NovelToon NovelToon
Mencintaimu Adalah Luka

Mencintaimu Adalah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Bad Boy / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kania gadis remaja yang tergila-gila pada sosok Karel, sosok laki-laki dingin tak tersentuh yang ternyata membawa ke neraka dunia. Tetapi siapa sangka laki-laki itu berbalik sepenuhnya. Yang dulu tidak menginginkannya justru sekarang malah mengejar dan mengemis cintanya. Mungkinkah yang dilakukan Karel karena sadar jika laki-laki itu mencintainya? Ataukah itu hanya sekedar bentuk penyesalan dari apa yang terjadi malam itu?

"Harusnya gue sadar kalau mencintai Lo itu hanya akan menambah luka."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

lima

Hitam atau putih?

Banyak orang yang bilang hitam itu identik dengan keburukan, sedangkan putih justru sebaliknya identik dengan kebaikan, kelembutan atau bahkan kesucian. Yang pasti, bagi mereka yang memilih putih adalah mereka yang menyukai ketenangan. Tapi bagi Karel, hitam adalah ketenangan. Warna gelap jauh lebih berhasil membuat hatinya tenang juga merasa nyaman.

Laki-laki yang sedang duduk di salah satu kursi kantin itu tersenyum kecil dengan kedua tangannya yang memegang sepucuk surat berwarna hitam dengan tinta putih di atasnya. Sejauh ini, hanya Sania yang mengerti keinginannya, hanya Sania juga yang mengerti apapun yang dia sukai dan juga apapun yang membuatnya merasa tenang.

"Sania?"

Suara Fabian yang baru saja memasuki telinga Karel membuat laki-laki itu cepat-cepat melipat kertas hitam itu kemudian berdahan pelan. Salah tingkah? Anggaplah begitu.

Fabian terkekeh pelan. Tebakannya benar, bahkan tanpa perlu bibir Karel mengeluarkan suara, dirinya sudah jelas tahu jawabannya. Ia merogol seko celananya setelah menempati kursi di samping Karel dan menaruh mangkuk mie ayam di sana. Tadi Laras sempat menitipkan sesuatu padanya, katanya titipan dari Kania untuk Karel.

"Nih!"Fabian menyodorkan coklat berbentuk koin sebanyak 3 keping dihadapan Karel.

Karel mengerutkan dahinya." Apaan nih?'

"Coklat."Fabian menjawab dengan tetapan tidak mengerti, memangnya kurang jelas ya bentuk benda itu sampai raja harus bertanya seperti barusan?

Karel mendesah kasar." Oleh-oleh dari nyokap lo?" Tebaknya kemudian.

Fabian menggeleng." Dari Kan-" ucapannya terhenti ketika dengan kasar Karel menggeser kembali coklat tersebut ke arahnya." Ambil!" pintanya yang lebih terdengar seperti paksaan.

"Gue gak suka cokwlat-"

"Bacot banget! Kemarin aja coklat gue habis lo yang makan, tol*l!" Fabian gemas sendiri, apa harus sampai segitunya ya Karel menolak Kania?

Karel berdeham." Mulai hari ini gue nggak-"

"Karel!"

Kedua mata laki-laki itu melebar bersamaan dengan kehadiran sosok gadis dengan seragam berantakan juga senyuman lebar yang menghias wajahnya.

"Enak nggak coklatnya?" Kania bertanya dengan raut bahagia.

Karel mengambil coklat itu, menatapnya sebentar kemudian tersenyum tipis dan berhasil membuat Kania semakin mengembangkan senyumnya.

"Gitu kek dari tadi!" desis Fabian kesal sendiri. Ia kemudian menyuapkan mie ayamnya dan mengunyah pelan.

"Ambil!"

Mie yang dia telan seakan menyangkut di tenggorokan, dia terbatuk-batuk lantas melebarkan matanya seketika. Senyuman Karel hilang digantikan dengan raut dinginnya, laki-laki itu baru saja melempar coklat koin itu asal ke lantai kantin.

Bukannya terkesiap, namun anggap saja hatinya sekuat baja sehingga perintah Karel yang barusan itu ia turuti dengan mudah. Kania memungut 3 keping coklat yang terpisah jauh tanpa rasa malu, meskipun seisi kantin sudah menjadikan dirinya bahan tontonan juga candaan.

Kania menampilkan senyum getirnya, menangkap tiga keping coklat itu di kedua telapak tangannya. Hatinya bergemuruh kuat berusaha menahan rasa sakit juga malu yang baru saja kembali ke rel torehkan di sana. Kenapa harus sejahat itu?

"Gue pikir lo suka coklat," ujar Kania pelan.

Karel tersenyum sinis." Gue suka-" ia menghentikan ucapannya." Asal bukan dari Lo." Ujar Karel tajam, kemudian bangkit dari kursinya dan berlalu meninggalkan kantin yang seketika hening karena ulahnya pada Kania barusan.

"Buat gue aja boleh, Kania?" Raden, laki-laki yang entah dari mana datangnya itu bersuara dengan tenang padanya. Senyuman tipis jelas terlihat di wajah laki-laki itu, membuat Kania jadi yakin, Raden hanya berusaha membantu menahan malunya.

Kania menggeleng." Coklatnya udah jatuh, janan-"

"Terus coklatnya mengelola buang?"

Kania mengangguk." Harganya nggak seberapa kok," akunya dengan jujur. Ia kemudian membuka kepalan tangannya itu dan melihat coklat yang sudah tidak berbentuk itu. Saat ini hatinya tidak jauh berbeda dengan bentuk coklat yang berada di tangannya. Terlihat baik-baik saja di awal, namun ketika Karel menghempaskannya saat itu juga hatinya tak berbentuk.

"Gue duluan, bang." Kania berpamitan kemudian berlalu meninggalkan kantin yang isinya masih menjadikan dirinya tontonan.

Kania malu, bahkan lebih dari itu. Kalau saja dirinya tidak menyukai Karel, mana mungkin dirinya akan melakukan hal seperti tadi, mempermalukan dirinya sendiri.

-----

Raden mendesak frustasi untuk kesekian kalinya, menghadapi karya yang sudah seperti menghadapi seekor singa. Sangat emosional, bahkan sampai dirinya yang umurnya lebih tua pun takut berhadapan dengan adik sepupunya itu.

"Dia beli rokok aja bisa, beliin gue cokelat murahan!"

"Karel!" tegas Raden dengan tatapan tajam. Ia tidak berhadapan dengan Karel saja. Di sini ada banyak orang yang bisa mendengar jelas pengakuan Karel barusan.

"Bener kan kata gue?!" sahut Karel tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Raden menjilat bibirnya, kemudian berkacak pinggang dan kembali menatap jengkel ke arah Karel yang tidak mengerti juga akan kesalahan yang baru saja dibuat oleh laki-laki itu. " Lo dasar gak si? Lo udah mempermalukan anak orang di kantin-"

"Dia yang mancing!" Karena lebih dulu menyahut. Ia menyambar gitar yang berada di dekatnya kemudian memainkan beberapa senar di sana sehingga menghasilkan alunan kecil.

"Lo ngerti perasaan dia gak si?!" Raden semakin dibuat kesal.

Seakan mendengar sesuatu yang janggal, Karel mendongakkan kepalanya, sebelah alisnya naik kemudian menggeleng." Buat apa gue ngertiin dia?" sahutnya dengan enteng. Ia kembali menaruh gitarnya, kemudian bangkit dari duduknya dan melangkah maju, mendekat pada Raden yang bersandar pada kusen pintu.

"Ini bukan hanya masalah coklat,,," Karel menggantung ucapannya. Menatap tajam pada Raden dengan wajah yang seperti sedang menahan amarah." Kalau lo minta gue ngertiin dia, apa dia juga bisa ngertiin gue kalau gue keganggu sama kehadiran dia?"

"Hei!" Gilang berseru pelan. Ia menepuk bahu Karel dari belakang, kemudian menarik napasnya. "Kayaknya ucapan lo terlalu kasar buat Kania, " koreksinya berusaha terdengar lugas dan tidak memihak siapapun.

" Cuma karena menerima coklat tiga keping nggak akan nurunin harga diri lo juga kali," sambung Zafran seraya membenarkan letak kacamatanya.

Karel mengangguk." Memang gak akan," sahutnya menyetujui kalimat yang Zafran ucapkan." Tapi anjing yang dibaikin akan terus ikut si orang yang baikin kan?"

"Karel!" bentak Raden di detik selanjutnya." Lo gila ya?! Anak orang Lo samain kayak anjing?!" Ucap Raden emosi.

Ia menatap tajam laki-laki yang terlihat santai meski ucapannya barusan adalah sebuah kesalahan besar.

Kehadiran seseorang yang membuat suasana semakin tegang berhasil membuat senyuman Karel mengembang. Gaya angkuh laki-laki itu terlihat jelas menarik di matanya, belum lagi ketika laki-laki itu menjatuhkan tatapan sinis kepadanya.

Ia kemudian kembali berbalik pada Raden, menatap kakak sepupunya itu dengan senyum miring dan kemudian terkekeh sinis. " Kenapa?" tanyanya sinis." Apa karena cewek itu adik dari sahabat lo?! Makanya lo gak terima kalau dia disamain sama anjing?!"

"Kalau abangnya biasa aja gue nyamain adiknya sama anjing, terus kenapa Lo yang sewot?!" Karel menghardik. Laki-laki itu kemudian mengambil kasar kunci mobilnya dan berlalu meninggalkan tongkrongan yang sudah tidak terasa nyaman lagi untuknya.

Raden berdesis. " Dia itu anak siapa sih setan?! Gak habis pikir gue, ngeselin banget!" Kerudungnya dengan amarah yang tertahan.

"Ya anaknya om Lo, Raden." Zafran membalas.

Raden menggeleng." Om gue perasaan kelakuannya gak gitu-"

"Kayaknya kemarin pas buahnya jatuh dari pohon lo tendang, makanya nggak sama kelakuan dia sama papanya." Kenan bersuara kemudian terkekeh berusaha mencairkan suasana.

"Kenapa?" Suara berat dan tenang Raihan kembali memasuki telinga Raden. Laki-laki dengan balutan kaos itu menerapkan alisnya bingung akan apa yang baru saja terjadi di hadapannya. " Kania berulah lagi?"

Dengan cepat Raden menggeleng." Karel berantem sama Sania, makanya nama Kania kebawa," alibinya. Ia tidak mau memperkeruh suasana malam ini, jadi berbohong mungkin lebih baik dia lakukan untuk saat ini.

Sempat ada tatapan ragu yang Raihan keluarkan dari raut wajahnya itu. Tapi anggukan setuju Zafran juga Kenan berhasil membuat keraguan itu hilang.

1
Suryani Tohir
nice
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!