Biasanya, perceraian dilakukan antara dua orang atas kesadaran masing-masing diantaranya.
Retaknya rumah tangga, hubungan yang sudah tidak harmonis lagi, dan perihal pelik sebagainya.
Namun berbeda yang dirasakan seorang model sekaligus Aktris cantik yang benama Rania. Tepat satu tahun di hari pernikahanya, Rania mendapat kejutan perceraian yang di lakukan suaminya~Pandu.
Tanpa memberi tahu Rania, Pandu langsung saja membuat konferensi pers terhadap wartawan, bahwa Rania adalah sosok wanita yang begitu gila karir, bahkan tidak ingin memiliki seorang anak pada wanita umumnya.
Rania yang saat itu tengah melakukan pemotretan di Amerika, tidak pernah tahu menahu, bahwa suami yang begitu dia cintai menceraikannya secara hina. Rania sendiri sadar, saat melihat berita dari televisi internasional.
Dan setelah kedatangn Rania ke tanah air. Dia baru tahu, jika gugatan cerai yang dia terima, semata-mata hanya untuk menutupi perselingkuhan Pandu dengan sahabatnya sesama model~Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4~PPH
Setelah keluar dari rumah mewah Pandu, Rania benar-benar menumpahkan tangisanya dalam mobil Daniel begitu histeris.
Tidak hanya mendapat kejutan gugatan dari Pandu, dia juga mendapat sebongkah hadiah tentang perselingkuhan suaminya dengan sahabatnya sendiri, jelas terekam kedua matanya.
Rania tidak hanya hancur. Tapi mentalnya sudah mencapai batas maksimal sampai kepuncak.
Drrt
Drrt
Aston?
Daniel segera menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.
"Ada apa, Aston?" seru Daniel.
"Dimana Rania? Laront bilang dia ada bersamamu?" tanya Aston dengan nada dinginnya.
Daniel menoleh sekilas ke arah Rania. Dan benar saja, suara isakan Rania begitu mengiris hati bagi siapa saja yang mendengarnya. Tak lain Aston saat ini. Mengingat Daniel yang duduk disebelah Rania. Aston dapat mendengar suara tangisan sang adik, yang saat ini membuat puncak amarahnya bangkit.
"Daniel ... Apa Rania menangis?" timpal Aston menahan kecemasan.
"Kami berdua baru pergi dari rumah Pandu. Dan asal kamu tahu ... Rania memergoki suaminya sedang bermain api dengan sahabatnya sendiri, Laura!" terang Daniel mengingat kejadian semula.
Mendengar itu, Aston sontak mengepalkan tanganya. Dia baru saja menepis semua ucapan anak buahnya, yang mengatakan bahwa adanya perselingkuhan yang menjadi penyebab retaknya rumah tangga sang adik. Karena merasa kasian pada Rania, Aston masih berharap itu semua hanya informasi semu.
Namun Rania lebih dulu mengetahuinya. Dan pagi ini, kemarahan Aston sudah tidak dapat terbendung lagi. Wajahnya berangsur memerah, dengan sorot mata penuh kobaran api.
"Bawa Rania ke apartemenku! Biar dia lebih tenang terlebih dahulu. Sebentar lagi aku akan kesana," jawab Aston sambil menutup panggilannya.
'Sekarang targetku bertambah menjadi dua! Laura ... Laura! Selamat datang di kubangan nerakamu'
Aston menyeringai bak iblis yang baru saja mendapat kemenangannya. Akan dia pastikan, siapapun yang berani menyakiti sang adik, hidupnya akan menderita penuh penyesalan.
Setibanya di lantai bawah. Aston berhenti di ruang tengah menghampiri kedua orang tuanya, untuk memberi tahu, bahwa Rania sudah tiba di Indonesia.
"Kamu mau pergi kemana, Aston? Di luar banyak wartawan yang menunggu kedatangan Rania ...." cemas nyonya Lisa.
"Mamah tenang saja! Rania sekarang dalam perjalanan menuju apartemenku. Aston sekarang akan pergi kesana, untuk melihat Rania."
Nyonya Lisa mendekat. Raut wajahnya tampak sendu, karena terlalu khawatir dengan putri kesayangnya itu.
"Mamah ikut, Aston! Mamah ingin melihat keadaan adikmu," pinta nyonya Lisa penuh harap.
"Mah, mamah lebih baik di rumah dulu! Untuk sementara, kita harus menghindar dari serangan awak media. Kalau mereka melihat kita keluar sama-sama, pasti akan menimbulkan berita yang lebih parah pada Rania!" tolak Aston sambil mengusap bahu mamahnya.
Tuan Domanick bangkit, "Benar yang di katakan putramu, Mah! Untuk sementara, kita harus bisa bersikap tenang. Rania sudah terpukul, hingga sudah beberapa hari semua sosial medianya vakum!" sahut sang ayah membenarkan ucapan putranya.
"Ya sudah ... Nanti video call Mamah, Aston! Mamah ingin melihat adikmu," ucap nyonya Lisa.
Aston mengangguk. Dia lalu beranjak keluar, sambil memakai topi hitam dan juga masker hitam untuk menutupi wajahnya.
Dapat Aston lihat, gerbang rumah sang ayah sudah penuh beberapa wartawan yang sedang menunggu kedatangan Rania. Gerbang hitan menjulang itu, rupanya masih tidak dapat menyimpan privasi, sebab wartawan tersebut sampai ada yang memanjat sela dinding, saking penasarannya dengan berita yang sedang memanas itu.
Melihat sebuah mobil akan keluar, wartawan tersebut langsung saja mendekat.
"Tolong beri informasi pada kami, apa Rania akan tiba hari ini?"
Tok! Tok! Tok!
Kaca mobil Aston terketuk beberapa kali, saat ingin melewati segerombol awak media tersebut.
"Dimana Rania sekarang? Apa dia akan pulang ke rumahnya, atau ke rumah orang tuanya?"
"Aston ... Tolong beri informasi sedikit, mengenai gugatan Pandu pada Rania!"
"Aston ...."
Dua penjaga rumah tampak keluar, memberi jalan, agar mobil Tuannya dapat segera terbebas.
"Tolong beri jalan, mohon untuk kerja samanya!" ucap salah satu penjaga rumah.
Setelah itu, mobil Aston langsung melesat dengan cepat, dan berhasil terbebas dari kejaran awak media.
*
*
*
*
Kediaman Sahindo~
Pria tua berambut putih itu menggeram, sambil menghentakan tongkat kayunya beberapa kali.
Tuan Mohan sangat marah, karena cucunya tidak pernah bercerita terlebih dahulu mengenai gugatan terhadap Rania.
"Bodoh! Pandu benar-benar bodoh!" suara tuan Mohan menggema di seluruh penjuru ruang, dengan tatapan tajam kedepan.
Setelah itu tuan Mohan bangkit. Dia mengangkat tongkat kayunya kearah sang asiten~Sean.
"Telfon Pandu sekarang juga! Suruh dia menghadap saya saat ini!" seru tuan Mohan dengan nada emosinya.
"Baik tuan!" jawab Sean ingin undur diri.
Namun belum sampai Sean mengeluarkan ponselnya, dari arah gerbang sudah terdengar mobil mewah Pandu memasuki halaman rumah megah Sahindo.
Pandu sedikit lega, karena dengan penampilanya yang tertutup itu, dapat sedikit terhindar dari beberapa wartawan yang tadi sempat melihat mobilnya.
"Eyang, ada apa?" Pandu mengernyit, saat jalannya sudah di hadang oleh tuan Mohan saat ini.
Tak!
Tuan Mohan menghentakan tongkat kayunya cukup keras, hingga membuat Pandu terhenyak dengan tatapan penuh tanya.
"Kamu benar-benar BODOH, Pandu! Kenapa kamu tidak berdiskusi terhadap Eyang terlebih dulu, mengenai gugatan kamu pada istrimu!" bentak sang Eyang menggelegar.
Pandu semakin tidak mengerti dengan ucapan Eyang nya saat ini. Berdiskusi? Untuk apa? Bukanya tuan Mohan juga tidak pernah suka dengan Rania? Lantas, untuk apa pria tua itu memintanya berdiskusi terlebih dahulu.
"Untuk apa, Eyang? Sebagai wanita, Rania lebih mementingkan karir gilanya, daripada di rumah mengurus cucumu ini! Dan lagi, Rania tidak mau memiliki anak ... Lantas, untuk apa aku harus mempertahankan rumah tangga ini," jawab Pandu tak kalah menaikan nada bicaranya.
"PANDU!" bentak tuan Mohan menajamkan matanya. "Benar Eyang tidak pernah mengukai istrimu, itu! Tapi, bukan berarti kamu terlalu cepat mengambil tindakan! Eyang pernah berkata padamu, bukan? Lepaskan Rania, setelah dia berhasil memberikanmu seorang anak! Hanya dengan seorang penerus, harta keluarga Ramos akan jatuh pada tangan penerus Rania ....." ucap sang Eyang menekan kalimatnya.
Pandu sedikit memicing, "Bagaimana bisa? Dia memiliki seorang kakak, Eyang! Aston masih hidup dengan bebas," timpal Pandu dengan keyakinannya.
"Asal kamu tahu, Pandu ... Aston itu hanya anak angkat keluarga Ramos! Makanya, sebelum kamu bertindak, beri tahu Eyang terlebih dahulu!" geram tuan Mohan menghela nafas kasar.
Pandu terdiam cukup lama. Dia benar-benar menyesal atas tindakan bodoh, yang dia lakukan tanpa campur tangan sang Eyang terlebih dahulu.
"Lalu ... Bagaimana Eyang? Gugatan sudah sampai pada tahap persidangan. Dan semua media pun sudah tahu tentang gugatan itu ...."
Tuan Mohan mendekat. Tatapanya begitu bengis, sambil tanganya terangkat untuk menekan kepala cucunya dengan kuat.
"Makanya, kalau punya otak digunakan dengan benar!" tekan sang Eyang mendorong kepala Pandu kesamping. Setelah itu, dia berjalan kesembarang arah, "Eyang tidak mau tahu ... Kamu harus meminta maaf kepada Rania, dan mencabut gugatan cerai kalian!"
Kedua mata Pandu terbuka lebar. Akankah dia mampu melakukan hal mustahil itu. Bagaimana Rania akan memaafkannya, sementara Rania baru saja memergoki dirinya bertukar keringat dengan sahabat istrinya sendiri.
Pikiran Pandu benar-benar kalut. Kubangan neraka sudah dia buat. Namun bukanya Rania yang terbakar, malah dirinya sendiri yang terjerumus.
Lantas, bagaimana nasib Laura yang sudah memberikan tubuh padanya?
Pandu benar-benar bingung. Langkah apa yang harus dia lakukan, agar semua harta keluarga Ramos dapat dia kendalikan, tanpa kembali lagi dengan Rania.
"Itu tidak mungkin, Eyang! Semua media sudah tahu, jika Pandu baru saja menggugat Rania. Lalu ... Bagaimana mungkin, Pandu menjilat ludah Pandu kembali. Mau di taruh mana muka Pandu ini, Eyang ....?" tolak Pandu, raut wajahnya jelas tidak terima permintaan gila sang Eyang.
Tuan Mohan menjatuhkan tubuh rentanya di atas sofa. Pikiranya terasa bungkal, mengingat nasib perusahaanya sekarang.
Jika dulu masih ada Rania, maka model cantik itu akan siap menyokong berapapun rupiah, demi kemajuan perusahaan Dragon Group. Tapi sekarang, karena ulah lancang sang cucu, semua keadaan berubah drastis.
.......................
.......................
Bersambung~
semangat ya tor🌹🌹
awal baca suka ceritanya 😍
ra dong aku !!!