Rangga adalah seorang pemuda yang mendapatkan warisan sepasang mata sakti. mata sakti mampu menembus benda apapun, juga memberikan kemampuan medis dan ilmu beladiri.
Namun untuk mendapatkan mata sakti itu, Rangga menjadi bisu selama 5 tahun. tanpa di duga dia menikahi seorang wanita yang sangat cantik. Namun istrinya tidak mencintainya sama sekali.
Namun dirinya selalu di rendahkan oleh keluarga istrinya karena bisu dan tidak berguna.
Setelah 5 tahun berlalu, Rangga akan menggunakan mata saktinya untuk merubah takdirnya dan mendapatkan hati istrinya.
Bagaimana kelanjutannya bisa di baca di novel ini ya !!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 25 KOMPETISI JUDI BATU
Sebelumnya Jaka juga merasa kagum dengan kemampuan yang di miliki oleh Rangga dalam judi batu tempo lalu. Rangga meninggalkan kesan yang baik bagi Jaka. Sehingga Jaka meminta Naura untuk mencarinya.
"Ayah meminta mu untuk mewakili perusahaan kami Purnama group dalam kompetisi besar batu giok," sambung Naura.
Kompetisi besar batu giok ini di adakan selama 5 tahun sekali. Di dalamnya banyak perusahaan besar yang ikut dalam kompetisi tersebut. juara dalam kompetisi ini akan membawa reputasi dan nama baik bagi perusahaan begitu yang memenangkan nya dan begitu juga dengan sebaliknya.
Para perusahaan besar akan membawa penilai batu terbaik untuk menemukan giok terbaik di dalamnya. perusahaan yang mendapatkan giok dengan kualitas terbaik akan memenangkan kompetisi ini dan mengharumkan nama perusahaannya.
Dengan kata lain perusahaan tersebut akan semakin berkembang pesat untuk kedepannya. Begitu juga sebaliknya, reputasi buruk akan di peroleh oleh perusahaan yang hanya mendapatkan giok dengan kwalitas rendah. Dengan kata lain, ini adalah pertandingan tentang harga diri dari perusahaan-perusahaan yang mengikutinya.
Belum sempat Rangga menjawab, Naura sudah langsung menarik tangan Rangga dan hendak membawanya ikut bersamanya.
"Eh..." Rangga tampak terkejut.
"Diam, ikut aku," ujar Naura.
Satu jam kemudian Naura dan Rangga telah sampai di sebuah gedung besar tempat di selenggarakannya kompetisi batu. Di sana sudah sangat ramai dengan orang-orang.
"Ayah," ujar Naura melihat ayahnya yang bernama Jaka di sana.
Terlihat Jaka yang menggunakannya setelah jas berwarna hitam. Sementara di belakang Jaka terdapat 3 orang pria yang sedang berdiri di belakangnya.
"Junior Rangga, aku sudah menantikan kedatangan mu," sapa Jaka kepada Rangga sambil tersenyum.
"Maaf, telah membuat tuan Jaka menunggu lama," balas Rangga.
Karena Naura sebelumnya membawanya secara paksa, Rangga juga tidak bisa untuk tidak mengikutinya.
"Haha, tidak apa-apa, tapi kompetisi judi batu giok ini akan merepotkan junior Rangga," ujar Jaka.
"Tuan Jaka meminta ku untuk datang kesini untuk menjadi penasehat dan penilai mu?" balas Rangga.
"Sebelumnya aku melihat kemampuan mu dengan mataku sendiri, kamu harus membantu ku," ujar Jaka.
Kemudian Jaka mulai menjelaskan tentang pertandingan kompetisi judi batu giok ini. Bongkahan batu yang mengeluarkan giok di dalamnya akan di lelang di tempat ini. Kemudian yang memiliki harga paling tinggi akan menjadi juara dalam kompetisi ini.
"Tiga orang ini adalah anggota timmu," ujar Jaka.
Jaka mulai memperkenalkan tiga orang yang berdiri di belakangnya. Yang memakai topi bernama Robi, yang tinggi bernama Anan dan berkacamata bernama Hadi.
Ketiga orang ini juga mulai tersenyum kepada Rangga. Namun senyum mereka terlihat terpaksa dan tidak tulus. Sorot mata mereka terlihat sangat meremehkan Rangga.
"Mereka bertiga adalah anggota yang aku pilih dengan sangat hati-hati," ujar Jaka.
"Aku mempercayakan kompetisi judi batu ini kepada kalian berempat," sambung Jaka.
"Kali ini ayah sudah menghabiskan banyak uang untuk dapat mengikuti kompetisi ini," ujar Naura kepada Rangga.
"Kalau bisa masuk tiga besar, bayaran mu juga akan sangat besar," sambung Naura.
"Jika sampai kalah, aku tidak bisa menjamin, apa yang akan aku katakan pada Miranda," sambung Naura berbisik kepada Rangga.
"Eh... kamu mau mengatakan apa?" tanya Rangga.
Kemudian Naura langsung menunjukkan sebuah foto di ponsel miliknya. Dalam foto itu terlihat seorang wanita sedang merangkul Rangga dengan sangat mesra.
Wanita itu adalah Viona yang merupakan sales tempat Rangga membeli mobil sebelumnya.
"Bagaimana kamu bisa mendapatkannya?" seketika Rangga juga langsung panik.
Wanita di foto itu terlihat sangat mesra merangkul Rangga. Jika sampai Miranda melihatnya, tentu saja Miranda akan langsung salah paham kepadanya. Hubungan mereka berdua baru saja mulai dekat, tentu saja Rangga tidak mau semuanya rusak gara-gara salah paham tentang foto itu.
"Pada waktu itu aku juga sedang membeli mobil dan melihat mu di sana," jawab Naura.
Naura di sana melihat Rangga yang sedang membeli mobil, tapi di rayu oleh sales wanitanya. Secara diam-diam Naura juga langsung memfotonya.
"Kalau begitu kamu seharusnya tahu, bahwa semuanya tidak seperti yang ada di foto?" ujar Rangga.
"Ya aku tahu, bahwa wanita itu yang merayu dan merangkulnya sendiri," balas Naura.
"Tapi apakah Miranda akan beranggapan demikian?" sambung Naura mengintimidasi Rangga.
Benar yang di katakan oleh Naura, mana mungkin Miranda akan beranggapan demikian. Sudah jelas Miranda pasti akan langsung menuduhnya sedang berselingkuh.
"Baiklah, kalau begitu aku akan berusaha," ujar Rangga.
Rangga hanya bisa menghela nafasnya dan harus berhasil memenangkan kompetisi ini. Tidak di sangka Naura menggunakan cara seperti ini untuk mengancamnya.
"Tapi kamu harus berjanji untuk menghapus foto itu setelah ini berakhir," sambung Rangga.
"Tenang saja," balas Naura sambil tersenyum.
Sementara itu di tempat lain, Miranda sedang berada di perusahaannya.
Miranda meletakkan sebuah berkas laporan yang baru saja di baca di mejanya. Kemudian terdengar suara ketukan dari luar ruangan nya.
"Masuk!" ujar Miranda.
Asisten Miranda mulai masuk ke dalam ruangan dengan membawa buket bunga di tangannya.
"Bu direktur, ada kiriman bunga," ujar asisten nya.
Asistennya memberikan bunga itu kepada Miranda dan kemudian langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
Miranda melihat selembar kertas kecil di sela-sela buket bunga yang bertuliskan "untuk istrinya tersayang".
Kemudian Miranda juga langsung mencium bunga yang di antarkan oleh asistennya ini.
"Akhir-akhir ini dia terus mengirimiku bunga," ucap Miranda.
Kemudian Miranda meletakkan bunga itu di atas mejanya. Miranda juga mulai membuka kotak bekal yang di buatkan oleh Rangga tadi pagi.
Begitu kotak bekalnya terbuka, terlihat nasi dengan sayur dan telur di dalamnya. Tapi bekal buatan Rangga ini terlihat tidak biasa saja.
"Ini..." Miranda tersenyum sendiri melihat bekal buatan Rangga ini.
Masakan dalam bekal ini sederhana, hanya saja telur yang di masak ini di buat berbentuk menyerupai love hati. Hal itulah yang membuat Miranda tersenyum sendiri.
Miranda tidak menyangka Rangga bahkan memasak telur berbentuk seperti ini untuknya. Entah sejak kapan bocah ini belajar romantis, pikir Miranda.
Kembali lagi ke tempat pertandingan kompetisi judi batu. Rangga dan timnya kini juga sudah berada di tempat yang terdapat banyak batu di sana.
"Anak muda kamu benar-benar ingin memilih batu," ujar rekan setimnya yang bernama Anan dengan nada meremehkan.
"Mumpung sudah datang kesini, aku juga ingin mencoba keberuntungan ku," balas Rangga sambil tersenyum.
"Karena tuan Rangga memiliki ketertarikan memilih batu, maka 100 juta ini kamu ambil untuk bersenang-senang," sela Hadi.
Hadi memberikan sebuah kartu bank kepada Rangga yang di dalamnya terdapat uang 100 juta. Terlihat ketiga rekan setim Rangga ini tidak ada suka kepadanya dan sangat meremehkannya.
Mereka tidak pernah mendengar tentang Rangga sebelumnya, jadi mereka bertiga menganggap Rangga hanyalah seorang amatiran saja.
"Bukankah seharusnya ada 5 milyar?" ujar Rangga memegangi kartu bank itu.
Sebelumnya Jaka menyampaikan bahwa masing-masing dari anggota tim akan di bekali uang 5 milyar untuk mendapatkan batu yang mereka pilih.
"Bocah, apa kamu pernah melihat uang sebanyak itu," ujar Anan meremehkan.
"Sudah lumayan memberikanmu 100 juta, jangan serakah jadi orang," ujar Hadi.
"Haha..." Robi tertawa lepas.
Kemudian mereka bertiga mulai berjalan pergi meninggalkan Rangga untuk memilih batu.
"Dengan kualifikasi mu itu, kamu tidak berhak untuk memilih batu," ujar Anan menengok ke Rangga kemudian kembali berjalan pergi.
Rangga hanya santai saja sambil memegangi kartu banknya. Tidak di sangka ketiga rekan setimnya tidak mau bekerja sama dan malah menyingkirkan nya.
Di gas ken
Mumpung lagi seru
Tetap Semangat
Bukannya rangga?