Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Satu
Sementara Kala di kamarnya, dia masih sangat bingung mendengar penuturan Anin, kalau Anin hamil. Dia tak bisa membayangkan jika Anin benar-benar hamil. Yang dia inginkan adalah anak dari dirinya dan Sandra. Karena Sandra yang dia cintai, dia berpikir Sandra lah yang pantas hamil dengan dia, bukan Anin. Walaupun Anin istri sahnya.
Anin bersiap-siap untuk makan malam dengan Bima dan istrinya. Dia memakai dress lengan pendek berwarna tosca, dengan rambut di biarkan tergerai rapi. Anin memakai heels berwarna coklat muda. Kala dengan stelan casualnya membuat pria itu menjadi tampan sekali.
"Sudah siap, Anin?" tanya Kala.
"Sudah, ayo berangkat," ajak Anin.
Kala menggandeng tangan Anin menuju ke mobil. Kala mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil memerhatikan istrinya yang dari tadi hanya diam saja. Kala sesekali melirik istrinya yang dari tadi sedikit-sedikit mencuri pandang pada Kala.
Anin manatap wajah suaminya yang sangat tampan itu. Anin memang sudah mencintai suaminya, sangat mencintainya. Bagaimana tidak mencintai, Kala selalu bisa membuat Anin merasakan indahnya dunia saat bersama. Tapi tidak untuk Kala, hatinya sudah benar-benar ia tutup rapat untuk wanita lain, walaupun itu untuk Anin, istrinya.
Dia menutup hatinya, demi Sandra, dia masih belum rela jika Sandra keluar dari hatinya.
"Kala, sampai kapan kamu akan terus begini, mengharap Sandra kembali, sementara ada aku yang selalu menemani, selalu melayanimu, aku istrimu, Kala, bukan wanita untuk pemuas nafsu kamu saja," gumam Anin.
Demi Tuhan, hati Anin benar-benar sakit, hati Anin benar-benar hancur. Dia hamil, tapi suaminya tidak menginginkannya.
Kala memerhatikan istrinya yang dari tadi murung seperti memikirkan sesuatu. Kala melihat Anin mengusap sudut matanya berkali-kali.
"Anin, kamu baik-baik saja?" tanya Kala.
"Iya, kenapa, Kala?" Anin balik bertanya pada Kala.
"Kamu menangis?" tanya Kala lagi.
"Tidak," jawabnya.
"Jangan bohong," ucap Kala.
"Tidak, Kala," jawab Anin.
"Kamu benar hamil?" tanya Kala.
"Memang kalau aku hamil kenapa?" Anin balik bertanya pada Kala.
"Aku belum siap saja," ucap Kala.
"Kamu bisa jadi papah untuk Dava, tapi kenapa aku hamil kamu belum siap?" tanya Anin lagi.
"Aku tidak mencintaimu, Anin. Aku tidak bisa kalau kamu hamil," ucap Kala.
"Kala, aku tau kamu tidak mencintaiku, tapi kamu sudah berkali-kali melakukan itu denganku, aku istrimu, Kala. Bukan selingkuhan atau kekasihmu, aku istri sahmu! Kalau aku hamil, kamu tidak siap, sama saja aku berhubungan dengan milik orang lain, Kala," ucpa Anin.
"Anin, aku tahu, kamu istri sah ku, tapi aku belum siap kamu hamil, karena aku tidak bisa mencintaimu," ucap Kala.
"Sudah jangan bahas ini, Kala, kita jalani saja pernikahan tanpa cinta ini, entah ujungnya samapai mana. Dan, aku tidak hamil," ucap Anin.
"Iya, maafkan aku, Anin,"ucap Kala
"Iya," jawab Anin.
"Ternyata menumbuhkan rasa cinta kamu untuk ku sulit, Kala. Walaupun kita sering bersama. Dan ternyata, pepatah juga tidak menjamin. Ada pepatah Jawa yang bilang, Witing tresno, jalaran Soko kulino. Iya, cinta akan hadir karena terbiasa. Terbiasa bersama, terbiasa saling berkomunikasi, apalagi terbiasa melakukan hubungan intim. Tapi, itu tidak berlaku untuk Kala. Apa memang nasibku seperti ini, Tuhan?" gumam Anin dalam hati.
Anin dan Kala sudah sampai di restoran yang Bima beritahukan. Mereka masuk ke dalam, Kala menggandeng tangan istrinya, mereka menuju ke meja yang sudah di beritahukan Bima.
Bima terlihat duduk sendiri di meja itu. Anin melambaikan tangannya pada Bima lalu berjalan mendekatinya.
"Hai, Bim. Apa kabar?" tanya Anin yang sudah berada di depan Bima
"Baik, Anin. Hai, Tuan Kala, bagaimana kabarnya?" tanya Bima.
"Baik, jangan panggil tuan, kita sama-sama satu umuran, panggil saja, Kala," ucap Kala.
"Oke, baik, kamu juga harus memanggil aku Bima. Silahkan duduk, Kala, Anin." Bima mempersilahkan mereka duduk.
"Terima kasih, Bim," jawab mereka.
"Mana istrimu?" tanya Anin.
"Sedang ke toilet, maklum bawaan baby, dia sedang ngidam dan masih sering mual-mual. Ternyata pulang honeymoon dia hamil," ucap Bima
"Wah, selamat, Bim. Akhirnya istrimu hamil lagi," ucap Anin.
"Iya, Anin. Aku benar-benar ekstra menjaga dia. Bahkan pekerjaan kantor aku bawa pulang semua, demi menjaga dia," tutur Bima.
"Bahagianya," ucap Anin.
"Andaikan Kala seperti itu, aku bicara kalau aku hamil saja dia tidak suka, apalagi dia sampai tau, aku hamil beneran," gumam Anin dalam hati.
"Anin ... Anin? Kok diam? Aku bertanya lho." Bima mengagetkan Anin.
"Ah, iya, Bim. Gimana?"tanya Anin.
"Itu, Anin. Bima tanya kamu sudah hamil belum," ucap Kala.
"Oh, aku belum hamil, Bim,"ucap Anin gugup.
"Yang sabar, nanti juga kamu hamil. Kamu tau Vino kan?" tanya Bima
"Iya lah tau," ucap Anin.
"Istrinya juga belum hamil, padahal menikah sudah lama," ucap Bima.
"Oh, Anya?" tanya Anin.
"Kamu tau , Anya?" tanya Bima.
"Kemarin aku sempat bertemu mereka, kan aku sudah cerita, Bim," ucap Anin.
"Oh, iya aku lupa," ucap Bima.
"Istrimu lama sekali, Bim?" tanya Anin.
"Ah, itu dia istri yang cantik," ucap Bima.
Seorang wanita mengahampiri Bima ke mejanya. Wanita berparas ayu dan sexy itu adalah istri Bima. Dia sangat mencintai Bima, walaupun Bima duku selalu menyiksanya.
"Sini sayang, kenalkan ini, Anin dan ini Kal ....” Bima belum selesai berbicara, Anin dan Kala menatap istri Bima dengan tatapan tidak percaya.
"Sa—Sandra?" ucap Kala dan Anin.
"Anin, Kala? Jadi ini teman kamu, Mas?" tanya Sandra Bima.
"Iya, sayang, Anin temanku, dan itu Kala, suaminya," ucap Bima.
"Kamu kenal, Sayang?" tanya Bima.
"Sandra, kamu istri Bima? Dan kamu yang sering menyiksa Sandra, hah!" Geram Kala dengan mengepalkan tangannya.
"Kenapa kamu marah, Kala?" tanya Bima.
"Kala, jangan seperti ini," ucap Anin.
"Anin, dia yang menyiksa Sandra, orang yang sangat aku cintai hingga detik ini, kamu tau, kan?" Geram Kala.
"Kala, sadar, ini di tempat umum," lerai Anin.
"Diam, Anin!" Kala mengacungkan jari telunjuknya di depan Anin.
"Maksud kalian apa, ini?" Bima bingung.
"Sayang, Kala mantan ku. Di—dia yang mengambil mahkotaku sebelum kamu, dia yang membuat kamu membenciku, tapi percayalah, sedikit pun aku sudah tak mencintainya, Bim. Aku hanya mencintaimu," ucap Sandra dengan meneteskan air matanya.
"Jangan menangis, sayang. Aku percaya kamu." ucap Bima pada Sandra.
"Aku ingin pulang, sayang," ucap Sandra.
"Iya, kita pulang, sudah jangan menangis." Bima menenangakan Sandra ke dalam pelukannya.
"Lepaskan Sandra!" bentak Kala.
"Hai bro! Sadar, dia istriku, dan lihat siapa di sampingmu, Anin sahabatku dia istrimu. Kamu tidak sadar ada istrimu?!" Bentak Bima.
"Iya Anin istriku, tapi aku tidak mencintainya, aku hanya mencintai Sandra, lepaskan dia!" bentak Kala lagi.
Runtuh sudah hati Anin, dia terduduk lemas, tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Anin memucat, dia hanya menangis mendengar Kala dan Bima berdebat.
"Cukup! Kita selesaikan di depan, ini di restoran, kalian jangan seperti orang yang tidak mempunyai pendidikan! Kala, Bima, Sandra. Kita keluar dari sini!" Titah Anin dengan penuh amarah.
Mereka pergi dari restoran, makan malam yang di rencanakan seindah mungkin, malah menajadi masalah baru untuk mereka.
"Sandra, please, aku masih mencintaimu, kita mulai dari awal, Sandra. Kita kembali seperti dulu lagi, Sandra." Kala memegang tangan Sandra, dia memohon pada Sandra.
"Kala, apa kamu tidak malu? Aku sudah menjadi istri orang, kamu sudah menjadi suami orang, di depan istrimu dan di depan suamiku yang sangat aku cintai, kamu berani memintaku untuk seperti dulu? Kamu laki-laki bodoh, Kala. Lihat istrimu, dia mencintaimu, Kala." tutur Sandra.
"Aku tidak mencintainya, kami menikah karena keluargaku ingin berbalas budi dengan keluarga Anin. Aku tidak mencintainya, hanya kamu, Sandra. Wanita yang aku cintai." Kala memohon dengan berlutut di kaki Sandra.
"Brengsek!" umpat Bima sambil melayangkan tinju pada Kala.
"Ini bukan karena kamu bilang kamu mencintai istriku. Iya, aku marah kamu bilang kamu mencintai istriku, ini adalah untuk Anin, yang kamu sakiti dengan kata-katamu!" Geram Bima.
Dia masih melayangkan tinju pada Kala, Kala tidak membalasnya.
"Cukup, Bima, hentikan!" teriak Anin, dia berlari menghampiri Kala dan memeluknya.
"Jangan sakiti suamiku, Bim. Cukup Bim, cukup." Isak Anin dengan suara melemah.
"Dia pantas mendapatkan ini, Anin. Laki-laki yang tidak menjaga hati istri," ucap Kala.
"Apa kamu tidak pernah menyakiti hati istrimu, Bima? Kamu bisa berbicara kalau aku tidak bisa menjaga hati Anin. Aku menjaganya, aku tidak menyakitinya, aku memang tidak mencintainya. Karena aku masih mencintai istrimu, Bim," ucap Kala.
"Kamu laki-laki bodoh, Kala." Bima dan Sandra pergi meninggalkan Kala, setelah puas meninju wajah Kala.
Anin hanya diam, merasakan sesak di dadaya. Dia tak bisa berkata apa-apa, dia mengajak Kala pulang. Kala masih tersungkur di bawah, Anin mencoba memapah dia ke mobil.
"Sini kunci mobilnya, biar aku yang menyetir," pinta Anin.
Tanpa bicara apa-apa, Kala memberikan kunci mobil pada Anin. Anin melajukan mobilnya menuju ke rumahnya. Mereka hanya diam saja, tak bicara apa-apa. Hati Anin masih sangat sakit, dia mencoba menepis rasa sakit itu. Dia tak ingin membuat anak yang ada di dalam kandungannya ikut sedih.
"Maafkan mamah, Nak. Mamah bisa bertahan karena mamah mencintai, papahmu. Demi Tuhan, aku mencintai lelaki yang ada di sampingku ini, dia hidupku, bukakan pintu hatinya, agar dia bisa menerima aku dan anak yang ada di dalam kandunganku. Kuatkan aku, Tuhan," gumam Anin sambil menyetir mobilnya.
semangat