NovelToon NovelToon
HarMoni Langit

HarMoni Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Beda Dunia / Wanita Karir / Kehidupan alternatif / Romansa / Roh Supernatural
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: S.Prayogie

Langit yang sangat mencintai Monica merasa tidak bisa melupakannya begitu saja saat Monica dinyatakan meninggal dunia dikarenakan kecelakaan yang tiba-tiba. Diluar dugaan, arwah Monica yang masih penasaran dan tidak menerima takdirnya, ingin bertemu dengan Langit. Dilain tempat, terdapat Harra yang terbaring koma dikarenakan penyakit dalam yang dideritanya, hingga Monica yang terus meratapi nasibnya memohon kepada Tuhan untuk diberi satu kali kesempatan. Tuhan mengizinkannya dan memberinya waktu 100 hari untuk menyelesaikan tujuannya dan harus berada di badan seorang gadis yang benar-benar tidak dikenal oleh orang-orang dalam hidupnya. Hingga dia menemukan raga Harra. Apakah Monica berhasil menjalankan misinya? apakah Langit dapat mengenali Monica dalam tubuh Harra?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Prayogie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5 : SEBUAH PERTANYAAN

"bagaimana lagi aku harus berteriak agar kamu tahu seberapa besar cintaku. Jangan dipertanyakan, itu menyakitkan"

...----------------...

Suara motor menderu di area balap pagi itu. Beberapa orang didekat pit memperhatikan catatan waktu yang ada di layar. Tampak salah seorang menggelengkan kepalanya memperhatikan catatan waktu yang semakin buruk setiap percobaan.

"Masuk garasi dulu lah" kata salah seorang pelatih yang tampak geram setelah melihat catatan waktu di layar namun berusaha tetap mengontrol emosinya.

Salah seorang anggota tim mengibarkan bendera meminta pembalap itu untuk masuk kedalam garasi. Tak lama kemudian pembalap itu menghentikan motornya didalam garasi yang sudah terdapat beberapa pelatih dan mekanik yang menunggunya.

Pembalap itu melepas helmnya dan mengibaskan rambut untuk menghilangkan keringat di rambutnya.

"Kalau kayak gini, babak penyisihan saja nggak bisa masuk, Langit" kata salah seorang pelatih sembari memberikan catatan hasil latihannya hari ini.

Langit melihatnya dan melihat catatan waktunya yang semakin buruk selama latihan. Dia terdiam sejenak tanpa membantah sedikit pun. Langit menyadari bahwa kesalahan itu sepenuhnya karena dirinya. Pikirannya tidak fokus setelah kejadian sebulan yang lalu.

Sebulan yang lalu--

"Nggak bisa Langit. Aku nggak bisa menjadi apa yang keluargamu mau. Aku yaa aku dengan segala kesederhanaan dalam hidupku. Bapak hanya guru biasa yang bekerja dibawah yayasan milikmu. Berhenti memintaku seperti mereka dan aku tidak mencintaimu karena siapa keluargamu dan berapa banyak hartamu" kata Monica dengan segala emosinya.

Langit terdiam melihat wajah Monica yang mulai tampak kesal karena pembahasan tentang keluarganya seperti tiada hentinya menjadi awal sebuah pertengkaran di hubungan mereka.

"Aku cuma ingin berusaha membuat hubungan kita diterima. Aku nggak minta kamu berubah" kata Langit berusaha menenangkan dirinya dan tidak lepas kendali.

"Aku lelah melihat Papamu yang selalu membahas siapa Bapak. Bapakku memang seorang Bapak biasa tapi dia lebih dari itu. Jangan pernah merendahkan orang tuaku" kata Monica setengah berteriak.

Langit terdiam tak bisa menjawab apa yang dikatakan oleh Monica.

Kini mereka sudah sama sama dewasa. Monica berkuliah di Universitas Negeri ternama dengan memperoleh beasiswa penuh. Sementara Langit memilih kuliah online luar negeri dibidang bisnis manajemen dan menekuni profesi sekaligus hobinya sebagai pembalap.

Berkali-kali Langit berusaha membuat keluarganya bisa menerima Monica apa adanya, namun keluarganya seperti menolak secara halus karena Monica bukan berasal dari kalangan sederajat dengan mereka. Langit sampai tidak habis pikir dibuatnya, kenapa hal itu menjadi sebuah keharusan dalam sebuah hubungan.

"Bapakku selalu berkata kamu orang yang baik, hubungan kita juga dimulai dengan baik. Namun Bapak tidak mau melihat putrinya mengalami kesakitan dan penghinaan. Bapakku sampai berpikir untuk resign dari sekolah dan berusaha membuka usaha. Aku tidak ingin hal itu terjadi ke Bapak hanya gara-gara aku" kata Monica sambil berusaha menahan tangisnya.

"Jangan, Pak Jaka salah satu guru yang berjasa di sekolah. Banyak siswa yang diasuhnya memperoleh prestasi yang gemilang sampai menjadi timnas" kata Langit yang terkejut dengan perkataan Monica.

"Apa Papamu melihatnya? menyadarinya? Tidak kan? Bapak hanya dianggap orang rendahan didepan keluargamu. Keluargamu terlalu angkuh melihat keatas diatas semua nikmat yang diberikan oleh Tuhan" kata Monica dengan emosi yang meluap.

"CUKUP" Langit berteriak tiba-tiba mendengarnya. "Cukup-- Aku tahu bagaimana keluargaku. Aku pun bisa merasa sakit mendengar ada orang yang mencela keluargaku" kata Langit dengan pandangan tertunduk berusaha meredam emosinya agar tidak semakin meluap.

"Lalu apa maumu sekarang?" tanya Monica dengan suara bergetar.

Langit terdiam sesaat, kepalanya masih tertunduk memandang rerumputan yang saling bergesekan diantara kakinya. Kepalanya terasa berputar. Dia tidak bisa berpikir jernih apa yang sebenarnya ingin dikatakannya dalam situasi ini.

"Kita putus? Kamu sama Mareta? Yang memiliki level kekayaan seperti kalian?" tanya Monica kembali berusaha menekan Langit.

"Cukup Mon, cukup kataku. Aku mau pulang, sepertinya percakapan ini tidak akan ada habisnya. Biarkan aku memikirkan ini semuanya sendiri dan berusaha mencari jalan keluar terbaik" kata Langit dengan lirih.

Monica tampak kecewa dengan apa yang dikatakan oleh Langit tapi dia tidak bisa menjawabnya. Monica melihat Langit mulai bangun dari bangku taman itu dan mengambil helmnya.

"Kamu-- Kamu masih cinta aku?" tanya Monica dengan suara bergetar berusaha menahan air matanya yang hampir jatuh.

Langit menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badan mendengar pertanyaan Monica yang mengejutkan dirinya.

"JAWAB AKU LANGIT, JAWAB AKU DAN TATAP MATAKU" Kata Monica dengan berteriak.

Langit terdiam sejenak. Dia tidak habis pikir mendengar Monica menanyakan hal seperti itu setelah apa yang telah diperbuatnya untuk hubungan mereka, bahkan Monica tidak pernah tahu apa saja yang telah Langit lakukan.

Langit membalikkan badannya dan melempar keras helmnya ketanah. Menatap Monica yang berdiri didepannya.

"BAGAIMANA BISA KAMU MENANYAKAN HAL ITU KEPADAKU SETELAH APA YANG AKU LAKUKAN UNTUK HUBUNGAN KITA? Kenapa kamu tega sih Mon? Kamu bahkan nggak tahu, banyak hal yang sudah aku lakukan, tapi kamu-- kamu masih saja mencemooh keluargaku, memintaku bersama Mareta dan bahkan menanyakan bagaimana perasaanku?" kata Langit dengan nada tinggi menjawab Monica yang tampak terkejut dengan apa yang dilakukan dan dikatakan Langit.

Monica tampak mundur selangkah, menatap Langit dengan 2 bola matanya yang tampak nanar. Ini pertama kalinya melihat langit seperti itu dan berkata dengan nada tinggi kepadanya.

"Coba kamu tanyakan ke dirimu sendiri, APA KAMU YAKIN SAMA HUBUNGAN KITA? Kamu tanyakan sendiri, jangan ke aku. Apa sedikitpun kamu nggak berpikir tentang perasaanku? Mendengar kamu berkata seperti itu kepadaku? APA KAMU PIKIR HANYA KAMU YANG SAKIT HATI? AKU JUGA MON" Langit meluapkan apa yang ada dihatinya sambil memukul dadanya.

"Sakit Mon-- Bahkan aku mendengarnya dari kamu" kata Langit mulai menurunkan nadanya melihat Monica yang menundukkan kepalanya.

Keheningan diantara mereka setelah Langit meluapkan apa yang ada dihatinya. Langit kemudian menyadari bahwa dirinya terlalu meluapkan emosinya dan merasa bersalah karena sudah bernada tinggi kepada Monica.

"Mon-- Maaf-- Aku nggak bermaksud--" kata Langit berusaha maju mendekati Monica.

Namun, Monica tampak mundur selangkah untuk kembali menjaga jarak dengan Langit.

"Sepertinya kamu benar, kita butuh sendiri dulu untuk memikirkan semuanya" kata Monica dengan suara bergetar menahan air matanya yang sudah akan keluar.

Lalu Monica membalikkan badannya dan berlari pergi meninggalkan Langit yang masih berdiri terpaku melihat Monica yang mulai menjauh.

Kembali ke masa sekarang---

Langit terdiam dengan menundukkan kepalanya dipojok ruangan itu. Kepalanya terasa berat mengingat kejadian itu. Dia belum bertemu kembali dengan Monica sejak saat itu, beberapa kali Langit mencoba mengirim pesan dan bahkan melakukan panggilan namun Monica tidak meresponnya kembali.

Langit tidak mengerti lagi apa yang harus dilakukannya. Kerinduan pun semakin besar menghantui dirinya. Dia ingin bertemu Monica, walau Monica bahkan tidak ingin melihatnya.

Langit berdiri dan berjalan keluar dari pitnya begitu saja, beberapa rekan timnya tampak melarang Langit pergi dan menanyakan ingin kemana dia. Namun Langit seperti tidak mendengarnya dan berjalan menjauh begitu saja bahkan dengan seragam pembalap yang masih dikenakannya.

Pelatihnya tampak melarang beberapa rekan timnya untuk menyusul Langit.

"Biarkan dia, Sepertinya ada yang harus dibereskan. Kita beri waktu buat dia. Jangan ada yang menekannya" kata Pelatihnya memberikan peringatan kepada semua orang yang ada didalam pit.

Langit berjalan dengan kepala tertunduk, perasaannya campur aduk dan tak karuan. Dia segera masuk ke ruang tunggunya, berganti pakaian dan mengambil helmnya secepat kilat. Dia keluar dan segera menuju motornya. Dia melajukan motornya dengan segera meninggalkan area lintasan dengan suara deru motor yang menggema di seluruh area.

1
Sylvia Rosyta
aku mampir kak 😊 semangat buat nulisnya 💪
S.Prayogie: terima kasi banyak
total 1 replies
Yusuf Muman
Bawaan emosi
Odette/Odile
Susah move on
S.Prayogie: ikutin terus updatenya yaa kak, terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!