NovelToon NovelToon
Melelehkan Hati Si Pria Dingin

Melelehkan Hati Si Pria Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Moka Tora

Hari pertama di SMA menjadi langkah baru yang penuh semangat bagi Keisha, seorang siswi cerdas dan percaya diri. Dengan mudah ia menarik perhatian teman-teman barunya melalui prestasi akademik yang gemilang. Namun, kejutan terjadi ketika nilai sempurna yang ia raih ternyata juga dimiliki oleh Rama, seorang siswa pendiam yang lebih suka menyendiri di pojok kelas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moka Tora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Di ambang pertarungan

Matahari pagi menyinari sekolah dengan sinarnya yang lembut. Angin dingin Januari masih terasa menusuk kulit, tetapi suasana di aula utama terasa hangat dengan hiruk pikuk persiapan terakhir untuk lomba debat tingkat provinsi. Bendera, spanduk, dan poster-poster dukungan menghiasi dinding aula, membuat atmosfer terasa lebih semarak dari biasanya.

Keisha melangkah masuk bersama Rama, membawa tumpukan dokumen materi debat. Langkahnya mantap, meski di dalam hatinya ia masih merasa sedikit gugup. Hari ini adalah hari penting, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk sekolah. Di sisi lain, Davin sudah lebih dulu tiba dan tengah sibuk berbicara dengan Bu Anita, memastikan semua teknis acara berjalan lancar.

"Keisha, lo siap, kan?" tanya Rama sambil tersenyum, mencoba meredakan ketegangan di wajah Keisha.

Keisha mengangguk sambil menarik napas panjang. "Siap. Gue nggak akan ngecewain tim kita."

Rama menepuk bahu Keisha dengan lembut. "Bagus. Gue yakin kita bisa menang kalau kita kerja sama."

~

Latihan terakhir dimulai. Di ruang persiapan yang terletak di belakang aula, ketiganya berkumpul untuk mereview kembali poin-poin penting yang telah mereka siapkan. Rama membuka diskusi dengan tenang, sementara Davin dan Keisha saling mengisi dengan argumen-argumen yang semakin tajam.

Namun, seperti biasanya, tidak semuanya berjalan mulus.

"Davin, gue rasa poin yang lo bawa terlalu berisiko. Kalau juri nggak setuju sama logika lo, kita bisa kalah di sesi ini," ujar Keisha dengan nada serius.

Davin menghela napas panjang. "Tapi ini poin yang kuat kalau kita bisa eksekusi dengan tepat. Justru ini yang bakal bikin kita beda dari tim lain."

Rama mencoba menengahi. "Oke, gue ngerti maksud kalian berdua. Tapi mungkin kita bisa cari jalan tengah? Kita pakai poin Davin, tapi dengan framing yang lebih aman."

Keisha dan Davin saling berpandangan. Akhirnya, Keisha mengangguk setuju. "Oke, gue percaya sama lo, Davin. Tapi kita harus benar-benar hati-hati dalam penyampaian."

Davin tersenyum tipis. "Makasih. Gue nggak akan ngecewain kalian."

Meski percakapan mereka berakhir dengan baik, di dalam hati Keisha masih ada sedikit keraguan. Bukan hanya soal strategi debat, tetapi juga soal perasaannya terhadap Davin.

~

Ketika waktu semakin dekat, panggilan pertama untuk para peserta terdengar melalui pengeras suara. Penonton mulai memenuhi aula, sementara tim Keisha duduk di kursi depan, menunggu giliran mereka tampil.

Keisha mencoba fokus, tetapi matanya sesekali melirik ke arah Rama yang duduk di sebelahnya. Kehadiran Rama memberinya rasa tenang, meskipun ia tahu bahwa dirinya masih memiliki perasaan yang belum sepenuhnya terjawab terhadap Davin.

Namun, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal-hal pribadi. Saat namanya dipanggil, Keisha berdiri dengan kepala tegak, melangkah menuju podium bersama Rama dan Davin.

~

Debat dimulai.

Tim lawan adalah salah satu sekolah unggulan dari kota lain, dengan reputasi yang tidak main-main. Mereka membuka sesi pertama dengan argumen yang kuat dan terstruktur. Keisha, Rama, dan Davin saling bertukar pandang, mengetahui bahwa mereka harus tampil sempurna untuk mengimbangi lawan mereka.

Keisha mengambil giliran pertama sebagai pembicara utama. Dengan percaya diri, ia memulai presentasi mereka dengan argumen yang lugas dan meyakinkan. Suaranya mantap, dan gesturnya penuh percaya diri. Para juri mengangguk kecil, tanda bahwa mereka terkesan.

Rama melanjutkan dengan pembahasan yang lebih mendalam, memberikan detail yang mendukung poin-poin Keisha. Dengan gaya bicaranya yang tenang namun tegas, ia berhasil menarik perhatian penonton.

Namun, ketika giliran Davin tiba, suasana berubah. Davin membuka dengan argumen yang berani, sesuai dengan strategi yang telah mereka bahas sebelumnya. Tetapi salah satu juri mengajukan pertanyaan yang memojokkannya, membuat Davin sedikit gugup.

Keisha segera mengambil alih situasi. "Maaf, Pak, izinkan saya menambahkan sedikit klarifikasi atas poin rekan saya."

Dengan sigap, Keisha menjawab pertanyaan tersebut dengan cerdas, memutar balik situasi sehingga poin Davin tetap terlihat kuat. Davin menatap Keisha dengan rasa terima kasih, sementara Rama memberikan anggukan kecil sebagai tanda dukungan.

Debat berlangsung sengit hingga sesi terakhir. Ketegangan terasa di seluruh aula, tetapi Keisha merasa lega bahwa mereka telah memberikan yang terbaik.

~

Setelah debat berakhir, tim mereka kembali ke ruang persiapan untuk menunggu hasil penilaian. Suasana hening. Keisha duduk di salah satu kursi, memainkan pena di tangannya sambil mencoba mengalihkan pikirannya dari rasa cemas.

Davin mendekati Keisha. "Keisha, makasih tadi udah bantu gue. Gue hampir ngerusak semuanya."

Keisha menatap Davin dan tersenyum kecil. "Itu tugas kita sebagai tim, kan? Gue nggak akan biarin kita gagal hanya karena satu kesalahan kecil."

Rama, yang duduk tak jauh dari mereka, hanya mengamati percakapan itu dengan tatapan tenang. Ia tahu bahwa hubungan antara Keisha dan Davin lebih dalam daripada sekadar teman satu tim, tetapi ia memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.

~

Pengumuman pemenang akhirnya tiba. Semua peserta kembali ke aula untuk mendengarkan hasilnya. Kepala sekolah memberikan pidato singkat sebelum akhirnya menyebutkan nama tim pemenang.

"Dan juara pertama lomba debat tingkat provinsi tahun ini adalah... SMA Harapan Bangsa!"

Tepuk tangan dan sorak-sorai memenuhi aula. Keisha, Rama, dan Davin berdiri dengan wajah bahagia, berjalan ke depan untuk menerima piala mereka. Momen itu adalah puncak dari kerja keras mereka, dan Keisha merasa bangga telah menjadi bagian dari tim ini.

Namun, di balik kebahagiaan itu, Keisha tahu bahwa perjalanan emosionalnya belum selesai. Masih ada banyak hal yang harus ia hadapi, baik dalam dirinya sendiri maupun hubungannya dengan Rama dan Davin.

~

Malam itu, setelah acara selesai, Rama mengantar Keisha pulang seperti biasa. Mereka berjalan berdua di bawah langit malam yang dipenuhi bintang.

"Keisha, gue cuma mau bilang, gue bangga sama lo hari ini. Lo bener-bener luar biasa," kata Rama dengan tulus.

Keisha tersenyum, merasa hangat mendengar kata-kata Rama. "Makasih, Rama. Gue juga nggak akan bisa sejauh ini tanpa lo."

Rama menatap Keisha sejenak sebelum akhirnya berkata, "Keisha, ada sesuatu yang pengen gue omongin."

Keisha menoleh, merasa penasaran. "Apa itu?"

Rama menghela napas, mencoba mengumpulkan keberanian. "Keisha, gue... gue nggak tahu gimana cara bilangnya, tapi gue rasa gue harus jujur. Gue suka sama lo."

Kata-kata itu membuat Keisha terdiam. Ia menatap Rama dengan mata yang melebar, tidak tahu harus menjawab apa. Di saat yang sama, bayangan Davin kembali muncul di pikirannya, membuat semuanya terasa semakin rumit.

Malam itu, Keisha menyadari bahwa ia harus membuat keputusan. Tetapi untuk pertama kalinya, ia tidak tahu harus melangkah ke arah mana.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!