JANGAB LUPA IKUTU AKUN AUTHOR DAN LIKE KOMEN CERITA INI, MAKASIH💙✨
Keyla Azalea Adhitama dan Arka Arion Adhitama. Kedua remaja itu merupakan saudara sepupu, memiliki kemampuan di luar nalar, yaitu bisa melihat sosok tak kasat mata. Tidak jarang sosok-sosok itu akan menampakan wujudnya yang mengerikan di hadapan Arka dan Keyla, bukan tanpa alasan sosok-sosok itu menampakan wujudnya, namun ada tujuan lain kenapa mereka mendatangi Keyla dan Arka.
Yuk, ikuti ceritanya sampai tamat. Bagaimana perjalanan dua remaja yang menghadapi arwah penasaran yang kerap kali mendatangi mereka, untuk minta bantuan menyelesaikan urusannya di dunia. Dan bukan hanya itu, di cerita ini juga ada kisah percintaan anak sekolah yang manis, dan anak geng motor yang di ketua oleh Arka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tatatu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arka marah
"Anj*ng. Si Gio cari mati sih, ngapain ke sini bawa cewek segala." Ucap Febian.
"Waah gawat Bang, pasti bang Gio habis sama Bang Arka." Timpa Arvin dengan santai sambil meraih satu toples keripik kentang yang berada di atas meja.
"Wah iya. Si bos kalau marah itu serem banget anjir kaya harimau"
Farell yang mendengar kekhawatiran teman-temannya seketika tersenyum miring. Pria itu memasukan ponselnya ke dalam saku jaketnya.
"Biarin m*ti aja sekalian si Gio di tangan Arka." Ucap Farell dengan santai tidak ada kekhawatiran seperti teman-temannya.
Mereka semua terkejut mendengar ucapan Farell. Yang benar saja, Farell malah menginginkan Gio m*ti di tangan Arka?,
"Cek. Kalau Gio mati di tangan Arka, yang ada si bos di amuk sepupunya, Keyla. Si bos juga masih muda, kasian banget kalau mendekam di penjara." Gama malam menanggapi serius ucapan Farell.
"Kita tunggu saja apa yang akan terjadi"
"Ya benar, kita liat apa yang akan si bos lakukan, tapi kalau si bos udah kelewatan baru kita bertindak."
Mereka semua mengangguk setuju.
"Tapi gue setuju sama bang Farell, biarin aja Bang Gio di amuk, siapa suruh bawa cewek ke sini." Ujar Arvin dengan mata julid, tak suka Gio membawa perempuan ke basecamp
Dan sebenarnya mereka juga tidak suka basecamp yang merupakan privasi Anggita Scary Tiger harus di datangi oleh orang asing.
"Si Gio udah gue bilangin jangan bawa pacarnya yang lain ke basecamp, tapi dia batu susah di kasih tau" Elvin gram sendiri jadinya karena Elvin tidak mau ada keributan di basecamp ini.
Sebenarnya Basecamp mereka ini sedikit jauh dari pemukiman warga, jadi apapun yang akan mereka lakukan tidak akan mengganggu ketenangan warga. Halamannya luas dan juga ada gerbang besar yang mengelilingi basecamp, sementara bagian gerbang di depan ada penjaganya yaitu satpam, terkadang juga anak Scary Tiger ikut menjaga gerbang.
Sudah di jelaskan dari awal, jika Scary Tiger di musuhi beberapa geng lainnya, jadi basecamp harus ada yang menjaga. Karena dulu pernah ke jadian, mereka lalai menjaga basecamp, sampai ada geng lain yang masuk ke basecamp, merusak semua yang ada di dalamnya. Jadi sekarang mereka tidak mau kecolongan lagi.
"Kita hitung ayo. Seru nih kalau ada ribut-ribut, udah lama gue nggak liat si bos ngamuk" Berbeda dengan Elvin yang tidak mau ada keributan, Gama justru menginginkan keributan itu.
Tidak di sangka-sangka mereka semua mengangguk setuju untuk menghitung, kecuali Farell dan Elvin.
"Satu."
Mereka mulai menghitung sambil menatap ke arah pintu dapur.
"Dua"
"Tiii---gaa"
"Bangsat lu Gio"
Buk.
"Anjiiinnhg"
"Jancook, kaget gue"
"Naaah mampus." Gumam Farell sambil tersenyum miring menatap seseorang tersungkur ke lantai.
Semua yang ada di sana langsung bangkit dari duduk dengan wajah-wajah terkejut.
Arka dari dapur menyeret Gio ke ruang utama Basecamp sampai tubuh Gio tersungkur.
Gio meringis kesakitan. Tatapannya tajam menatap Arka, tidak terima dengan perlakuan Arka kepadanya.
"Maksud lu ap---" Ucapan Gio terhenti ketika dengan tiba-tiba Arka loncat menduduki tubuhnya.
Buk.
"Agggh." Ringis Gio merasakan perutnya yang sakit di duduki Arka.
Buk buk buk
"Siala lu, bisa-bisanya bawa cewek ke markas"
Dengan amarah yang meluap dadanya bergemuruh tatapannya nyalang menatap cowok yang berada di bawahnya, Arka m*mukuli Gio memb*bii buta.
Bugh.
"ARGHH. Ampun KA gue----gue b-bisa jelasin"
Gio berusaha menghalangi wajahnya agar tidak terkenal pukulan Arka.
Sementara yang lainnya hanya menyaksikan dengan wajah yang masih terkejut.
"BACOT, GUE NGGAK BUTUH PENJELASAN LU, GIO." Gram Arka tidak ingin mendengar satupun penjelasan dari Gio.
Buk buk.
Cowok itu kembali memukul Gio tanpa ampun.
Mereka semua panik melihat Arka yang terus memukuli Gio.
Mereka segera mendekati dua cowok yang sedang berkelahi.
Sementara itu di ambang pintu dapur, ada seorang gadis yang tengah berdiri, badannya gemetar dan matanya merah karena menangis.
"Anjirr Arka udah."
"Bos udah bos, bisa mati si Gio boss"
Febian dan Gama berusaha menghentikan Arka, menarik tubuh Arka dari atas Gio.
"Lepasin gue, bajingan tengik ini harus m*ti." Ucap Arka memberontak kala Febian dan Gama menarik tangannya.
"LEPAS BANGSAT!"
Dengan kekuatan penuh Arka mendorong Febian dan Gama sampai keduanya hampir tersungkur jika saja tidak di tangan anggota lainnya
Ya, seperti ini jika Arka sudah marah, cowok itu akan sulit mengendalikan emosinya, Arka seperti kesetanan sekarang.
Arka kembali memukuli Gio bertubi-tubi. Sementara mereka semua kini hanya menatap tidak berani memisahkan.
Buk buk.
"BERANI LO SELINGKUHI KEYLA"
Ya, Gio merupakan kekasihnya Keyla, dan dengan teganya cowok itu malam berselingkuh.
"Aghhh. Gue b-bisa jelasin Ar... Aagh"
"Wooy jangan diem aja, si Gio bisa mati cepat pisahkan mereka" Panik Febian apa lagi saat melihat Gio yang sudah lemah.
Mereka saling menatap dengan wajah sama-sama takut.
Sebenarnya bukan kali ini saja Gio membawa perempuan itu ke basecamp. Tapi jika Arka baru mengetahuinya sekarang, karena anggota Scary Tiger tidak ada yang berbicara kepada Arka mereka ingin Arka sendiri yang melihatnya langsung. Karena mereka takut Arka tidak percaya.
"Basecamp gue ini bukan tempat berzina bangsat. Kalau mau berzina jangan di Basecamp gue" Gram Arka sambil terus memukuli Gio yang sudah tidak berdaya, bahkan cowok itu sudah pingsan, tapi nampaknya Arka masih belum puas.
"Bos, udah Bos lu bisa Bun*h tuh cowok bagaimanapun si Gio teman kita" Gama berusaha membujuk Arka agar berhenti memukuli Gio.
"Iya Ka, udah cukup." Relay yang lainnya.
"Bang udah bang." Panik Arvin yang sedari tadi bersembunyi di belakang tubuh Farell, ya karena cowok itu ketakutan.
"GUE NGGAK PERDULI, MATI AJA SEKALIAN BIAR KEYLA TERLEPAS DARI COWOK BRENGSEK INI"
Jika soal Keyla, Arka tidak akan tinggal diam. Arka menyayangi Keyla sebagai sepupunya walaupun mereka sering bertengkar tapi sebenarnya mereka saling menyayangi seperti adik kakak.
"Gio." Lirih cewek itu sambil menangis menatap Gio iba.
Gladis nama cewek itu, menatap nanar Gio yang di pukuli Arka. Gladis terus menangis menatap kekasihnya di pukuli sedemikian, namun tidak ada satupun yang berani menghentikan Arka.
Farell menghela nafas kasar. Rasanya sudah cukup melihat pertunjukan ini, Farell puas melihat Gio tidak sadarkan diri.
"Udah Arka, lu mau b*nuh dia dan di penjara se umur hidup." Ucapan dingin itu langsung menghentikan pukulan Arka.
Nafas Arka tersengal-sengal keringat membasahi tubuhnya, jantungnya berdetak kencang, wajah dan matanya memerah, pertanda cowok itu benar-benar sedang marah, menatap Gio nyalang yang sudah tidak sadarkan diri di bawahnya.
Melihat Arka yang sudah berhenti, Febian dengan segera mendekati dan menarik Arka dari atas tubuhnya Gio.
"Udah KA"
Mereka semua menatap iba Gio. Wajah cowok itu babak belur bahkan hidungnya mengeluarkan darah.
"Gio." Teriak Gladis sambil berlari mendekati Gio.
Gladis duduk di sisi tubuh Gio. "Gio bangunan hiks."
Gladis benar-benar khawatir dengan keadaan kekasihnya.
Gladis menatap mereka semua dengan berurai air mata, tapi mereka nampak acuh saja tidak perduli dengan cewek itu.
"Kenapa kalian diam saja? Tolong Gio, hiks." Teriak Gladis dengan suaranya yang gemetar.
Baru kali ini Gladis melihat cowok se kejam Arka. Dengan tega memukuli temannya sendiri.
Mereka semua saling pandang. Sebenarnya tidak berani jika bukan Arka yang mengizinkan mereka untuk mendekati Gio.
"Dan Lo" Gladis menatap nyalang Arka.
"Gue akan laporin lu ke polisi." Teriaknya.
Mereka semua langsung terkejut dengan ucapan Gladis, kecuali Arka sendiri. Cowok itu malah tersenyum miring tanpa berdosa. Tidak menyesal sama sekali karena sudah membuat Gio tepar, walaupun Gio adalah temannya.
"Gue nggak perduli, cewek mrhan"
"GUE BUKAN CEWEK MURAHAN." Gladis tidak terima di Katai cewek murahan.
"Cih" Arka berdecih, jika bukan murahan lantas apa?. Malu-malu saja di jadikan selingkuhan.
"Lu udah tau kalau Gio itu pacar sepupu Arka. Tapi lu mau aja berhubungan dengan si bangsat itu? Kalau bukan murahan lantai apa, disgusting." Comoh Farell.
Ya, yang bicara itu adalah Farell si cowok dingin jarang bicara, sekalinya bicara menusuk jantung.
Gladis menelan kasar ludahnya, menatap ke arah Farell, sementara Farell menatapnya dengan tatapan jijik.
"BERISIK LO SIALAN." Teriak Gladis dengan berurai air mata.
Ya, Gladis memang tau jika Gio adalah kekasihnya Keyla, tapi Gladis tidak perduli, karena dirinya mencintai Gio.
Sudah lama Gladis mengagumi Gio dan ada kesempatan untuknya menjadi pacar Gio walaupun hanya menjadi selingkuhan saja. Gladis tidak perduli yang terpenting Gio sudah menjadi miliknya.
Entah alasan apa sampai membuat Gio selingkuh di belakang Keyla, bahkan Arka sendiri tidak percaya dengan ini semua. Mungkin jika tidak melihatnya sendiri, Arka tidak akan pernah percaya.
"Sejak kapan kalian menjalin hubungan menjijikan ini, haah?" Tanya Arka masih menatap nyalang Gladis.
"Udah Ar, lebih baik kita bawa Gio ke rumah sakit." Usul Gama hati-hati takut membuat singa yang ada di tubuh Arka kembali mengamuk.
Arka menghela nafas kasar, mengusap wajahnya gusar. Sebenarnya Arka tidak perduli dengan ke adaan Gio, rasanya Arka puas sekali memukuli cowok brengsek itu.
Tring-tring.
Tiba-tiba ponsel Arka berdering, cowok itu segera merogok saku jaket kulitnya mengambil ponselnya, lalu melihat siapa yang menelponnya.
Kening Arka mengerut. "Bi Keti, ngapain telpon " Batin Arka. l
Dan menerima sambungan telpon itu.
"Hallo bi ada apa?"
[Hallo den Arka. Tolong den, non Keyla pingsan]
Mata Arka membulat terkejut.
"Apa kenapa bisa bi?" Arka nampak khawatir.
Mengapa bisa Keyla pingsan? Apa yang terjadi kepada sepupunya? sebelum berangkat ke basecamp Keyla baik-baik saja.
Mereka semua langsung menatap Arka dengan wajah penasaran.
[Bibi juga nggak tau den. Saat bibi mau ke dapur ambil minum, bibi liat non Keyla pingsan di lantai]. Jelas Bi Keti terdengar khawatir.
Arka menghela nafas. "Oke bi, saya pulang sekarang" Arka mengakhiri sambungan telponnya.
"Urus dia, gue pulang"
Setelah mengatakan itu Arka segera berjalan.
"SIALAN LU ARKA, GUE AKAN LAPORIN LU KE POLISI." Teriak Gladis.
"Ngebacot aja lu. Arka nggak akan pukuli si Gio kalau tuh cowok gak bikin masalah." Ujar Febian gram juga.
Rasanya sudah tidak ada teroransi untuk Gio. Mereka terlalu kecewa, sudah memperingati Gio tapi cowok itu seolah tuli tetap menjalin hubungan dengan cewek lain.
"Guys bawa si kutu kupret ke mobil gue. Sementara lu Feb, Rel ikut gue ke rumah sakit urus si Gio." Ucap Gama.
Farell menghela nafas kasar. "Gue gak ikut."
Setelah mengatakan itu Farell berjalan menaiki anak tangga meninggalkan mereka semua.
"Gue aja yang ikut Bang. " Arvin menawarkan diri.
"Lu gak usah ikut bocah di sini aja." Gama langsung melarang, Arvin ikut juga tidak akan ngapa-ngapain yang ada merepotkan mereka.
"Ish. Oh iya, jadi yang bayar pizza-nya siapa kalau lu nggak ada di Basecamp, sebentar lagi pizza-nya datang"
"Bodo amat gue gak perduli, bayat sendiri"
Arvin menaikan sebelah alisnya. "Oh gitu, oke nanti gue kasih tau kak Bunga kalau---".
"Aah, bacot aja lu" potong Gama sebal, merogok saku celana panjangnya mengeluarkan sebuah dompet di sana.
Arvin yang melihat itu langsung tersenyum lebar.
Nama kakaknya memang ampuh untuk menjinakkan Gama.
"Niih." Dengan tidak ikhlas Gama memberikan beberapa uang kepada Arvin, dan dengan senang hati Arvin menerimanya.
"Elvin, Bram kalian ikut kita ke rumah sakit".
"Oke siapp"
****
"Keyla." Arka membuka kamar Keyla.
Bi Keti yang sedang menutup jendela langsung melihat ke arah Arka.
"Den Arka ." Setelah menutup jendela Bi Keti berjalan mendekati Arka.
"Den bagaimana ini? Non Keyla belum sadar juga." Khawatir Bi Keti sambil menatap Keyla yang terbaring lemah di atas kasurnya.