NovelToon NovelToon
Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Meindah88

Asmaralda, seorang gadis buta yang penuh harapan menikah dengan seorang dokter. Suaminya berjanji kembali setelah bertemu dengan orang tua, tapi tidak kunjung datang. Penantian panjang membuat Asmaralda menghadapi kesulitan hidup, kekecewaan dan keraguan akan cinta sejati. Akankah Asmaralda menemukan kebahagiaan atau terjebak dalam kesepian ???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.11

Setelah ibu Hana kembali sehat, ke-dua keluarga tersebut kembali membicarakan hari pernikahan anak-anaknya. Namun hal itu, Abrisam terlihat tidak menanggapi dan bahkan dengan terang-terangan menundanya.

" Sampai kapan Hana menunggu mas?" Hana Tidak bisa menunggu lama-lama." emosi Hana memuncak mendengar keputusan Abrisam. Sedangkan Rani tidak bisa berbuat apa-apa, lantaran putranya memberi alasan terlalu sibuk dengan pasien. Untuk saat ini, Rani belum bisa mendesak Abrisam karena masih sering ditugaskan ke luar kota.

" Tenang Hana, Tante akan membujuknya setelah Abrisam tidak sesibuk saat ini." bujuk Rani terdengar lembut.

" Baiklah Tante, tapi jangan terlalu lama! Hana malu sama teman-teman Hana yang setiap hari menanyakan hari pernikahan kami." ucapnya, entah itu kebohongan atau kebenaran, tapi dia akan memuluskan rencananya itu.

***

Beberapa bulan berlalu, Abrisam kembali ke pulau itu dengan diam-diam, ingin menemui istrinya tanpa diketahui siapapun. Hatinya penuh harap dengan keinginannya untuk bertemu dengan wanita yang selalu membuatnya merasa bersalah selama kembali ke Jakarta.

" Permisi pak, rumah yang di sebelah sana milik pak Didin kan?" tanyanya pada seseorang yang sedang lewat.

" Iya pak, betul." jawab orang itu.

" Tapi kan beberapa bulan yang lalu rumahnya pak Didin agak kecil, tapi sekarang sudah besar," sahut Abrisam seperti kurang percaya.

" Oh itu, rumah pak Didin direnovasi dua bulan yang lalu. Jadi kalau ada yang baru masuk di sini, mungkin tidak mengenalnya." terang orang tersebut yang ditanyai Abrisam.

" Makasih pak, saya pergi dulu." ucapnya kemudian berlalu dan menuju rumah seseorang.

Entah kenapa jantung Abrisam tiba-tiba berdebar kencang. Mungkinkah karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan Ralda."

" Assalamualaikum," sahutnya sembari mengetuk pintu pelan. Belum ada jawaban, namun ia masih tetap menunggu.

" Waalaikumsalam," jawab dari dalam.

Terlihat seorang wanita paruh dengan tubuh gemuk dan agak pendek, tergopoh-gopoh keluar dan membuka daun pintu.

" Siapa?" sahutnya.

Mata itu seketika membelalak melihat siapa yang datang," bapak," teriaknya histeris memanggil suaminya.

" Ada apa toh mah? Teriak-teriak kayak anak kecil saja, malu dong didengar sama tetangga." omel pak Didin sembari memperbaiki sarung yang melekat di pinggang.

Pak Didin keluar dan ia pun tak kalah syoknya melihat tamu yang tak diundang kini berada di depannya. Wajah itu berubah menjadi pucat dengan tubuh bergetar.

" Apa yang harus kukatakan?" ucapnya dalam hati sembari menatap tak percaya dokter di depannya.

" Bapak masih ingat saya kan? Saya dokter Abrisam, suaminya Ralda," ucap Abrisam penuh harap.

Pak Didin menertralkn kegugupannya sambil melirik sekilas istrinya.

" Ada apa pak, Didin? Masih ingat kan dengan saya,"desakya tak sabar.

Pak Didin mengangguk namun ia sepertinya tak mampu berpikir.

" Duduk dulu, Dok!" ucapnya berusaha terlihat biasa-biasa saja.

Abrisam duduk, dari raut wajah sangat nampak kegelisahan.

" Kenapa baru kembali, Dokter? Kemana perginya dokter beberapa bulan yang lalu?" ucapnya memulai percakapan. Dalam Hati pak Didin terus berdoa.

" Apa maksud pak Didin? Saya tidak ngerti," ucap Abrisam sambil mencerna ucapan pria yang dulu dititipkan istrinya pada pria ini.

Keringat dingin di dahi pak Didin, dia akan berpikir lebih jernih lagi.

" Di mana Ralda?"

" Nyes.." tubuh pak Didin semakin berdesir atas pertanyaan Abrisam. Dia harus jawab apa?"

" Pak... sekali lagi Abrisam bertanya, di mana Ralda sekarang?" ucapnya seperti mendesak pak Didin.

" Bapak akan antar pak dokter ke rumah Ralda sekarang." ucapnya.

" Apakah Ralda tidak tinggal di sini lagi?" Tapi dengan siapa dia di gubuk itu?" batinnya.

Abrisam dan pak Didin akhirnya menuju rumah Ralda sembari senyum-senyum sendiri. Rasa sabarnya tidak dapat dibendung lagi dan ingin langsung sampai ke rumah itu.

Hanya beberapa menit berjalan menuju rumah Ralda, mereka sampai di tempat tujuan.

" Deg," di rumah Ralda, kenapa jadi rata seperti ini? Lantas di mana istriku?" ia masih berdiri memandangi bekas keb4k4ran itu, dengan hati yang perih, tak terbayangkan olehnya apa yang terjadi pada istrinya.

" Di mana Ralda pak? Abrisam kan menitipkan Ralda waktu itu sama bapak. Dan apa yang saya lihat ini benar-benar membuatku bingung." ucapnya.

" Bismillah," ucap pak Didin dalam hati.

" Nak..maafin bapak karena tidak mampu menjaga Ralda dengan baik," ucapnya dengan nada bergetar.

" Deg," jantung Abrisam semakin tak karuan. Sementara penjelasan pak Didin hanya setengah-setengah.

" Dua bulan yang lalu, gubuk ini keb4k4ran dan kami tak tahu apa penyebabnya. Gadis malang itu, Ikut terb4k4r bersama seor4ng b4yi yang ada dalam kandungnya. Maaf, bapak terlambat datang menolong nak Ralda. " ucapnya sambil menunduk.

Tubuh Abrisam seketika luruh ke tanah, tangan itu menggemgam tanah yang berc4mpur dengan abv istrinya. Tubuh terasa tak bertenaga, tulang-tulang terasa remuk redam memberikan sensasi yang menyakitkan dan melemahkan.

" Ralda," ucapnya sembari menatap tanah yang ada digenggamnya.

" Aaakkk... Aaakh..." teriaknya histeris sembari menepuk dadanya yang semakin sakit.

" Nak, bangunlah, jangan seperti ini!"  pak Didin menyentuh pundaknya.

" Kenapa bapak membiarkan Ralda tinggal sendirian di gubuk itu? Seharusnya kalian mencegahnya!" ucapnya berteriak memarahi pria paruh itu.

" Bapak sangat minta maaf nak, Ralda bersikeras ingin tinggal di gubuknya kembali, setelah satu bulan menunggu suaminya." sahutnya seakan menyindir dokter itu.

Hati Abrisam semakin tersaya-sayat hingga sampai ke lubuk hati mendengar penuturan pak Didin. Siapa yang patut disalahkan dalam hal ini?"

Pak Didin membantu tubuh itu berdiri kemudian pulang dengan perasaan hampa. Abrisam masih belum menerima sepenuhnya jika Ralda sudah ti4da. Dan mulai saat ini dia merutuki keb0d0hannya sendiri.

" Ikhlaskan kepergian Ralda nak, gadis malang itu sudah tak menderita lagi." sahut pak Didin kembali.

Abrisam tidak menanggapi, pria itu sebenarnya kesal dengan pak Didin lantaran tidak menjaga amanah yang diberikan.

" Siapa yang kasih tahu pak Didin kalau Ralda sedang hamil?" wajah itu seketika berubah menjadi datar.

" Bapak sendiri yang menemani Ralda ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatan, dokter sangat jelas mengatakan kalau Ralda hamil satu bulan," terang pak Didin.

Abrisam tak mampu mendengar itu lagi hingga ia memutuskan untuk pergi meninggalkan pak Didin.

Pria paruh itu menatap punggung dokter pemuda tersebut. Ada rasa bersalah terlintas di benak, lantaran apa yang dikatakan pada Abrisam tidak sepenuhnya benar. Tapi dia juga harus memberi pelajaran karena melantarkan Ralda sendirian. Dia tidak tahu bagaimana Ralda saat itu. Pak Didin menyaksikan sendiri, gadis malang itu menanyakan suaminya, apakah dia sudah datang. Tiap hari dan bahkan setiap saat menunggu di luar teras menantikan sosok Abrisam. Namun apa yang didapatkan gadis itu, hanya kekecewaan dan perasaan hampa. Sebuah janji yang diucapkan ternyata tak mampu ditepati oleh dokter tersebut.

" Biarkan saja dia menyesal seumur hidupnya." batin pak Didin.

1
Rayta Nya Firman
double up thor
Desi Ragiel Nst
br eps ¹ . uda lgsung nusuk jatung thor..
Meindah88: terimakasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!