Gadis muda, bernama[resa anggraini], yang haus kasih sayang dan perhatian,pertemuan dia dengan seseorang yang bernama [hari ramadhan],berusia 35 tahun mempersatukan dua insan itu dalam sebuah ikatan di usianya yang masih 18 tahun.Konflik muncul ketika [resa] berusaha menemukan kebahagiaan dan kasih sayang dalam pernikahan tersebut,berawal dari perkataan prontal gadis itu membawanya pada takdir yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosi Yuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
babb 16
Dred.... Dred... Ponsel dalam saku pun terus bergetar,pikiranku terasa kalut saat ini,aku tak bisa pokus mengikuti pelajaran yang di sampaikan,keringat dingin membasahi telapak tangan,merasa gelisah tak karuan, setelah pengajian usai ku buka pesan beruntun yang dikirimkan kang hasan padaku.
(Res,kenapa pergi, kamu gak menghargai kedatangan ku kerumah mu loh,padahal aku bela belain pulang dari kota langsung kerumah kamu tanpa ngabarin orang tuaku terlebih dulu)
(Aku serius mau menghitbah kamu res,katanya kamu hanya butuh kepastian? pantesan gak pernah ada respon lagi kalau aku kirim pesan,rupanya kamu takut aku PHPin yah? makanya aku cepat cepat pulang takut kamu di ambil orang,soalnya aku dapat kabar dari wati kamu lagi deket sana seseorang?)
(Barusan kata bapakmu,kamu berangkat ke pengajian yah ? makanya gak sempet nemuin aku dulu,semangat ya cari ilmunya)
(Ini aku lagi duduk di teras rumahnya umi farida,aku tungguin kamu pulang,lagi ngobrol sama aceng dulu,pengajiannya bubar jam berapa res?)
Resa menarik napasnya dalam dalam kemudian menghembuskannya dengan kasar
"lagi lagi wati yang merencanakan ini,aku lelah,lelah karena harus terus mengalah untuk dia,apa yang harus aku lakukan,aku tak bisa berdiam diri terus" Batinku menjerit,rasanya ingin teriak sekeras mungkin untuk melupakan semua beban yang aku rasakan,setelah membaca pesan tersebut kemudian aku titipkan pesan pada tina untuk memberi tahu mamah bapak kalau aku akan pulang ke rumah teh rima dan melanjutkan langkah kakiku berbelok arah berbeda dengan yang lain.
Tok tok tok...
Rima segera bangkit dari tidurnya untuk membukukan pintu " Loh kamu res,tumben? "
"Hehe ia teh ,malam ini aku tidur disini boleh ya" Tanya resa seraya masuk ke dalam rumah kakaknya
"Hem,tumben tumbenan kamu mau,biasanya ogah ogahan takut kena omel,lagian ngapain tanya segala, kalau mau nginep mah ke sini aja biar teteh ada teman nya juga,a artha kan belum pulang dari jakarta" jelas rima berjalan mengikuti adiknya yang sudah masuk lebih dulu.
"Hemmm" Jawab resa berdehem karena sedang pokus membaca m pesan yang hasan kirimkan padanya dari tadi.
"Irit banget bicaramu, kenapa,Ada masalah?"
"Sejak kapan keadaanku baik baik saja teh,rasanya kepala ku mau pecah sama kelakuannya si wati" Keluh resa sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur
"Memang buat ulah apa lagi dia?? " Tanya rima menyusul sang adik.
"Tadi,saat aku baru sampe madrasah,wati nyuruh aku balik lagi,dia bilang mamah yang nyuruh, tapi saat aku nyampe rumah,ternyata mamah sama sekali gak bilang apa-apa sama wati apalagi nyuruh aku pulang,kayanya itu alasan si wati nyuruh aku pulang dulu,biar bisa liat kedatangannya kang hasan,padahal setau aku dia masih kerja di jakarta loh,eh malah dianya udah ada di halaman mesjid,tadi aku berpaspasan saat mau pulang kerumah,gak lama kemudian dia nyusul kerumah bareng sama bapak yang habis sholat berjamaah,padahal sebelum nya dia gak ada ngabarin mau datang loh teh,aku aja sampai kaget makanya aku nekat pulang kesini gak bilang dulu sama mamah bapak, soalnya takut kalau mesti nemuin dia,aku gak siap teh,mana dia masih nungguin aku di halaman mesjid lagi"
"Hadeh resa resa,lagian kamu tuh kenapa sih gak mau sama dia? Teteh liat dia orangnya lumayan loh,denger denger juga dia dari keluarga yang berada, kenapa kamu gak terima aja gitu, kelar kan? "
"Gak segampang itu teh, awalnya si aku sempet tertarik sama kegigihannya dia ngejar aku, tapi kemudian aku jadi gak srek ama dia, soalnya banyak cerita yang aku denger dia sering godain banyak cewek,takutnya aku cuman di baperin doang,apa lagi tina dan wati juga suka sama kang Hasan,aku gak mau nerima pria yang sama sama di sukain adikku,lagian aku masih nunggu janji seseorang yang mau halal'in aku"
"Halah ngapain nungguin orang yang gak ada kepastiannya res,mending nerima yang pasti pasti aja,apa lagi kita udah tahu bibit bebet bobotnya keluarga hasan,teteh jamin kamu bakalan senang kalau hidup sama dia, kamu gak mesti ngalah terus sama si wati,sekali kali kamu pikirin untuk kebaikan kamu sendiri, soal si tina biar jadi urusan teteh nanti"
"Apaan sih teh,hati mah gak bisa di paksain, harus berlabuh sama siapa juga atuh,kalau kang Hasan nya mau mah biarin sama tina aja aku rela" Keluh resa di ambang ke bimbangan,meski dia akui ada desiran aneh dalam hati yang ia rasakan saat menyebutkan namanya.
"Aku bingung harus menyebutmu apa?
Terlalu ramah jika di sebut teman
Terlau bahaya jika disebut kekasih dan
Terlalu tidak masuk akal jika ku sebut masa depan
Kita hanya di zona nyaman tanpa sebuah ikatan
Jadi kusebut kamu sebagai ke tidak pastian yang pernah menjanjikan komitmen,namu hilang tanpa kabar
Kita mulai terbiasa lagi tanpa kabar
Tanpa saling perhatian tanpa saling khawatir. Dan perlahan kita mulai terbiasa tanpa kita lagi, mulai menjalani kehidupan masing-masing sebagai dua orang kenal yang perlahan asing"batin resa menerawang. akan kah orang yang ditunggu bisa menepati janjinya.
"Iya, iya deh, terserah kamu,mau nya sama siapa juga yang rasain dan jalani kan kamu res, teteh mah dukung aja sama pilihan kamu"ucap rima mengalah, tak mungkin juga dia memaksakan kehendak pada adiknya. yang akan menjalani kan dia bukan dirinya.
"Iya teh,makasih pengertiannya" gumam resa menatap langit langit kamar dengan pikiran yang berkelana.
"Hemmm,teteh udah ngantuk ini, kamu juga segera tidur,nanti bangunnya kesiangan,lain kali sambung lagi ceritanya" Ujar rima kemudian menutup matanya karena sudah di serang kantuk yang membuat matanya berat untuk melek lagi.
Resa menghembuskan nafasnya kasar, melihat kakanya sudah terlelap tidur,sedangkan dia sudah mencoba memejamkan matanya,namun pikiran nya masih berkelana kemana-mana
Boleh nangis gak sih... !!!
Rasanya cape banget dengan keadaan,selalu diam,tapi hati dan pikiran berantakan, cape harus pura-pura kuat,aku juga butuh sandaran, tapi gak tahu harus sama siapa,andai masih ada mamah, mungkin tak akan serumit ini batin resa, tangannya mengusap air mata yang menetes.
Malam,aku titipkan lelah ini kepadamu,peluklah raga yang lunglai ini dalam dekapanmu,ijinkan mata ini terpejam, karena esok masih banyak cerita yang harus aku jalani" resa berharap semua kesedihan yang di rasakannya perlahan hilang di ujung pelupuk matanya yang mulai terpejam.
setelah subuh tiba aku bergegas pulang, meskipun mata terasa berat karena semalam aku tak bisa tidur mana paginya harus berangkat kerja pula,
Akhirnya aku sendiri yang harus memutuskan untuk belajar mendewasakan diri.untuk tida memikirkan hal hal yang membuatku stress.Aku juga sedang berproses di fase itu, dan pasti di setiap kejadian akan mengajarkan ku bagaimana caranya berpikir lebih dalam dulu sebelum melakukan sesuatu, setelah semalaman merenungkan.akhirnya aku memutuskan untuk memberi kepastian agar kang hasan tak terus berharap,semoga dia bisa menerima keputusanku
rasa bersalah akan selalu menghantui,namun apa daya aku tak bisa untuk memilihnya,aku hanya bisa berdo'a untuk kebaikannya,semoga dia bisa mendapatkan makmum yang lebih baik dari yang di harapkannya saat ini.