NovelToon NovelToon
Benih Random Tuan Arogan

Benih Random Tuan Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak / Tukar Pasangan
Popularitas:21.3k
Nilai: 5
Nama Author: ingflora

Diambang putus asa karena ditinggal sang kekasih saat hamil, Evalina Malika malah dipertemukan dengan seorang pria misterius. Adam Ardian Adinata mengira gadis itu ingin loncat dari pinggir jembatan hingga berusaha mencegahnya. Alih-alih meninggalkan Eva, setelah tahu masalah gadis itu, sang pria malah menawarinya sejumlah uang agar gadis itu melahirkan bayi itu untuknya. Sebuah trauma menyebabkan pria ini takut sentuhan wanita. Eva tak langsung setuju, membuat pria itu penasaran dan terus mengejarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27. Gosip Baru

"Aku 'kan suamimu, masa aku tidak boleh tidur denganmu?"

"Ti-dur?" Mata Eva melebar.

"Kamu tidak ingat apa yang dikatakan psikiater tadi? Kita harus mulai latihan."

"Oh." Dengan canggung, Eva menerima laptop pria itu.

"Nah, sekarang kita searching dulu kampusnya. Aku juga mau lihat."

"Mmh." Eva memilih naik ke ranjang dan membuka laptop itu di sana.

Adam pun menyusul. Ia duduk di samping istrinya. Tak lama mereka sibuk diskusi dengan kampus yang mereka lihat. Adam berniat menyekolahkan Eva di kampus negri.

"Aku sudah pernah dapat beasiswa dari sana, tapi gak diambil. Denger-denger kalo bayar sendiri, biayanya sama dengan universitas swasta, Pak."

Dalam hati, Adam bangga istrinya ternyata pernah diterima di universitas terbaik seluruh Indonesia dengan beasiswa, walau Eva tak jadi melanjutkan pendidikannya. "Ya gak papa, kan suamimu yang bayar."

"Tapi kemahalan untuk standar universitas negri, Pak."

"Ngak papa ... aku ingin istriku sekolah di kampus terbaik. Aku punya uang untuk itu, kenapa enggak?"

Eva terlihat tersipu malu. "Makasih, ya, Pak."

"Mmh. Sudah, sekarang waktunya tidur. Ayo sekarang tidur." Adam bergerak mundur dan mulai merapikan bantalnya.

Eva kembali canggung. Ia meletakkan laptop itu di atas meja nakas dan mulai masuk ke dalam selimut. Adam yang ikut masuk, mulai mendekati istrinya dan meraih tubuhnya.

Kali ini jantung Eva mulai berdetak cepat. Bagaimana kalau malam ini, Adam ternyata benar-benar bisa melakukannya? Bukan apa-apa, Eva masih tidak yakin apa pria itu benar-benar menginginkannya. Ia tidak mimpi, 'kan?

Adam mendekap istrinya. "Untuk sementara, begini dulu ya. Sampai aku terbiasa. Mungkin dengan begini aku bisa melakukannya." Pria itu melihat istrinya yang tampak tegang. "Eva, kenapa kamu begitu? Peluk aku dong, biar aku nyaman denganmu."

Eva melakukannya dengan perlahan. Ia takut tiba-tiba Adam menolaknya lagi seperti waktu itu. Namun ternyata tidak.

Pria itu mengangkat satu alisnya karena heran. "Eva, kamu kenapa kaku begitu? Kamu cinta aku 'kan?"

"Cinta." Namun Eva menjawabnya dengan wajah datar karena tegang.

"Eva."

"Aku hanya takut Bapak nanti tiba-tiba teriak waktu aku peluk."

Adam tersenyum lebar. "Aku begitu kalau melihatmu tanpa pakaian."

Eva menengadah menatap wajah pria itu.

Adam malah mengusap kepala Eva dengan lembut. "Kamu gak masalah kita tidur begini, 'kan? Aku ingin tidur begini."

"Mmh."

Adam memberi sapuan lembut bibirnya pada kening sang istri sebelum menarik selimut. Ia merasa nyaman karena Eva sangat pengertian. Ia berharap, semoga masalah ini tidak berlangsung lama.

***

Sambil berjalan ke arah ruang kerjanya, Adam melihat pegawai di ruang kantor itu sudah lengkap. Ia kemudian bergerak ke ruang kerja.

"Oh, Pak." Precille berdiri dan mengejar Adam. "Ini ada berkas yang mesti ditandatangani."

"Oya. Bawa saja ke ruang kerjaku." Adam kemudian memeriksa berkas-berkas yang diberikan Precille di mejanya.

"Pak, Eva bagaimana keadaannya?"

"Mmh?" Adam masih sibuk memperhatikan berkas.

"Yang kemarin itu dia keguguran. Biasanya, 'kan cuma tiga hari, tapi kenapa sampai sekarang belum masuk, Pak?"

"Oh, istriku sekarang berhenti bekerja."

"Apa?" Precille merasa pendengarannya bermasalah.

Adam mengangkat wajahnya. "Iya, dia berhenti. Kedepannya dia akan kuliah." Kemudian ia kembali sibuk menatap berkas di tangan.

Precille masih melongo. "Tunggu ... tadi Bapak bilang apa?"

"Apa?" Adam kembali mengangkat kepalanya.

Precille masih bingung. "Tadi bukannya Bapak bilang "Istri" ya?"

"Oh, itu," jawab Adam tenang. Matanya kembali menatap ke arah bekas di hadapan. "Eva memang istriku. Aku hanya tidak ingin membuat orang enggan bekerja bersamanya."

Kaki Precille seketika lemas. Padahal ia dan pegawai yang lain pernah menggosipkan Adam di depan Eva. Bahkan ada pegawai lain yang mengolok-oloknya. Kalau saja mereka tahu Eva adalah istri Adam, mungkin ceritanya akan berbeda. Apakah Eva akan menceritakan apa yang mereka katakan pada suaminya?

Namun, hal ini kemudian menjadi gosip yang menyebar cepat di kalangan pegawai Adam di kantor dan mau tak mau cerita ini pun sampai ke telinga Lindon. Bukan main marahnya pria bule itu karena merasa dibohongi. "Adam sudah menikah dengan janda itu? Kenapa Adam menyembunyikannya dariku? Dia menganggap apa aku ini, heh!?"

"Ya, begitulah," jawab Shanti tak bersemangat. Ia kembali ingat saat di restoran China kemarin. Saat itu ia berniat mencari Adam karena ia tahu pria itu sangat suka makan di situ. Namun, yang terjadi malah, ia melihat Adam dan Eva yang terlihat mesra berdua. Kalau mengingat lagi hal itu, kini ia baru mengerti kenapa mereka bisa terlihat mesra di depan publik. Karena mereka memang adalah suami istri.

"Ya begitu, bagaimana?" Lindon mengangkat alisnya saat melirik putrinya di samping. "Apa kamu tahu sesuatu yang aku tidak tahu?" tanyanya curiga.

Shanti segera tersadar dari lamunannya. "Oh, enggak. Mungkin lebih baik Daddy tanya sendiri pada kak Adam daripada salah paham."

Pria itu berpikir sejenak. "Baiklah, aku cari Adam dulu."

Saat sampai di kantor direksi, Lindon malah melihat Adam buru-buru keluar dari ruang kerja menuju lift. "Adam!"

"Oh, ada apa?" Adam berhenti melangkah.

"Aku ingin tahu kejelasan tentang gosip yang tengah beredar. Apa benar Eva itu istrimu?" Lindon sedikit emosi tapi ia berusaha menahannya karena berada di tempat terbuka.

"Benar. Kenapa?" Adam tampak tenang tanpa rasa bersalah.

"Adam ...." Kini Lindon mengeratkan gerahamnya. "Kenapa kamu tidak bilang padaku!" Suaranya setengah berbisik sambil melirik ke arah para pegawai Adam yang tengah menatap ke arahnya. Para pegawai itu seketika pura-pura sibuk.

"Oh, karena aku tidak ingin ada yang menggosipkan istriku. Oya, maaf aku sedang buru-buru. Duluan ya," jawab Adam dengan wajah datar. Ia kemudian mendatangi lift dan menekan tombol buka. Seketika pintu lift terbuka dan Adam masuk. Ia melambaikan tangan pada Lindon sebelum pintu lift tertutup.

Lindon geram hingga mengepal kedua tangan. Ia melirik lagi para pegawai yang ternyata menatap ke arah. Kembali mereka pura-pura sibuk. Tentu saja mereka bingung, karena Lindon sebagai pamannya saja tidak tahu kalau Adam sudah menikah.

Lindon merasa direndahkan untuk kesekian kalinya tapi ia juga tak berdaya. Posisinya hanya sebagai pegawai di sana dan Adam banyak membatasi gerak langkahnya. Mau tak mau ia kembali ke ruang kerjanya.

Adam langsung menelepon setelah masuk ke dalam mobil. "Eva, kamu tunggu aku ya. Jangan ke mana-mana."

"Iya, Pak."

"Coba, kamu ganti panggilanku ya. Jangan panggil aku "Pak", nanti orang pikir aku siapa lagi."

"Lalu aku harus panggil apa? "Om" gitu?"

"Eh! Masa sama suami panggil "Om"!?" Adam cemberut.

Barata yang sedang menyetir, tersenyum. Sudah lama ia tidak mendengar majikannya bicara mesra dengan seseorang.

Terdengar derai tawa gadis itu. "Jadi apa dong? "Mas"?"

"Lho, kenapa ketawa?"

"Habis aneh, Pak. Eh, Mas." Terdengar suara Eva yang manja.

Adam entah kenapa gemas sendiri mendengar suara manja gadis itu. "Ya udah, kamu manggil aku "Mas" mulai sekarang. Ya?"

"Ya udah, Pak, eh Mas."

"Jangan mendaftar dulu, tunggu aku datang."

"Iya."

Adam mematikan ponselnya dengan senyum di kulum. Sesudahnya ia senyum-senyum sendiri sepanjang perjalanan.

"Eva, kamu di mana?" Segera setelah sampai, Adam menelepon lagi istrinya. Ia menjejakkan kaki di perparkiran dan melihat sekeliling.

Bersambung ....

1
Fariz Alfatih
akak othor, mangaaaatts!!💪🏼💪🏼💪🏼
Nur Adam
lnjut
Fariz Alfatih
lu kalo nggak napas Uda beda alam sama Eva🙄😭😭
Nar Sih
sabarr dan tenang adam ,doa kan smoga eva dan byi nya selamat sgra lhir
Nur Adam
lnjut
Nar Sih
suami posesif eva nih ,tpi sipp lah moga eva dan adam terus bahagia
Mrs.Riozelino Fernandez
biasa aja lagi gandengan Eva, apalagi kamu sedang hamil besar...
Nur Adam
lnjut
Nar Sih
klau gitu ngurus ank sambil kuliah ya eva
Nar Sih
hahaha kasihan ayah mu yg ngk punya ahlak ya eva ,di kejar,,nenek mu ,moga nenek rodiah cpt sembuh
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
lnut
Mrs.Riozelino Fernandez
dapat imbang ya pak 😆😆😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
lebih bagusnya " tadi ibu sudah makan mbak" karena kan sudah nenek²...
Mrs.Riozelino Fernandez: ma sama kk Thor 🙏
Baby_Miracles: makasih/Good/
total 2 replies
Nar Sih
pasti grgr uang nih eva ayh mu datg ke rmh mu
Nar Sih
wahh...selamat ya eva bntr lgi jdi ibu
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
lnjur
Mrs.Riozelino Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣
Nar Sih
biang rusuh udah hadir nih ,moga ayah dan kakak mu ngk berhasil menemui mu ya eva
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!