Dua orang remaja yang bertemu di bangku SMA, pertemanan menyatukan keduanya kemudian naik level menjadi jatuh cinta.
Banyak rintangan yang harus di lewati untuk mencapai kata BERSAMA, hingga salah satu dari mereka dipaksa untuk pergi.
Apakah perjuangan cinta mereka akan berakhir indah layaknya senja dan langit biru? Mau menjadi saksi perjuangan cinta mereka?
Baca disini‼️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5: Perpustakaan Cinta
Denika dan Aika sudah sampai di perpustakaan kota, keduanya memutuskan untuk masuk terlebih dulu dan menunggu Cika di dalam karena kondisi di luar masih hujan.
"Cika masih belum datang ya?." Tanya Denika pada Aika di depannya.
"Belum palingan sebentar lagi." Kata Aika.
"Daripada kita diam aja, mending kita cari buku referensi dulu aja yuk." Kata Aika berdiri dari duduknya.
Denika mengangguk setuju lalu bangkit dari duduknya.
Keduanya berpisah mencari buku referensi yang berhubungan dengan tugas mereka.
Tanpa disangka, ternyata Aika dan Denika berdiri berseberangan. Ketika mereka bersamaan mengambil buku di depan mereka, seolah penghalang antara mereka hilang. Wajah mereka saling berhadapan. Aika terkejut melihat wajah Denika yang tertawa sambil menutup mulutnya.
Denika yang melihat tawa Aika hanya dapat menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Akia dan Denika kembali ke tempat awal mereka duduk dengan membawa banyak buku referensi.
Tidak menunggu lama setelah itu Cika datang sambil membawa tas laptop di tangannya.
"Maafin gue ya, tadi hujan gede banget." Kata Cika dengan nafas naik turun.
"Santai, kita disini enjoy kok, ya nggak Ka." Kata Denika pada Aika.
Dan dibalas anggukan oleh Aika.
"Kenapa kamu bawa laptop Cik." Kata Aika heran.
"Buat ngetik tugas lah." Kata Cika.
"Hah bukannya harus tulis tangan ya?." Kata Denika bingung.
"Iyaa wajib tulis tangan Cika." Kata Aika.
"Ehh iya lupa." Kata Cika tersenyum.
Ketiganya sedang sibuk meringkas topik yang sudah ditugaskan pada mereka, mereka sibuk membolak balikan buku referensi, hingga ada kejadian yang membuat Cika hilang konsentrasi.
"Ehh kalian ngerasa orang yang duduk di sebelah kita ngawasin kita nggak sih?." Kata Cika berbisik.
"Mana?." Kata Aika berpura-pura membaca buku.
"Adaa itu kayaknya anak muda sih pake jaket item." Kata Cika berbisik.
"Denika coba kami lirik dia dong." Kata Cika pada Denika.
Denika yang mendengar itu langsung melirik ke arah orang tersebut dan benar saja di antara keduanya terjadi eye contact.
Setelah eye contact tersebut, pria berjaket hitam itu langsung berdiri dan keluar dari gedung perpustakaan.
"Iya kan, dia langsung pergi." Kata Cika bangkit dari duduknya.
"Enggak lah mungkin kita negative thinking aja." Kata Rani sambil membereskan buku di depannya.
"Iya mungkin." Kata Denika setuju dengan Aika.
"Ini sudah selesai kan? ;biar aku aja yang balikin." Kata Denika pada Aika.
"Iya sudah, nggak usah aku aja." Kata Aika.
"Engga aku aja, ini berat." Kata Denika sambil mengambil buku di depan Aika.
"wahh pertengkaran kekasih." batin Cika melihat kejadian di depannya.
Denika menggulung lengan bajunya dan tanpa sengaja memperlihatkan otot tangannya.
Denika membawa buku-buku referensi tadi kembali ke rak asalnya.
"Wahh indahnya dunia ini." Kata Cika sambil memandang Denika yang tanpa gagah sambil membawa banyak buku di tangannya.
Aika hanya bergeleng heran melihat kelakuan temannya.
Ketiganya keluar dari perpustakaan kota, dan kebetulan hujan di luar sudah reda.
"Okee kita pulang dulu ya." Kata Aika pada Denika disampingnya.
"Kamu gimana, ada jemputan." Sambung Aika.
"Aman, kalian berani sendiri." Kata Denika.
Aika dan Cika kompak mengangguk.
"Okee kalau gitu kamu hati-hati ya, kita duluan." Kata Aika sambil melambaikan tangan.
"Okee hati-hati." Kata Denika membalas lambaian tangan Aika.
Denika menahan keinginannya untuk mengantar Aika ke panti asuhan dikarenakan larangan ibunya tadi pagi, Denika takut jika dia terus melawan ibunya terkait hal ini dia akan membuat dirinya jauh dari Aika dan teman-temannya yang lain.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Pak Sapto datang di depan perpustakaan untuk menjemput Denika.
"Maaf den, Pak Sapto lama soalnya tadi di jalan agak macet." Kata Pak Sapto.
"Tidak apa-apa pak." Kata Denika sambil membuka pintu mobil.
"Kita langsung pulang atau mau mampir kemana dulu den?." Kata Pak Sapto.
"Langsung pulang saja Pak, saya mau istirahat." Kata Denika.
"Baik den." Jawab Pak Sapto.
Setelah beberapa menit akhirnya Denika sampai di rumah dirinya segera keluar dari mobil dan bergegas masuk ke rumah.
Ketika Denika hendak naik ke lantai 2 terdengar suara orang berbicara di ruang kerja ibunya.
"Putra ibu tadi sedang berada di perpustakaan kota, dia bersama dengan dua anak perempuan, mereka tampak sangat dekat, tampaknya mereka sedang mengerjakan tugas bersama. Ketika sudah selesai keduanya pulang terlebih dahulu tapi anehnya kedua anak perempuan tersebut membicarakan tentang panti asuhan." Terdengar suara pria.
"Baik." Kata Siska sambil menyerahkan sebuah amplop.
Setelah menerima amplop, pria tersebut keluar dan betapa terkejutnya ketika dia membuka pintu dan melihat Denika di depannya.
Pria itu segera mundur beberapa langkah, ketika Denika masuk pria tersebut langsung mengambil kesempatan untuk keluar.
"Mama keterlaluan."
"Jadi Mama mulai ngawasin aku?." Tanya Denika heran dengan perlakuan ibunya padanya.
"Ini demi kebaikan kamu " Jawab ketus Siska.
"Kebaikan apa ma?."
"Kalau gini Denial malah merasa tertekan." Kata Denika.
"Mama sudah peringatkan kamu, jangan dekat-dekat dengan anak-anak panti itu, miskin itu menular Denika." Kata Siska pada putranya.
"Kami cuma kelompok belajar ma, nggak lebih." Kata Denika pada ibunya.
"Kalau Mama menyewa orang untuk ngawasin aku lagi, aku nggak akan pulang Mah, Aku masih di sini karena menghormati Mama sebagai orang tua aku, aku selalu nurut kata Mama walaupun itu selalu di luar kehendak aku." Kata Denika sambil meninggalkan ruang kerja ibunya dan segera naik ke kamarnya.
Walaupun Siska tegas, dia tidak akan bisa membuat putra satu-satunya pergi dari rumah.
Memang benar setiap ibu memiliki cara sendiri untuk menunjukan kasih sayang, tapi cara yang digunakan oleh Siska adalah salah satu cara yang paling di benci oleh seluruh anak di dunia ini.
...-Bukanlah bohong ketika seseorang mengatakan bahwa ' tawamu mengalihkan duniaku'-......