NovelToon NovelToon
Alastar

Alastar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bita_Azzhr17

Alastar adalah sosok yang terperangkap dalam kisah kelam keluarga yang retak, di mana setiap harinya ia berjuang dengan perasaan hampa dan kecemasan yang datang tanpa bisa dihindari. Kehidupan rumah tangga yang penuh gejolak membuatnya merindukan kedamaian yang jarang datang. Namun, pertemuannya dengan Kayana, seorang gadis yang juga terjerat dalam kebisuan keluarganya yang penuh konflik, mengubah segalanya. Bersama-sama, mereka saling menguatkan, belajar untuk mengatasi luka batin dan trauma yang mengikat mereka, serta mencari cara untuk merangkai kembali harapan dalam hidup yang penuh ketidakpastian. Mereka menyadari bahwa meski keluarga mereka runtuh, mereka berdua masih bisa menciptakan kebahagiaan meski dalam sepi yang menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bita_Azzhr17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Antara Peran dan Perasaan

Saat bel istirahat berbunyi, Alastar melangkah keluar dari kelas, berniat untuk pergi ke tempat lain. Namun, langkahnya terhenti seketika ketika punggungnya ditepuk pelan oleh Barram yang duduk di meja belakangnya.

"Sakit sialan!" Alastar spontan memegangi punggungnya yang terasa nyeri, kemudian menoleh ke belakang.

Alarick, Faldo, dan Falleo yang melihat kejadian itu langsung mengangkat alis mereka, kebingungan. Mereka tahu Alastar bukan tipe orang yang mudah menunjukkan kelemahan, apalagi sampai mengeluh begitu.

Ketiganya mendekat dengan langkah ragu, kemudian menyadari ada yang aneh. Sejak pagi tadi, Alastar selalu menghindari tatapan mereka, sesuatu yang sangat jarang terjadi. Biasanya, dia akan menghadapi siapa pun dengan tatapan datar yang tak mudah dibaca. Namun sekarang, ada yang berbeda.

Alarick, yang selalu memperhatikan setiap detail, memandang Alastar dengan penuh teliti, matanya menyelidik.

"Muka Lo kenapa?" tanyanya dengan suara datar, meski ada kekhawatiran tersirat di balik kalimatnya.

"Lo di gebukin siapa, Star?" Falleo ikut bersuara, meringis melihat sudut bibir Alastar yang sobek dan pipinya yang sedikit lebam. "Lo kayak habis dikerjain."

Alastar hanya terdiam, matanya tertutup sesaat karena rasa sakit yang masih terasa. Ketika Faldo menyentuh punggungnya dengan sedikit khawatir, Alastar menahan sakit dan langsung menjauhkan tangan Faldo dari punggungnya. "Jangan... jangan sentuh dulu," katanya pelan.

"Lo kenapa sih? Aneh banget," ujar Faldo dengan cemas, matanya menatap Alastar dengan penuh rasa ingin tahu.

Alastar hanya menarik napas dalam-dalam. "Nanti gue jelasin," ujarnya sambil mengangguk sedikit, memalingkan wajahnya ke arah mereka. "Anterin gue ke rooftop dulu."

Falleo yang sedari tadi diam saja, mengangguk, menyetujui permintaan Alastar. Ia tahu Alastar pasti punya alasan untuk tidak langsung menjelaskan semuanya. "Leo, ambilin kotak P3K di UKS, gue butuh bantuan Lo," Alastar menatap Falleo sejenak, memberi tahu dengan mata penuh harapan.

Falleo pun berjalan cepat menuju UKS tanpa banyak tanya. Sementara itu, Barram hanya terdiam, tidak tahu harus berkata apa.

Tak lama setelah itu, mereka bertiga menuju rooftop. Alastar berjalan terlebih dahulu, memimpin mereka untuk naik. Setibanya di sana, Alastar berhenti sejenak, lalu membuka seragam sekolahnya, memunggungi mereka.

Faldo, yang melihat apa yang ada di punggung Alastar, terdiam. Bekas cambukan yang masih membekas di punggungnya membuat hati mereka semua terenyuh. Punggung Alastar terlihat memar, dengan garis merah membekas, menunjukkan bahwa cambukan itu tidak baru terjadi.

Faldo, yang biasanya berjiwa keras, kini terlihat marah. Ia berjalan mendekat dan hendak menyentuh punggung Alastar. Namun, ia urungkan niatnya, lebih memilih menatap sahabatnya dengan penuh pertanyaan. "Kok bisa ada bekas cambukan, Star?" suara Faldo terdengar penuh kemarahan. "Siapa yang lakuin ini ke Lo?"

Alastar menundukkan kepala sebentar, mencoba menahan perasaan sakitnya yang bukan hanya fisik, tapi juga emosional. "Udah, obatin gue dulu," jawabnya singkat, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Falleo, yang datang dengan kotak P3K, mendekat dan mulai membuka kotak itu. "Lo nggak bilang siapa yang ngelakuin ini?" tanya Falleo dengan nada serius. Ia membuka kotak P3K, menyiapkan peralatan medis, sementara matanya tak lepas dari Alastar yang kini mulai terlihat sedikit lelah.

"Star..." Faldo bersuara lagi, matanya masih terbakar dengan kemarahan. "Lo pasti punya alasan kenapa diem aja. Kenapa nggak kasih tahu kita siapa yang ngelakuin ini ke Lo?"

Alastar menoleh sejenak, wajahnya kosong dan datar seperti biasa. Namun, ada kesedihan yang tak bisa disembunyikan. "Nanti gue jelasin...," katanya pelan, meredakan kekhawatiran sahabat-sahabatnya yang semakin terlihat jelas. "Obatnya udah cukup, jangan khawatir."

Namun, meskipun Alastar berusaha menenangkan mereka, jelas bahwa keheningan yang mengiringi mereka saat itu penuh dengan pertanyaan dan rasa ingin tahu. Meskipun Alastar bukan tipe orang yang suka membuka diri, sahabat-sahabatnya kini lebih peduli dari sebelumnya, ingin tahu siapa yang telah melukai Alastar, bahkan jika dia tidak ingin mengatakannya.

Setelah beberapa lama mereka diam di rooftop, Alastar akhirnya menarik napas panjang dan menatap teman-temannya satu per satu. Wajahnya terlihat lelah, seperti baru melewati sesuatu yang berat.

Faldo, Barram, Alarick dan Falleo sudah siap mendengarkan penjelasan, meskipun mereka masih belum bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi pada Alastar.

Alastar menatap mereka satu per satu dengan wajah yang tak biasa, penuh kerutan di dahinya. Dia merasa cukup dengan diam, tapi akhirnya dia memilih untuk bicara.

"Gue kena cambuk, karena semalam mencoba melindungi Kayana," ujarnya pelan, namun penuh penekanan.

Faldo terkejut. Barram, Alarick dan Falleo juga tak kalah terkejut, mereka saling pandang, mencoba mencerna apa yang baru saja mereka dengar.

“Lo... lo ngelindungin Kayana?” tanya Barram, tidak percaya.

"Iya," jawab Alastar pelan, wajahnya serius. “Semalam gue nggak bisa tinggal diam. Gue gak ngerti kenapa lo semua cuma lihat Kayana seperti itu, tapi di rumah, dia nggak sebaik yang kalian kira.”

Falleo mengernyitkan keningnya. "Maksud lo, ada yang gak beres di keluarga Kayana?"

Alastar mengangguk pelan. "Iya, dia nggak seberuntung itu. Dia kelihatan sempurna di luar, tapi di dalam rumah, banyak hal yang gak kalian lihat."

Faldo menatap Alastar dengan tatapan serius. "Tapi kenapa lo harus ikut campur? Kayana kelihatan baik-baik aja."

“Dia cuma nyembunyiin semuanya,” ujar Alastar dengan suara yang mulai terdengar menahan amarah. “Gue nggak bisa cuma diam aja. Lo pikir gue nggak tahu? Gue nggak akan biarin dia terus-terusan kayak gitu.”

Faldo menggelengkan kepala, merasa bingung. “Tapi ini nggak sehat, Star. Lo gak bisa terus-terusan terlibat masalah dia. Apa jadinya nanti?”

“Gue nggak peduli. Kalau gue gak bantu, siapa lagi?” jawab Alastar, suaranya mulai lebih tegas. “Gue tahu kayak gini gak gampang. Tapi dia butuh orang yang bisa ada buat dia.”

Falleo menghela napas. "Lo nggak takut kayak gini malah nambah masalah buat lo, Star?"

“Gue udah siap sama segala konsekuensinya,” jawab Alastar dengan mantap. "Tapi Kayana nggak bisa terus-terusan diperlakukan seperti itu, gue gak bisa cuma lihat dia seperti itu."

Barram menatap Alastar dengan tatapan penuh kekhawatiran. “Lo beneran yakin, kan? Ini bisa bikin lo lebih banyak masalah lagi.”

Alastar menatap mereka, matanya tetap teguh. “Kalau bukan gue, siapa lagi yang bakal bantu dia?”

“Lo nggak perlu ngerasain sakit ini, Star,” kata Faldo, menggerakkan tangan ingin menyentuh bahu Alastar, tapi urung. “Lo harus menjauh dari Kayana. Dia nggak baik buat lo, lo ngerti kan?”

Alastar mengangkat kepala, wajahnya tegang. “Gue nggak akan ninggalin dia, Faldo.”

Alarick, yang sudah diam sejak tadi, akhirnya membuka suara. “Lo jangan ngambil tindakan bodoh, Star, Kayana bukan siapa-siapa Lo. Nggak perlu sampai berkorban sejauh itu."

Tiga pasang mata menatap Alastar dengan bingung. “Melindungi Kayana, nggak bisa jadi alasan lo sampe begini, kan?” ujar Barram.

Alastar menatap mereka satu per satu, lalu akhirnya menghela napas panjang. "Kalian semua nggak ngerti apa-apa, . Lo tahu kan, Kayana terlihat sempurna di luar. Keluarganya terlihat bahagia. Tapi kenyataannya… rumah dia itu udah runtuh sejak lama.”

Faldo, yang semakin bingung, mulai merengut. “Gue nggak ngerti maksud lo. Kayana itu semuanya, deh. Keluarga lengkap, orang tuanya sukses. Apa yang lo omongin?”

Alastar menatap Faldo tajam, suaranya lebih serius. “Lo nggak ngerti. Lo cuma tahu sisi luar Kayana. Lo nggak tahu apa yang dia rasakan di rumah. Kayana itu… keluarganya udah broken, Faldo. Bokapnya sering nyakitin dia. Gue nggak bisa diem aja ngeliat dia kayak gitu.”

Alarick lalu mengalihkan topik lain, tetapi, masih tentang Kayana. "Sekarang gini aja, gue tanya serius sama Lo. Lo punya perasaan lebih, kan, sama Kayana?"

Tanpa pikir panjang, Alastar menggeleng tanpa ragu. "Gue nggak punya perasaan apapun sama dia, Rick. Gue bingung,"

1
lgtfav
👍
lgtfav
Up terus thor
lgtfav
Thor semangat👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!