Seorang gadis bernama Sheritta yang bekerja di sebuah toko pastrynya bersama dengan kedua orang temannya yaitu Ethelia dan Vienna yang juga membantunya untuk membuka toko itu sampai akhirnya sekarang dapat berjalan dengan beberapa karyawan lainnya.
Ia menyadari pria yang lebih tua darinya 2 tahun yang merupakan langganan toko pastrynya itu ternyata adalah orang yang sama yang dulu pernah menyelamatkannya dari sebuah musibah.
Pria itu bekerja di perusahaan kosmetik yang di mana terdapat suatu rahasia yang selalu ditutup oleh perusahaan kosmetik yaitu portal yang berada di sebuah ruangan diskusi dipercaya pada zaman dulu portal itu selalu terbuka lebar dan tidak pernah tertutup.
Apakah isi dari portal itu? Bagaimana bisa terdapat portal rahasia di sana? Dan apakah kehidupannya Sheritta berubah total setelah kejadian aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 19 - THE BAD FEELING
Pada jam 10.00 pagi, Sheritta sedang pergi untuk menjenguk Miyura lagi di RS yang sama seperti sebelumnya. Saat aku sudah sampai di RS itu, aku pun mencoba berjalan masuk ke dalam ruangan yang dingin itu. Namun saat aku sudah masuk, aku bisa melihat terdapat seorang perempuan yang sedang menjenguk Miyura juga.
Ia sedang duduk di kursi tepat berada di sebelah kanan kasurnya Miyura sambil menggenggam tangan kanannya Miyura dengan kedua tangannya dengan tatapan matanya yang sayu dan hanya melihat ke arah wajahnya Miyura saja.
Entah kenapa aku yakin jika perempuan yang sedang mengenakan atasan kemeja warna hijau muda dengan paduan blazer panjang yang berwarna putih beserta bawahan celana panjang berwarna cream ini adalah Florellia, kakak dari Miyura sekaligus ketua divisi pemasaran yang baru sama dibicarakan oleh Zayden dan Ethan tadi pagi saat di taman.
Tak lama setelah aku masuk, Florellia pun menoleh ke arahku setelah ia mendengar suara langkah kakiku yang seperti sedang berjalan mendekati Miyura. Aku pun menatapnya kembali dengan tersenyum dan menyapanya, “Hallo kak”
Ia pun tersenyum tipis dan menatapku lalu menyapaku kembali, “Haii juga kak, kamu temannya?”
“Iya kak, aku temannya. Kamu kakaknya ya?” tanyaku kembali sambil berjalan perlahan mendekatinya.
“Iyaa betul” jawab Florellia sambil tersenyum tipis.
Sudah kuduga ternyata dia adalah kakaknya Miyura. Warna suaranya biru tua dan sedikit coklat muda serta kuning yang artinya dia sedang sedih dan juga sedikit kesepian namun dia juga senang karena bertemu denganku yang kebetulan adalah temannya Miyura.
Tak berapa lama setelah aku meletakkan tasku di sebuah kursi dekat Florellia yang merupakan kakaknya Miyura itu, aku pun duduk di sebelah kanan Florellia lalu menatap wajah temanku itu dengan tatapan mata yang sayu.
Setelah itu, Miyura pun perlahan terbangun dari tidurnya dan membuka matanya secara perlahan lalu melirik ke arah kakaknya yaitu Florellia sambil menggerakkan jari telunjuk dan tengahnya yang sedang digenggam oleh Florellia.
Florellia pun menatapnya dengan penuh belas kasih dan mengelus rambutnya dengan lembut lalu bertanya kepadanya, “Gimana kabarmu?”
Warna suaranya entah kenapa berubah menjadi moka bercampur hitam saat menanyakan kabar kepada adiknya itu. Warna ini memiliki arti yang tidak menyenangkan yaitu perasaan benci dan bermuka dua. Apa mungkin dia sebenarnya punya dendam pribadi dengan Miyura makanya itu dia pura-pura menanyakan kabarnya padahal suasana hatinya sedang menyimpan rasa benci sebesar ini kepadanya.
Tapi, ini sangat aneh. Mengapa seorang kakak harus membenci adiknya sendiri? Kenapa? Apa karena perasaan iri dan tidak puas jika adiknya yang mendapat kekuatan magis yang berwarna violet itu?
Lalu tak lama, Miyura pun hanya mengangguk saja lalu melirik ke arahku dan tersenyum senang. Aku pun menoleh ke arah temanku itu dan berkata sambil tersenyum tipis kepadanya, “Kamu banyak-banyak istirahat, oh iya jangan lupa makan”
Miyura pun mengangguk kembali yang berarti iya, lalu tak lama kemudian aku tiba-tiba merasa ingin ke toilet. Aku pun beranjak dari tempatku dan meminta izin kepada Florellia untuk ke toilet terlebih dulu, namun sebelum dia mengizinkanku. Ia menggenggam tangan kiriku dengan tiba-tiba lalu bertanya sambil menatap ke wajahku, “Boleh kok, oh iya kamu siapa namanya?”
Aku pun sontak merasa sedikit kaget karena perasaanku mengatakan bahwa di sini tidak ada yang benar, namun meskipun begitu aku harus tetap terlihat biasa saja dan menatap ke arah wajahnya kembali lalu menjawab sambil tersenyum tipis, “Aku Sheritta kak”
“Aku Florellia, salam kenal” kata Florellia, kakaknya Miyura itu sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku.
Aku pun mengulurkan tanganku juga dan berjabat tangan dengannya lalu berkata sambil tersenyum, “Salam kenal juga kak”
“Oh iya aku ke toilet dulu ya” pamitku sekali lagi kepada kak Florellia.
Florellia itu pun mengizinkanku dengan menjawab iya, lalu aku pun bergegas berjalan keluar dari ruangan itu dengan cepat.
Saat sudah berada di luar ruangan itu, tak lama kemudian aku tidak sengaja bertemu dengan kakakku karena sedang berjalan berpapasan. Kakakku yang bernama Virissa itu pun melihat keberadaanku lalu melambaikan tangannya kepadaku dan langsung berjalan ke arahku.
Aku yang baru menyadari itu pun langsung melihat kembali ke arah kakakku itu dan melambaikan tanganku kepadanya juga. Setelah kakakku telah sampai tepat di depanku, ia langsung memelukku dengan erat dan setelah itu aku juga memeluknya kembali.
Tak lama, kakakku melepaskan pelukan itu sambil tersenyum ke arahku lalu ia bertanya kepadaku, “Kamu ngapain di sini? Jenguk orang juga?”
Aku pun menjawab dengan senang kepada kakakku itu, “Iya kak, aku lagi jenguk teman tadi”
“Owalah, itu kokomu lagi sakit dan dirawat di sini juga, aku lagi mau jenguk dia. Kamu kalau nanti lagi sempat, ikut jenguk aja ya” jawab kakakku itu dengan ekspresi muka yang sedang menunjukkan jika ia sedang gelisah karena hal itu.
Aku melihat warna suaranya yang tadi kuning, sekarang berubah menjadi biru tua dan moka. Artinya tadi dia senang bertemu denganku namun saat membicarakan tentang kokoku, dia jadi merasa sedih dan benci.
Aku tidak mengerti mengapa dia bisa tiba-tiba merasakan demikian, tadi dia baru saja tersenyum kepadaku, entah perasaan itu ditujukan kepadaku atau kepada kokoku juga aku pun tidak tahu. Namun melihat kakakku itu sedang berbicara padaku, aku yakin perasaan ini ditujukan kepadaku.
Mau tidak mau, agar kakakku tidak merasa sedih dan benci lagi entah kepadaku atau siapapun itu. Aku pun langsung berinisiatif mengajukan diri untuk ikut dengannya menjenguk koko kami itu.
“Ya sudah, aku ikut kakak saja sekalian jenguk koko juga” jawabku sambil menoleh dan tersenyum kepada kakakku itu.
Kakak Virissa yang tadinya terlihat sedang gelisah itu pun akhirnya menunjukkan ekspresi senangnya kembali dengan tersenyum tipis kepadaku dan berkata sambil menggandeng tangan kananku itu, "Oke ayukk"
Sejak itu, aku yakin mungkin saja ini hanya tentang memang moodnya yang sedang tidak beraturan hari ini atau mungkin dia tidak ingin aku khawatir dengannya.
Lalu kami berdua pun langsung berjalan sambil bergandengan tangan menuju ke ruangannya koko kami itu.
Saat di ruangannya koko kami yaitu, bapak Marvin. Ia terlihat sedang duduk santai di kasurnya sambil memainkan ponselnya. Kami pun berjalan menghampirinya dan duduk di kursi yang ada di dekat kasur itu.
Bapak Marvin terlihat cukup senang melihat kedatangan kita berdua, ia pun langsung mematikan ponselnya dan melihat ke arah kita berdua yang sedang duduk di sebelahnya.
“Kamu sudah terlihat cukup sehat ko, nanti siang udah boleh pulang kah?” tanya kakakku itu dengan ekspresi muka yang senang menatap ke arah koko kami.
“Tadi barusan dokter datang untuk memeriksaku, katanya sih nanti siang aku sudah boleh pulang” jawab koko kami sambil tersenyum.
“Baguslah ko” jawabku singkat
“Oh iya, kamu udah tidak menyimpan energi violet yang dari cermin itu kan ko?” tanya kak Virissa dengan wajah yang penuh kecurigaan kepada koko kami itu.
“Tentu saja tidak, tapi aku masih menyimpan sedikit untuk cadangan energiku. Tapi karena ini juga, aku dapat mengetahui siapa yang memiliki energi ini sekarang. Meskipun pemilik aslinya telah meninggal” jawab koko kami sambil tersenyum.
Kak Virissa pun menatapnya kembali dengan sedikit kesal sambil mengelus rambut kokonya lalu bertanya kepadanya, “Lalu apakah kamu masih mengincarnya”
“Tentu saja Rissa”
“Saranku kamu jangan melanjutkan lagi deh, hal ini akan berujung kematian jika kamu tidak berhasil mendapatkan seluruh energi itu” kata kak Virissa dengan ekspresi muka yang kesal serta dengan nada bicara yang sedikit galak lalu berdiri dan menjewer kuping sebelah kanan kokonya itu.
Bapak Marvin itu pun memegang tangan kanannya Virissa yang sedang menjewer kupingnya itu karena merasa kesakitan dengan ekspresi muka yang menahan sakit lalu mengiyakan semua perkataan Virissa itu, “Iya dek, aku tidak akan melakukannya lagi kok”
yuk mampir kenovel aku