Pacarku Tetanggaku
Hallo namaku Liana Boru purba, dari namaku kalian pasti sudah tau kan kalau aku ini Boru Batak, iya aku keturunan Batak cina tapi kalian jangan salah aku muslim karena dulu kakekku Chinese muallaf karena menikah dengan oma yang orang Medan. Dan ayahku adalah satu satunya keturunan kakek. Kata orang aku memang persis seperti orang Chinese karena kulitku putih bersih.
Kami punya usaha coffee shop dan ada juga sebuah restoran. Kalau siang ayah dan mama akan berbagi pekerjaan. Kalau ayah di coffee shop maka mama akan ke restoran dan kadang sebaliknya juga kalau ayah di restoran maka mama akan di coffee shop, jadilah aku sering sendirian dirumah, untung saja aku punya tetangga yang sangat baik, meski dia laki laki tapi dia sangat baik padaku tidak pernah membiarkanku dalam masalah pokoknya dia akan selalu menjagaku. Dia adalah Arnav, Arnav ini keturunan India tapi mereka sekeluarga muslim juga.
Aku dan Arnav memang sebaya, dari PAUD sampai sekarang SMA kami tetap satu sekolah walaupun beda kelas. Karena ayah sangat percaya padanya dalam menjagaku.
"Lia.. Lia.. bangun ayo temani aku main basket, akhir pekan kok malah molor". ucap Arnav sambil mencolek pipiku.
Aku yang terkejut melihatnya berada di kamarku langsung melempar bantal kearahnya.
" Gila ya masuk kamar orang sembarang"
"Halah gak usah lebay lah, biasanya juga begini kan" jawabnya santai membuatku ingin menarik hidung mancungnya itu.
"Tapikan aku lagi tidur dodol minimal ketuk pintu dulu kek,permisi dulu atau apa kek jangan main nyelonong aja, kalau aku pas tidak pakai baju bagaimana ?" Jawabku menampar sedikit lengannya.
"Itu lebih bagus malah, aku tinggal mengunci pintu dan jendela lalu masuk dalam selimutmu" jawabnya senyum senyum membuatku seketika kembali menampar kembali lengannya.
"Udah cepat sana mandi temani main basket yaa" ucapnya sembari menaik naikkan alisnya.
"Malas..,"
"Ayolah honey"
"Honey honey honey, memangnya aku ini pacarmu apa panggil panggil honey"
"Teman rasa pacar" jawabnya seketika terlihat serius menatap mataku membuatku jadi salah tingkah.
"Ih jadi Salting dia..." Jawabnya ngakak
Aku yang malu mendengar ejekannya berdiri dan langsung masuk kamar mandi meninggalkan dia yang masih tertawa sambil memegangi perutnya. Sengaja aku mandi lumayan lama maksut hati agar dia bosan menunggu lalu pergi namun perkiraanku salah. Saat aku keluar kamar mandi dia malah santai duduk di ranjang ku sambil main handphone, namun langsung menatapku. melihat Arnav yang sudah menatapku tanpa berkedip membuatku lagi lagi salah tingkah.
" Sengaja mau menggodaku ya hon ??"
" Menggoda apanya, kan bangun tidur tadi kamu lihat sendiri aku langsung ke kamar mandi lagian ini kamarku kamar pribadiku terserah aku dong mau bagaimana. Kamu ini aneh mau berlama lama di dalam kamar anak gadis orang, tidak takut apa nanti ayah marah karena kamu masuk kamar anak gadisnya."
"Takut apa, aku kan tidak mem'''''a mu."
"Punya mulut itu dijaga bos, udah sana cepat keluar aku mau pakai baju"
"Iya iya iya, ribet bangat memang perawan satu ini"
Setelah arnav pergi aku bergegas memakai pakaianku lalu keluar menemui Arnav.
"Kamu mau keluar dengan pakaian seperti itu ?" Tanya Arnav saat melihatku memakai gaun warna sage selutut.
"Hhmm, udah izin belum sama mama atau ayah ?"
"Udah dua duanya sana ganti, kok paha dikasih jadi tontonan laki laki"
"Tidak semua laki laki seberengsek kamu ar"
"Tidak semua memang tapi lebih brengsek dariku banyak, udah cepat ganti pakai celana panjang saja"
Akhirnya aku menurut juga, daripada dia heboh.
Sampai di GOR malah aku sendiri yang heboh melihat cowok cowok teman Arnav ganteng ganteng bangat dan sepertinya bukan dari sekolah kami. Kami memang sering jalan berdua namun menemaninya main basket baru kali ini.
"Matamu jangan nakal, diam di sini tunggu selesai"
"Lama gak ??"
"Tidak sampai satu hari kok tenang saja."
"Ih..aku serius loh"
"Iya bawel" jawabnya menarik hidungku.
Kuperhatikan Arnav yang main basket keren banget dia. Memang ku akui, kalau aku selalu terpesona dibuatnya. Dia ganteng, baik, ahh pokoknya banyak nilai plus nya lahh.
Sekitar satu jam lebih Arnav selesai main basket dan aku memberinya minuman yang tadi sudah kami siapkan. Kulihat temannya datang menghampiri kami ada sekitar lima orang.
"Wihh cewek baru Lo ??"tanya salah satu temannya.
"Iya jangan dekat padanya"
"Ihh ngeri kali yaa dekat saja tak boleh, tapi kenalan boleh kan ??"
Melihat Arnav yang diam salah satu temannya mengulurkan tangan padaku.
"Hai aku gio teman Arnav."
"Liana" jawabku malu malu
"Hai aku Dion"
"Hai aku Rian"
"Hai aku Nando dan ini yang disamping saya Ariel"
"Liana"
Kulihat Ariel hanya diam saja sambil main handphone.
Aku mengangguk senyum.
"Kita cabut duluan ya bro, takut cewek gue kelelahan" kata Arnav senyum senyum.
"Alahh sok keren" jawab teman temannya.
Kami keluar GOR sembari Arnav memegang perut karena ngakak berlebihan.
"Lebay sih kamu, kalau kamu bicara begitu terus pada semua laki laki aku tidak akan pernah punya pacar". Ucapku ngambek.
"Biar sih kan ada aku sayang teman rasa pacarmu".
"Aku tidak mau teman rasa pacar tapi maunya pacar benaran"
"Biar di grep grep sama laki laki brengsek ya"
"Di otakmu cuma mesum trus terusan."
"Ya elahh maklum la Li namanya juga laki laki"
Aku tidak menjawab lagi karena berdebat dengan Arnav aku tidak akan pernah menang.
"Sesekali bawa mobil om Akash lah Ar, panas tau naik motor terus"
"Iya tuan putri"
Aku dan Arnav berlalu meninggalkan GOR, namun tidak langsung pulang tapi dia malah membawaku ke sebuah cafe, katanya aku harus makan dulu baru pulang.
"Ya kali aku pulangi anak orang dalam perut kosong, malu lah sama om chinese" begitu katanya setiap kami pulang main main.
Kami memang sering keluar bersama mau itu pulang sekolah atau pas akhir pekan.
"Kita makna nasi Padang saja ya"
"Apa om Akash bangkrut ??"
"Astaga.. mulut mu memang minta di c''m ya"
"Kan aku hanya bertanya, lagian ini kan cafe masak sih ada nasi Padang?"
"Jangankan nasi padang, nasi bebek nasi ayam nasi manusia, semua ada disini"
" Ihh tu kan dari tadi aku nanya serius jawabnya malah bercanda"jawabku cemberut
"Iya sayang iya, ini itu cafe tapi ada nasi padangnya kalau kita mau, gemes bangat deh jadi pengen cium"
"Apa sih dari tadi itu terus omongannya, noh cium sana kuali Abang Abang yang masak di belakang"
"Ya ampun Li tega benar kamu"
"Memangnya masih kurang grep grep cewek cewek yang kamu dekatin?"
"Tidak sih, cuman sepertinya kalau cium kamu pasti sensasinya berbeda"
Plakk....
"Sakit ih, gitu aja marah. Sepertinya dari tadi lenganku jadi sasaran terus"
"Makanya jangan nyerocos terus"
"Iya iya aku diam"
Arnav begitu menikmati makannya sedangkan aku lebih menikmati wajahnya, entah apa yang membuatku segila ini padanya. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya baik itu wajahnya, sifatnya pokoknya semuanya aku suka. Tapi sayangnya aku tak berani mengatakan padanya, karna tiap hari dia nentengin cewek mulu malah cantik cantik lagi memang deh playboy kelas kakap mah kalau Arnav.
"Temanmu main basket tadi bukan dari sekolah kita ya ar ??"
"Bukan, mereka dari SMA setia Budi"
"Kok bisa kenal ?"
"Dulu aku punya mantan anak Setia Budi dan cowok cowok yang tadi semuanya teman temannya."
"Oh"
"Balik yuk udah siapkan, udah mau isya ini nanti kelamaan pulang bisa si sate aku sama om chinese"
"Kamu kok manggil ayah om chinese mulu sih"
"Yah mau bagaimana lagi aku tidak tau nama om chinese siapa. Udah aha ayok."
Sampai rumah malah kosong ternyata mama sama ayah belum pulang, sementara bibi tukang bersih bersih rumah biasanya pulang sebelum magrib.
"Masih sepi" tanya Arnav
"Hhmm"
"Ya udah sana mandi aku mau baring sebentar di sofa.capek bangat"
"Kalau capek pulang saja ar"
"Iya tapi nanti setelah om sama Tante balik."
Tuh kan apa kubilang dia pasti menjagaku dengan baik, dia tidak akan membiarkan aku sendiri dirumah apalagi malam hari, apa gak makin melted akunya.
Selesai mandi aku memakai piyama tidur lalu keluar lagi ke ruang tamu dimana Arnav tadi.
"Katanya mau tidur tapi malah main Hp"
Ucapku sembari duduk disampingnya, dengan santainya dia malah berbaring dengan kepalanya dipangkuanku.
"Ahhh nyamannya,, pahamu lebih empuk dari pada kasur ku dirumah Li"
"Receh bangat sih"
"Betul lohhh"
"Ehmm Ar gimana sih rasanya mewe mewe sama cewek cewek ?"
"Mau nyoba gak Li ??"
"Is kan...plakk"
"Awwww perutku liaaa.."
"Rasain, makanya bicara itu yang bermutu"
"Lah salahku dimana coba ? Kamu bertanya kan aku jawab mau coba apa gak"
"Ya gak gitu juga kali konsepnya Ar"
"Kalau yang begituan sesah menjelaskannya Li lebih bagus praktek langsung"
"Udah ah jangan dibahas lagi, malas."
Trt...trt...
Arnav keluar mengangkat teleponnya, lumayan lama sih sampai aku hampir tertidur di sofa.
"Hei kok tidur sih Li ?"
"Ngantuk Ar"
Padahal aku hanya pura pura mengantuk karna malas mendengar dia teleponnya sama cewek karna aku dengar dia menyebutnya beb. Pasti pacarnya kan.
Kulihat Arnav menggelar ambal di depan Tv lalu mengambil bantal sofa
"Ayok tidur di depan tv saja biar lurus badannya."
Aku mengikutinya dari belakang.
Aku tidak tau lagi jam berapa Arnav pulang, aku terbangun saat alarm pagi berbunyi.
Aku bergegas mandi lalu memakai seragam sekolah.
"Pagi ma, pagi ayah"
"Pagi sayang, duduk sayang mama sudah siapkan sarapanmu ayo dimakan"
"Iyaa ma terimakasih. Siapa tadi malam yang memindahkan Lia ke kamar ma ?"
"Awalnya mau digendong ayah, tapi Arnav menawarkan diri"
"Ooo"
Selesai sarapan seperti biasa ayah mengantarku lebih dulu kesekolah setelah itu ayah baru ke restoran.
"Lia,, tunggu"
Suara cempreng itu pasti suara Aida teman sebangku ku di kelas.
"Tumben kamu cepat biasanya hampir telat mulu" ucapku
"Ye elah Li gue mau berubah kali masak iya sih sudah mau jadi mahasiswa tapi tetap telat bangun terus. rugi dong. Heheh"
"Gue kali, kamu pikir ini jakarta Lo gue gitu ngomongnya. Medan kali bukan jakarta."
"Kan harus belajar kian Li"
"Eh memang kamu mau kulliah ke jakarta ya ?"
"Niatnya sih iya kalau diterima, eh kamu sudah lihat belum postingan Arnav tadi malam? Meleleh aku mahhhh... Itu kamu kan ?"
"Postingan apa ? Kok aku gak tau ?"
"Cek buruan IG nya"
Buru buru ku cek hp ku dan ya postingannya membuatku meleleh, jam 22.15 fotonya sepertinya diambil dari belakang tapi aku tau itu di rumahku, fotonya sedang menggendong seseorang yang jelas itu aku saat dia memindahkan ku kekamar. Bukan fotonya yang buat meleleh sih tapi caption nya 'Selamat istirahat Kesayangan' dan yang paling buat emosi tau gak komenternya malah dikunci. Tidak banyak yang tau sih rumahku hanya satu dua orang saja yang pastinya mereka tau juga hubunganku dengan Arnav bagaimana, tapi aku penasaran juga siapa yang mengambil fotonya yaa ?.
"Jujur lohhh itu kamu kan ? Kalian pacaran ??"
" Gak ah, kami tidak pacaran Ai kan kamu tau sendiri kami bagaimana"
"Tapi kan menurut ku dia itu suka loh sama kamu"
"Udah ah ayok masuk kelas jangan membuat gosip bentar lagi sudah mau bel"
"Ye elah tutupi saja terus, lama lama kan tercium juga".
Aku menggeleng melihat kelakuan teman bar bar ku itu. Jam pertama dikelas aku tidak terlalu fokus karna terus teringat postingan Arnav tadi. Aneh sebenarnya iya kan, pacar gak tapi kok posting begituan iya kan.
"Kantin yok Li" ajak Aida saat istirahat
Aku menganggukkan kepala pertanda iya, saat tiba dikantin kami malah bertemu dengan Arnav dan teman temannya.
"Liana sini"
Panggil salah satu teman Arnav, aku sempat melirik Arnav yang tersenyum padaku. Kukira mereka akan membahas masalah postingan Arnav namun aku salah mereka sama sekali tidak membahas itu. Teman teman Arnav ini semuanya asik. Arnav pernah mengenalkan mereka padaku saat mereka main kerumah Arnav. Teman gengnya ada sekitar tujuh orang, lima orang laki laki dan dua orang perempuan. Perempuan yang dua itu adalah Arini dan Vika. Aku jadi akrab dengan mereka karna ya aku temannya Arnav. Sedangkan yang laki laki namanya Edo, Yasir, Dion, Toni dan Bagas. Jadi kalau bersama Arnav geng mereka jadi delapan orang.
" Mau makan apa ?" Tanya Arnav padaku.
"Belum tau masih mau pilih pilih dulu"
"Kupesankan nasi goreng ya"
"Gak deh, mau Indomie goreng aja"
"Kan kamu belum makan mana boleh makan mie, nasi goreng aja titik."
Nah kalau Arnav sudah mode begini jangan dibantah lagi bisa berabe kalau aku tetap maksa makan mie. Kalau soal teman temannya sih sudah biasa melihat kedekatan ku dengan Arnav. Tapi kalau ditanya kenapa tidak pacaran saja pasti jawaban Arnav buat kesal 'orang tuanya menitipkan dia padaku agar aku menjaganya bukan biar aku bisa pacaran dengannya' tuhkan selalu begitu jawabannya buat kesal saja, jadi kalau persi ku ya bagusan kunikmati saja teman rasa pacarku ini sekalipun sering membuatku mewek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments