Pacarku Tetanggaku

Aku duduk berseberangan dengan Arnav, bukan karena Arnav yang tidak mau duduk denganku tapi aku yang memilih jauh darinya.

Kuperhatikan Desy selalu bermanja manja dengan Arnav meskipun selalu ditolak seperti saat dia mau menyuapi Arnav, Arnav malah bilang..

"Tidak perlu Des aku bisa sendiri, lagian banyak teman teman disini jadi tidak perlu begitu"

Aku tertawa dalam hati melihat Desy memanyunkan bibirnya.

Obrolan kami begitu asik sampai kami tidak sadar sudah jam sepuluh malam.

"Waduh sudah jam sepuluh ya" ucap Aida

"Aku akan mengantar kalian pulang"timpal Arnav

"Kalian siapa ?" Desy malah kepo

"Lia dan Aida, kalau kamu mau diantar juga ayo sekalian."

"Kenapa harus kamu sih yang antar kan bisa yang lain" protes Desy lagi.

"Aku yang membawa mereka kemari jadi aku membawanya kembali pulang, kalau kamu tidak mau gabung lebih baik kamu pulang naik grab"

Lagi lagi Desy berdecak sebal. Aku tau itu tapi ya mau bagaimana lagi toh Arnav yang membawa kami ke sini pasti dia juga dong yang akan mengantar kami pulang.

"Jadi motorku bagaimana ?"timpal aida

"Tinggal saja di rumah Lia, besok Yasir yang bawa ke sekolah"

"Jadi aku kesekolah besok bagaimana ?"

"Ya ampun ribet bangat dah, ya udah besok setelah motormu diambil Yasir kerumah Lia, dia sekalian jemput kamu" balas Arnav lagi

"Kok jadi aku sih ?" Komen Yasir

"Kalau gak ikhlas gak usah" ketua Aida

"Ya Tuhan ribet memang kalau berurusan sama perawan" jawab Yasir menggaruk kepalanya yang pasti tidak gatal.

Kami semua ngakak berjamaah selain Desy pastinya.

Yang pertama diantar adalah Desy lalu Aida.

"Kamu benaran pacaran sama desy Ar ?" Tanyaku saat kami tinggal berdua saja dimobil.

"Kenapa ?"

"Yahh gak ada apa apa sih sebenarnya, cuman penasaran saja sama perjanjian antara kamu dan Desy yang kemarin kamu bilang"

"Oh itu, sebenarnya Desy yang nembak aku duluan...."

"Yeeehhh mantap ya"

"Dengar dulu makanya jangan dipotong.."

"Iya iya lanjut lanjut"

"Dia nembak aku.."

"Trus kamu terima ?"

"Ya ampun... Jangan dipotong potong loh sayang"

" Iyaaaa trus ??"

"Jadi kubilang kalau dia mau jadi pacarku dia tidak boleh cemburu padamu"

"Loh kenapa begitu ?"

"Ya begitulahhhh"

"Tuhkannn gue serius dodol"

"Lahh emang dari tadi kita bercanda ?"

"Tau ahhh"

Jadilah aku ngambek sama Arnav sampai kerumah.

"Jangan ngambek lagi Napa Li"

"Bodo"

Aku langsung turun tanpa bilang terimakasih padanya.

Bodohnya aku berharap lebih pada Arnav. Padahal aku tau dia menjagaku hanya karna ayah menitipkan aku padanya. Ya Tuhan kenapa aku harus suka padanya...

Pagi harinya di sekolah kuputuskan tetap ngambek pada Arnav. Sebenarnya bukan ngambek sih hanya saja aku ingin menjaga jarak saja dengannya agar bisa terbiasa saat dia punya pacar seperti sekarang.

"Li kamu tidak ikut ke kantin ?" Tanya Aida saat jam istirahat.

"Tidak, ini aku bawa bontot" kutunjukkan bekal yang sengaja kubawa dari rumah tadi pagi.

"Tumben"

Aku hanya tersenyum tentu saja dia heran karena sebelumnya aku tidak pernah bawa bekal.

Saat sedang asik makan bekalku tiba tiba saja Arnav muncul. Hedehhh dihindari malah datang sendiri, bagaimana mau move on kalau begini ceritanya.

"Kenapa tidak ke kantin ?"

"Aku bawa bekal" jawabku Tan melihatnya tapi lanjut makan.

"Ohh ok" Jawab Arnav langsung keluar lagi.

Ihh memang ya dasar laki laki, sudah tau aku ngambek tapi tidak dibujuk malah ditinggalkan,  Makin geram kan.

Asli selama tiga hari kami tidak ada komunikasi, Arnav sendiri sibuk dengan Desy sementara aku menyibukkan diri di resto.

Sampai suatu hari di akhir pekan aku sedang bantu bantu di resto datang segerombolan pemuda untuk nongkrong.

Aku tidak terlalu memperhatikan kalau bukan karna dipanggil.

"Mba... " Panggil salah satu dari mereka.

"Eh iya mau pesan apa ?"jawabku ramah sembari memberikan buku menu pada mereka.

"Eh bukannya kamu pacar Arnav ya ?"

Aku sempat bengong tapi setelah kuperhatikan ternyata mereka ini adalah teman basket Arnav yang katanya dari sekolah lain.

"Kamu pacar Arnav kan ?"

Aku hanya tersenyum.

"Mau pesan apa ?"

Tanyaku seramah mungkin. Tapi salah satu dari mereka malah tertawa.

"Haha ternyata ya,, pacarnya Arnav sipaling tampan, paling hebat, paling tajir itu hanya seorang waiters, kamu kerja paruh waktu ya ?" Kalau tidak salah aku ingat namanya Dion.

"Kamu ngomong apa sih Dion ? Jangan mencari gara gara dengan Arnav" tegur Rian.

"Aku tidak mencari gara gara hanya saja dengan wajah tampannya itu hanya dapat seorang waiters.." lagi lagi dia tertawa. Dengan senyum semanis mungkin aku menjawab

" Maaf kalau memang tidak ingin makan lebih baik kalian keluar dari sini, kalau tidak silahkan fikirkan dulu kalian mau makan apa nanti akan kusuruh waiters yang lain datang kesini"

"Wow sombong juga ya"

"Oh iya kamu Dion kan, belajarlah menghargai perempuan meskipun dia waiters karna itu lebih istimewah dari pada pelorotin kantong orang tuanya. Dan satu lagi aku bukan waiters karena resto ini milik orang tuaku." Dengan emosi aku pergi meninggalkan mereka yang akhirnya terdiam lalu menyuruh Lena untuk Melayani mereka.

Karena mood ku sudah tidak baik kuputuskan untuk pulang lebih awal. Namun sialnya malah bertemu mereka lagi diparkiran.

"Eh Lia tunggu" tahan Dion padaku.

"Ada apa?"

"Tolong jangan bilang pada Arnav perihal tadi ya, aku minta maaf. Tolong maafkan aku ya."

Aku menatapnya lekat, sebenarnya aku ingin sekali menampar mulut busuknya namun kutahan.

"Baik"jawabku singkat

Sampai rumah kehempaskan badanku di tempat tidur. Rasanya lelah dan juga aku merasa rindu pada Arnav.

Saat ingin menutup mata terdengar ketukan dari luar.

'siapa sih mengganggu saja' grutuku begitu kesal.

Saat membuka pintu aku sedikit terpaku, ternyata Arnav

"Ada apa "

Sesaat nafasku seperti tertahan karena Arnav tiba tiba memelukku. Namun aku buru buru melepasnya karena ini masih dipintu aku takut dilihat tetangga malah akan menimbulkan gosip.

"Kamu kenapa ? Lepas ih malu tau dilihat orang" ucapku melepaskan pelukannya lalu masuk ke dalam rumah diikuti Arnav. Namun Arnav malah memelukku dari belakang untung saja bibik yang bekerja dirumah sedang belanja ke pasar kalau tidak mana berani Arnav begini.

"Biarkan begini sebentar saja, aku rindu Li"

Aku seperti patung saat ini, tidak bergerak sama sekali sampai dia melepas pelukannya.

"Kenapa kamu menghindari ku hhmm ?"

"Tidak apa apa, kamu ada apa kesini ?" Tanyaku lalu duduk di sofa diikuti Arnav tentunya.

"Kan sudah kukatakan tadi kalau aku rindu"

"Untuk apa kamu rindu padaku, harusnya kamu merindukan pacarmu bukan aku" jawabku sambil memainkan ponsel.

Arnav diam menyandar disofa menutup mata.

"Lia "

" Hhmmm"

"Ayo pacaran.. "

Ucapannya sontak membuatku menatapnya, rupanya dia juga menatapku.

Jangan Lia jangan tergoda, kamu hanya di prank.. batinku.

"Pulanglah aku sedang tidak mood bercanda" usirku

"Siapa yang bercanda, kali ini aku serius Li  Ayo kita pacaran"

"Kamu nembak aku ?"

,,,,,,

,,,,,,

,,,,,,