Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Berhasil lolos, tapi tidak dengan Rindunya
Ayam jago belum juga berkokok, begitupun azan subuh belum juga berkumandang, namun rumah kontrakan Namira sudah berderak memenuhi aktivitasnya. Boa yang mempunyai janji temu dengan personalia perusahan Bram sudah siap dengan kemeja dan celana bahan yang membuat penampilannya sangat berbeda dengan kesehariannya, Boa lebih ganteng mengenakan pakaian kerja.
"Mir, maaf gue gak bisa bantu nyari sekolah anak-anak kuatir kesiangan" Katanya
"Iya Bo, santai aja" Mira membersihkan tangannya dari busa sabun sebelum mengantar Boa ke pintu.
"Hati-hati Lo di rumah, kalau ada apa-apa telepon gue" pesan Boa
"Sieepp" mereka pun melambaikan tangan
Drrrttt..drrrttt... Suara ponsel Mira berbunyi. Ada telepon masuk dari nomer tak dikenal yang kemarin ternyata adalah nomer Bu Narsih. Namira langsung menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.
"Assalamualaikum ibu"
"Wa'alaikumussalam Mira"
"Iya Bu Narsih, ada apa?" tanya Mira cemas
"Mira kamu baca pesan ibu kemarin kan? Kenapa kamu tidak pulang, barang-barang kamu sempet ibu selamatin ada beberapa barang yang masih utuh. Kamu gak mau lihat keadaan rumah kamu sekarang?" Suara bu Narsih seakan bergetar hingga Namira mengernyitkan keningnya
"Bu, kenapa ibu pakai nomer lain buat telepon saya? Nomer ibu yang lama kemana"
"Udah cepet kamu ke sini ya Mir ibu tunggu"
Belum sempat Mira menjawab sambungan di sana sudah diputus. Dengan perasaan bimbang Mira berjalan mondar-mandir sambil berpikir hingga dia mendapatkan sebuah pesan berisi beberapa gambar kondisi rumahnya dan barang-barang yang bisa di selamatkan.
Mata Mira terbelalak melihat gambar-gambar itu, rumahnya habis terbakar tak tersisa. Tapi barang-barangnya masih utuh hingga mainan Ilyas yang belum lama ia belikan pun masih dalam kardusnya.
Dugaan Boa bahwa hal ini adalah jebakan agar dia kembali ke rumahnya menjadi sangat kuat, ada seseorang yang sedang menunggunya di sana untuk kembali. Kali ini dia tidak tahu apakah Marcel akan memintanya kembali untuk membina rumah tangga atau akan membuat perhitungan padanya atas kerugiannya selama ini, lelaki itu sulit ditebak menurut Mira.
[Bagaimana Mir, kamu bisa ambil barang-barang kamu gak. Warung ini jadi penuh barang mana sebentar lagi stock gas melon mau datang, ibu kehabisan tempat]
[Baik Bu, saya ambil]
[Ibu tunggu sampai jam 7 ya Mir, stock gas melon ibu Dateng jam 8]
Setelah berpamitan dengan anaknya dan menitipkan mereka pada Bu Bohay, Mira segera menuju kediaman lamanya di wilayah Jakarta Utara, dengan menaiki beberapa jenis angkutan umum.
Sepanjang perjalanan Mira berpikir bagaimana jika di sana ia bertemu Marcel atau anak buahnya dan dia di seret lagi ke rumah Marcel, semakin mendekati warung Bu Narsih hatinya semakin dag-dig-dug. Jantungnya memompa dengan cepat.
Dengan memakai baju gombrong dan cadar, Namira mengendap masuk warung tersebut diiringi dengan bang Ujang pemilik lapak rongsokan.
"Bu, sarapan nasi uduk pake semur jengkol" seru bang Ujang
"Itu doang bang?" tanya Bu Narsih
Bang Ujang mengangguk sambil diam-diam memberikan secarik kertas untuk Bu Narsih. Mata Bu Narsih membulat melihat tulisan yang ada di situ.
Namira menatap tajam Bu Narsih dari dalam cadarnya, akhirnya Bu Narsih mengatur anak buah Ujang agar menaikan barang-barang Namira ke becak motor milik bang Ujang.
Terlihat beberapa orang berpakaian hitam-hitam berjaga di sekeliling warung Bu Narsih, Mira bisa mengetahui mereka orang suruhan siapa. Karena ada beberapa orang yang pernah Mira lihat di kediaman Marcel.
Semua barang-barang sudah masuk becak motor bang Ujang, Namira seakan membeli dua buah nasi bungkus dan beberapa lauk namun tas kreseknya berisi kotak peninggalan orangtua Boa.
Setelah selesai mengambil barang berharganya Namira berpamitan dengan Bu Narsih dengan bahasa isyarat. Dia pun berhasil lolos dari anak buah Marcel. Dari kejauhan Namira melihat lelaki berbalut jas hitam mewah berdiri membelakanginya.
Dia sangat merindukan punggung itu, bahu yang pernah dia pegang saat menari Waltz saat di undangan salah satu relasi bisnis Marcel, dan dia rindu aroma mint dari nafas yang keluar dari bibir Marcel. Tak terasa airmatanya menetes menahan kerinduan pada sosok lelaki dewasa di seberang sana.
"Tuan, jaga kesehatan dan semoga kamu selalu bahagia di sisi keluarga yang menyayangimu" lirih Mira
Marcel berbalik ke arah Mira berdiri, Mira segera berderak melangkah menjauh dari sudut matanya dia bisa melihat lelaki itu memperlihatkannya. Namira mempercepat langkah kakinya hingga bisa segera mendapatkan angkot.
Di dalam angkot Mira mengatur nafasnya yang tersengal, jantungnya berdenyut tak karuan, ada sesak yang menghimpit karena kerinduan pada sosok lelaki yang pernah merenggut ciuman pertamanya, kerinduan pada suara alunan ayat suci dari suaminya.
Di dalam angkot Namira terisak menahan sesak di dadanya hingga cadarnya basah, "Maafkan aku tidak bisa menjadi istri yang baik, Tuan" lirihnya.
Di warung Bu Narsih
"Bagaimana bisa kalian tidak tahu Namira datang ke sini, bodoh kalian!!" Bentak Deo pada anak buahnya
"Ibu sudah kami bayar untuk memberitahu kalau Namira ke sini, kenapa tidak ibu lakukan"
"Maaf tuan, tadi rame banget pembeli nasi uduknya trus saya harus bolak balik ke dapur angkat gorengan" Cicit Bu Narsih dengan gemetar
"Saya gak mau tahu sekarang ibu harus telepon Namira, suruh dia kembali ke sini" perintah Deo sambil menyodorkan ponsel yang sudah dipasang alat perekam dan pendeteksi lokasi nomer tujuan.
Berkali-kali menghubungi Namira tidak berhasil, hanya keluar suara dari sebuah mesin pemberitahuan kalau nomer di luar jangkauan.
Narsih menggelengkan kepala takut ke depan Deo, lelaki itu terlihat gusar namun tidak mampu menekan Narsih lebih keras karena Marcel melarangnya.
"Apa yang mencurigakan?" Tanya Marcel
"Ada tukang rongsokan yang membawa barang-barang Namira, dan.."
"Apa Deo, jangan mempersulit pencarian"
"Tapi apa bisa ini dibilang dugaan, tadi di sana hanya ada pembeli wanita bercadar tidak ada wanita lainnya yang masuk ke warung"
Sontak Marcel terperanjat mendengar Clue yang diberikan Deo, karena saat melihat wanita bercadar tadi jantung Marcel terasa berdenyut kencang hingga ia merasakan sesak.
"Kejar wanita itu, dia Namira dan aku juga melihatnya naik angkot warna hijau" Perintah Marcel
Namun pengejaran mereka terlambat, Namira sudah berganti pakaian olahraga dengan memakai masker dan topi baseball. Wanita itu sudah menikmati perjalanannya dengan transportasi Commuter Line menuju Bekasi Timur.
"Bang Ujang, kalau ada yang nanya-nanya barang Mira tadi bilang aja udah dibuang ke pelbak ya, kalau situasi sudah aman barang-barang akan Boa ambil. Terima kasih banyak atas bantuannya bang" Ucap Mira di sambungan teleponnya pada bang Ujang
Notif pesan dari nomer asli Bu Narsih masuk.
[Mir, mereka sudah pergi tapi sedang mengejar bang Ujang juga kamu. Kamu hati-hati ya Mir kalau sudah aman ibu pengen ketemu kamu ada yang mau omongin]
[Saya terima kasih banget ibu sudah seringkali nolongin saya lepas dari anak buah Mamy Helen, semoga kebaikan ibu Allah balas dengan pahala yang besar]
[Mir, ada lelaki ganteng kayak artis turki dia bilang kamu istrinya. Apa benar kamu udah nikah Mir]
Namira memejamkan matanya karena kembali diserang kerinduan yang mendalam pada suaminya yang mirip artis Turki 'Burak Ozvcivit' .
"Aku bisa lolos darimu Tuan, tapi hatiku terpenjara kerinduan padamu" Lirihnya
***
Lorong dan bilik toilet tidak terkecuali sudah disinggahi, tapi mereka gagal menemukan istri bos besar mereka. Deo terlihat frustasi dan kacau, dengan rambut yang tidak lagi disisir dengan sempurna, baju kemeja yang sudah kusut tanpa balutan jas lagi. Kali ini Deo mengakui kemisteriusan Namira.
"Deo, jika dalam waktu 3x24 jam Namira tidak juga kamu temukan, pecat semua anak buahmu. Dan aku akan mempertimbangkan kariermu" Titah Marcel dengan nada dingin
'Kami dimana sih Mir, tolong aku Mira. Aku masih butuh kerjaan ini untuk membiayai kuliah adikku. Kamu ternyata ombak lautan dalam sikap tenangmu' Geram Deo
...💃🩰💃🩰...
Bersambung..
Mohon dukungan like, komen dan votenya ya..🩷