membalikkan tubuhnya dan celingukan mencari seseorang dengan pandangannya.
"Remy, sini!" ia memanggil Remy yang berdiri tidak jauh dari situ, Remy yang sedang berbicara dengan Edward menoleh, dan Edward juga memandang ke arah mereka, segera matanya menangkap Nero ada disana, senyum di wajah Edward langsung menghilang saat melihat Nero ada bersama Nadia dan Rosa. Bergegas ia menghampiri.
Pandangan Edward bagai mata elang tertuju kepada Nero, gerahamnya terkatup, setengah berlari ia menuju kearah Nero. Nadia yang waspada melihat gerak gerik Edward langsung berdiri di depan Nero.
"Menyingkir, Nadia! Biar kuberi pelajaran anak itu!" teriaknya ganas.
"Apa-apaan!" Rosa segera menarik baju Edward.
"Edward jaga sikapmu!" teriak Rosa mengingatkan.
"Ada apa ini?" Remy yang baru tiba bertanya.
"Nero mengembalikan bendera kita yang dirampas tadi siang," Rosa menyerahkan kantong ditangannya kepada Remy. Remy mengambil dan melihatnya, lalu memandang Rosa, Rosa hanya diam, kemudian ganti ia memandang Nadia.
"Nero telah mengambilnya dari mereka," jelas Nadia.
"Hah? Bagaimana bisa?" Sama seperti Rosa, Remy juga bingung, ia menatap Nero meminta penjelasan, namun Nero juga hanya diam. Ia terlalu malas untuk bicara, apalagi dengan mereka.
Edward yang mendengarkan jadi bingung, namun segera sebuah pikiran muncul di kepalanya.
"Kau berkomplot dengan anak-anak bengal itu, kan?" tuduhnya dengan jahat.
"Edward!" Nadia dan Rosa berteriak hampir serempak.
"Penjelasan apalagi? Satu-satunya penjelasan hanyalah karena dia berkomplot dengan mereka!" wajahnya menjadi garang.
"Mungkin otakmu terlalu rusak untuk berpikir, bodoh!" tiba-tiba Nero menyeru dari belakang Nadia, dengan lembut ia menggeser tubuh Nadia ke samping.
Mendengar kata-kata itu ditujukan kepadanya, wajah Edward menjadi sehitam arang, di tambah dengan tangannya menyentuh Nadia begitu saja. Dengan amarah menyala ia menerkam ke arah Nero, satu pukulan keras terarah ke wajahnya langsung.
Nero mengelak kesamping, lalu entah bagaimana tangannya telah dengan tiba tiba mencengkram leher Edward, ia mencekiknya kuat. Edward terkejut namun ia merasakan lehernya terjepit dan nafasnya jadi sempit, matanya terbelalak tak percaya.
Nero mendorong Edward sampai ia bersimpuh di tanah, "Kau terlalu kurang kalau ingin melawanku, pecundang!" gigi Nero merapat, ia benar-benar marah dengan sikap Edward.
Rosa dan Remy ternganga, mereka tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Anak yang mereka sangka biasa-biasa saja itu sebenarnya seganas ini?
Rosa menutup mulutnya dengan dua tangan.
Nero terus mencekik Edward, bagaimanapun cara Edward menyingkirkan tangan Nero, bahkan lengan Nero terasa seperti penjepit besi mencengkram lehernya. Urat-urat di wajahnya segera bermunculan, cengkeraman tangan Nero di lehernya teramat kuat.
Nadia yang awalnya membiarkan akhirnya mengambil tindakan, ia menarik Nero.
"Kamu mau membunuh orang?" ujarnya mengingatkan.
Terkejut Nero segera melepaskan tangannya. Edward yang merasakan sesak dan sakit di lehernya terbatuk-batuk sampai tersedak, ia hampir muntah karna tersedak.
Nero yang terlihat masih belum puas akan menendang dada Edward, namun itu berhenti ketika Nadia berteriak.
"Cukup Nero!" ia menarik tubuh Nero sekuat tenaga dan membawanya menjauh.
"Bawa dia pergi, Rosa!" teriak Nadia.
Rosa dan Remy terkesiap, lalu buru buru mengangkat tubuh Edward dan menariknya pergi, mereka terlihat gemetaran. Sepertinya.mereka telah memprovokasi seseorang yang tidak boleh tersinggung.
Nadia memandangi Nero, baru sadar bahwa Nero memakai baju yang masih lembab, Nadia membuka kemejanya, hendak memakaikannya kepada Nero.
"Kamu baik sekali," ucap Nero sambil tersenyum.
Melihat Nero yang telah begitu saja kembali seperti biasa, kekesalannya timbul lagi.
"Kamu harus menjelaskan tentang gadis-gadis itu!" rungut Nadia dengan kesal, wajahnya kembali cemberut.
Nero sakit kepala lagi.
...