Andara adalah gadis yang cantik pemilik kios bunga .Suatu hari dia harus menelan pil pahit sebuah penghianatan dari sahabat dan kekasihnya yang dipacarinya selama hampir 6 tahun. Tapi takdir berkata lain dan membawanya pada seorang pemuda dingin yang lumpuh putra seorang konglomerat.
Entah bagaimana mereka bisa bertemu di atas menara setinggi 50 kaki. Dan dari sanalah cinta mereka bersemi .
Nah untuk mengetahui cerita lebih lanjut, yuk simak di novel terbaruku.
Novel kali ini bergenre remaja labil yang mudah mudahan bisa menginspirasi para kaula muda untuk tidak putus asa dan tidak pernah menyerah.
Tetap semangat dan selamat membaca 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAM: 21
Devan terus menatap Andara yang sangat malu.
"Ra "
" Hm i iya Dev " Jawab Andara gugup
"Ya udah kamu mandi dulu setelah itu kita makan malam bersama"
" Tapi keadaan oma bagaimana Dev? "
Devan mendengus melihat omanya yang senyum senyum sendiri " Oma ditinggal saja di sini"
Oma bangkit dari tidurnya dan melemparkan bantal ke muka Devan.
Bruks
"Dasar anak kurang ajar"
"Au, oma apaan sih" Gumam Devan kemudian mengalihkan pandangannya pada Andara.
Andara yang terus menunduk pun semakin merasa malu dengan pipi merah seperti kepiting rebus.
Devan semakin gemas melihat Andara yang malu malu " Sudah malu malunya, sana pergi ke kamar buruan mandi"
Dengan dada berdebar Andara pun berlari kecil menuju kamarnya.
Di dalam kamar mandi, Andara tidak segera mandi tapi duduk di sudut ruangan sambil senyum senyum sendiri memegangi bibirnya
" Hah kok bisa ya aku khilaf mencium bibir Devan. Dulu aku sangat menginginkan dicium oleh mas Bayu, tapi dia tak pernah sekalipun menciumku, ah aduh aku malu ketemu Devan, terus apa yang dia pikirkan tentang duriku, aduhhh bagaimana ini". Andara bermonolog sendiri.
tok tok tok
Suara ketukan pintu dari luar pun mengagetkan Andara yang masih berpakaian lengkap di sudut kamar mandi dengan pikirannya sendiri.
" Andara, sudah apa belum mandinya? Buruan Ra kita makan bareng aku sudah pesankan makanan kesukaanmu! " Teriak Devan dari luar pintu kamar mandi karena Andara sudah lama di kamar mandi tapi belum juga terdengar suara gemericik air.
Jantung Andara berdebar hebat seketika mendengar suara Devan memanggilnya.
"Ra, kamu tidak apa apa kan? Apa aku masuk sekarang untuk melihatmu! ".
"Eh eh jangan dong! iya Dev sebentar lagi ya, kalau sudah sangat lapar makan saja duluan bersama oma! " Jawab Andara dari dalam kamar mandi.
Devan tersenyum dan memutar balik arah kursi rodanya kemudian meninggalkan kamar Andara.
setelah beberapa saat, Andara pun membuka pintu kamar mandi dengan memakai handuk yang dililitkan di tubuhnya.
Ceklek
Andara menjulurkan kepalanya ke arah luar dan melihat ke sana ke mari.
Setelah dirasa aman baru dia pun melangkah untuk mengambil baju bajunya di lemari.
Sret
"Au, sial! " Handuknya nyangkut di pintu dan membuatnya terlepas.
Andara melotot tajam, karena di saat yang bersamaan Devan tiba tiba masuk ke kamarnya untuk memanggilnya lagi agar segera menyelesaikan mandinya.
Keduanya sama-sama terdiam. Tidak dipungkiri Devan sempat panas dingin dan hasratnya menyala seketika melihat pemandangan luar biasa di depan matanya.
Andara segera mengambil handuknya tapi tangannya selalu saja meleset karena gugup.
Devan segera memutar kursi rodanya dan mengambil selimut di atas ranjang kemudian memakaikannya untuk menutupi tubuh Andara.
Andara tertunduk sangat malu dan sama sekali tak berani menatap Devan.
Devan yang mengerti perasaan Andara pun segera pergi meninggalkannya.
"Aduh sial sial, kenapa bisa lepas sih ah! " Gumam Andara sendiri setelah Devan pergi dari sana.
Dan setelah beberapa saat, Andara mencoba mendongak dan memastikan kalau Devan benar benar sudah pergi dari kamarnya. Andara segera berdiri dan mengambil bajunya di lemari.
Di meja makan.
"Devan, di mana Andara? " Tanya oma sambil menyiapkan makan malam di atas meja makan.
"Biarkan saja oma, nanti Devan yang bawa ke kamarnya".
" lho kenapa gak sekalian kita makan malam bersama di sini? ".
Devan tak menjawab hanya menatap omanya seakan memberitahu lewat tatapannya.
Oma pun mengerti dan mengangguk " Baiklah gak apa apa, nanti kamu antar saja ke kamarnya. Tapi pastikan dia makan yang banyak ".
" Iya oma, tenang saja ".
Oma pun tersenyum kemudian mulai menyendok makanannya dan melahapnya. Namun berbeda dengan Devan yang hanya mengaduk aduknya tanpa menyuapkan ke mulutnya " aduh kok aku teringat terus ya ah" .
"Ingat apa Dev? Oh oma tahu nih, tenang saja besok kalian menikah, boleh ngelakuin apa saja" Ucap Oma sambil tersenyum dan membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja makan.
Devan melotot tajam " Ih apaan sih oma".
"Udah jangan malu malu gitu, oma pernah muda juga pernah ngalami seperti kamu ini?".
" Benarkah oma? Dulu kakek juga sangat menyayangi oma? ".
Oma tersenyum dan menatap lekat cucu satu satunya itu " Pastinya Dev, kakek kamu sangat sangat menyayangi oma. Meskipun kita nikah karena dijodohkan tapi kita berusaha untuk saling terbuka dan memberikan kasih sayang".
"Jadi oma dan kakek dulu menikah karena dijodohkan? Terus oma, kalau dijodohkan berarti awalnya gak saling kenal dong. Tiba tiba menjadi suami istri perasaan oma bagaimana? " Tanya Devan antusias.
Oma tersenyum dan mengedarkan pandangannya untuk mengingat setiap momen indah yang tak pernah terlupakan bersama almarhum suaminya " Yang pasti oma sangat malu tiba tiba tidur satu ranjang dengan orang asing, makan berdua, jalan jalan bahkan mandi".
Tiba tiba oma menghentikan kata katanya dan Devan yang mendengarkan cerita oma pun mengangkat kedua alisnya " Kok berhenti? Jadi oma dan kakek pernah mandi bareng, seru dong".
Oma melotot tajam dan mencubit hidung mancung Devan " Dasar anak bandel kamu ya pikiranmu itu lo heran aku Dev ".
" Aduh aduh oma apa apaan sih sakit tau".
Oma melepaskan cubitannya dan tersenyum tipis melihat Devan yang meringis kesakitan.
" Ya udah sana kamu bawakan Andara makanan ke kamarnya? Oma mau tidur agar besok tidak kesiangan" Ucap oma sambil berjalan ke kamarnya..
Devan pun mulai mengambilkan makanan untuk Andara kemudian memutar kursi rodanya menuju kamar yang di tempati Andara.
Tok tok tok
Ceklek
Karet tidak juga ada jawaban dari dalam, Devan pun membuka sendiri pintunya.
Devan mendekati Andara yang berada di atas ranjang dan mengusap lembut rambutnya. Dan itu membuat Andara menoleh seketika.
pandangan mereka saling bertemu untuk sejenak.
Devan mencubit hidung Andara " Hei, kamu melamun ya? ".
Dengan pipi merah merona Andara menggeleng dan perlahan masuk ke dalam selimut untuk menutupi kegugupannya.
Devan menghela nafas dan mencium pucuk kepala Andara dari luar selimut membuat Andara semakin tidak tenang dan jantungnya serasa mau loncat dari tempatnya.
Rasa gugup dan debarannya saat ini sungguh berbeda dari apa yang pernah dialami sebelumnya. Dengan Bayu rasa seperti ini tidak pernah ada.
" Andara, ayo dibuka selimutnya " Bisik Devan.
"Tidak Dev, aku aku aku" Jawab Andara dari balik selimut.
" Kamu kenapa Ra? Sekarang kamu duduk biar aku suapin kamu. Kamu harus makan"
Perlahan Andara membuka selimutnya dan ketika menatap Devan, jantungnya kembali berdetak kencang. Andara berniat menutupi kegugupannya dengan selimut namun ditahan oleh Devan dan tanpa aba aba Devan mendaratkan ciumannya di bibir merah Andara, membuat pemiliknya melotot tajam.
Andara berusaha mendorong tubuh Devan tapi Devan menahan kedua tangan Andara di atas kepalanya.
Lama kelamaan Andara pun terbawa perasaan dan membalas ciuman Devan dengan lembut.
Emh emh emh lenguhan lenguhan dan suara decapan decapan mereka saling bersahutan.
Devan terus mengeksplor ciumannya dan membuat Andara tidak bisa berbuat apa apa selain menikmatinya dengan desahan desahan apalagi di saat tangan Devan mulai bergerak meremas kedua melon besarnya.
Andara tidak bisa menghentikan pergerakan tangan Devan karena sebenarnya dia juga sudah terbawa gairah yang membara.
Setelah cukup lama mereka berciuman, Devan tidak ingin khilaf dan membuat malam pertamanya tak berkesan karena besok mereka baru akan menikah.
"Andara" Ucap Devan dengan nafas yang memburu.
" Iya Dev" Jawab Andara yang tak jauh beda dengan nafas yang tersengal sengal.
"Aku sekarang akan menyuapimu, kamu harus makan agar kamu tidak sakit" Ucap Devan masih dengan suara sedikit gemetar menahan hasratnya yang masih menyala sambil mengambil nampan yang berisi sepiring nasi di atas meja.
Andara menatap tajam dan mengusap bibirnya yang masih basah dengan saliva Devan kemudian membenarkan posisi duduknya sambil mengancingkan bajunya yang baru saja terlepas.
Devan tersenyum dan mulai menyuapi Andara, dan tanpa ragu serta malu malu lagi Andara pun membuka mulutnya.
Bersambung 🤗🌷🌷🌷