Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kawin Kontrak
Dante datang tengah malam ke kamar Jeslin. Segala persiapan sudah dilakukan bibi Ina, untuk membuat Jeslin tampak cantik. Tidak mengenakan baju kumel lagi. Namun, saat mafia itu membuka pintu. Jeslin langsung mundur berapa langkah. Wanita yang telah memakai baju transparan itu, hanya bisa pasrah menjadi korban selanjutnya, untuk menghibur mafia kelas kakap itu.
Diiringi dengan rombongan bodyguard masuk kamar. Dante mengangkat tangan kanannya, meminta para bodyguard dan bawahannya untuk segera pergi dari situ. Keduanya akan menyelesaikan malam hangat ini, berdua didalam kamar saat itu.
"Pergiiiiii ...," seru Dante dengan wajah beringasnya, meminta angkat kaki dari kamar semuanya, hanya boleh tersisa dirinya dan Jeslin saat itu.
Para bodyguard dan bawahan pun angkat kaki dari kamar. Setelah mereka pergi dari kamar itu. Dante langsung menutup pintu dengan menggunakan remot. Hanya pria itu yang tahu sandi membuka pintu itu. Siapa pun yang masuk kedalamnya, harus lebih dulu ijin kepada Dante.
Dante memandang wanita itu dari atas sampai bawah. Dante gagal fokus matanya tak bisa berkedip, saat melihat lingerie yang dikenakan oleh wanita itu sangat transparan. Dante terpesona dengan penampilan yang seksi dan bodyguard itu.
"Wah penampilan kamu sangat indah. Badan kamu begitu bagus." Dante langsung mendekat dan mengelus punggung wanita itu.
Jeslin ketakutan dan menepis pundaknya, dirinya tak mau dielus oleh pria itu. Sehingga Jeslin memilih untuk menghindar saat itu. Dirinya tidak terima dengan semua perlakukan Dante padanya. Berani sekali menyentuh dirinya saat itu. Sehingga Jeslin sangat polos ingin meluapkan semua rasa amarahnya saat itu.
"Aku ingin meluapkan semua rasa amarah ini padanya. Tapi apalah daya aku! Sulit sekali untuk keluar dari rumah ini. Aku telah trauma menyaksikan kedua Orang tuaku dibunuh olehnya. Aku tidak mau nyawaku, menjadi korban dia selanjutnya," gumam Jeslin didalam hati.
Dante tak suka dengan namanya sebuah penolakan. Pria itu langsung menekan tangan Jeslin dengan kuat saat itu. Sehingga membuat wanita itu semakin kesakitan. Hampir saja dia membunuh wanita itu, namun emosinya dicoba ditahan olehnya. Dante akan lebih dulu menyiksa Jeslin, sebagai rasa dendamnya kepada Orang tua Jeslin. Dante ingin menyaksikan seumur hidup Jeslin tidak bahagia.
"Berani kamu melawan aku! Okey, aku akan buat kamu menderita malam ini. Aku akan ambil semua yang berharga. Jangan menyesal kalau harga dirimu itu, tidak bisa kembali seperti awal." Jiwa beringas dan kejam pria itu semakin keluar meronta-ronta.
Jeslin ketakutan wajahnya sangat merah. Tidak ingin menjadi korban tragis. Jeslin tak ingin hancur dengan hidupnya. Wanita itu mencoba mempertahankan mahkota miliknya. Tak boleh ada siapa pun yang merenggut, termasuk Dante.
"Tolong lepaskan, aku! Kamu sudah bahagia membunuh Orang tuaku. Mengapa kamu tidak memberikan kebebasan kepadaku," seru wanita itu memohon untuk dilepaskan dari rumah Dante.
"Tidak semudah itu! Kamu tidak akan pernah lepas dari kurungan ini. Ketika kita sudah menikah, kamu harus mendekam didalam rumah ini." Cara Dante membuat wanita itu semakin hancur.
Wanita itu terdiam merenungkan nasib nya, menjadi korban dari keserakahan Orang tuanya selama ini. Andai saja Orang tuanya tidak melakukan pengelapan uang tersebut, mungkin Jeslin masih akan berkumpul dengan keluarga cemaranya.
"Tenang saja kamu tidak akan tersiksa. Asal kamu mengikuti semua kemauan aku" Dante menginginkan sesuatu hal dari wanita itu.
Sejak dulu Dante menginginkan mempunyai keturunan. Hanya ingin mempunyai anak dengan perkawinan kontrak saja. Selama ini Dante belum bisa membawa wanita ke rumah itu, untuk disewa rahimnya selama berapa tahun. Demi Dante bisa mendapatkan keturunan. Selama ini wanita yang dekat dengannya, hanya wanita penghibur. Dante belum pernah menemukan wanita polos dan diinginkan Dante wanita yang belum pernah menyentuh dunia malam.
Jeslin heran dengan perkataan pria itu. Jeslin tak mengerti apa maksud dari semua kata-kata ini. Jeslin bingung apa yang diinginkan Dante saat ini.
"Katakan! Apa yang kamu inginkan dari aku???" tanya Jeslin kepada Dante, penasaran dengan pria beringas itu.
"Tenang saja. Aku hanya ingin kamu memberikan keturunan kepadaku," jawab pria itu dengan santai.
Sontak saja Jeslin kaget dengan pernyataan pria itu. Bagaimana mungkin dirinya bisa memberikan anak untuk pria itu. Sedangkan Orang tuanya, menjadi korban dibunuh oleh pria itu. Jeslin tidak ingin mempunyai anak, dari seorang mafia. Jeslin juga tak ingin mempunyai anak, jika ayah anaknya nanti dicap sebagai pembunuh Orang tuanya.
Bagaimana bisa dia bisa memberikan keturunan. Untuk seseorang yang sudah membunuh kedua Orang tuanya. Hal itu tidak akan dilakukan oleh Jeslin. Sampai kapan pun, wanita itu tidak akan pernah menuruti keinginan mafia beringas itu.
"Tidak ... tak mau aku punya anak, jika suatu saat anakku dicap, ayahnya seorang pembunuh kakak dan nenek mereka," jawab jeslin menolak persyaratan pria itu.
"Terserah! Hanya ada dua pilihan. Hidupmu berakhir hari ini atau kamu memenuhi semua persyaratan aku. Gampang saja aku tidak akan pernah menyusahkan Orang lain," seru pria itu dengan lirikan tajam. Matanya begitu lebar memandang Jeslin dengan nanar. Berharap wanita itu mengabulkan semua keinginannya.
"Hei. Mau sampai kapan sih, kamu menyiksa Orang lain? Kamu bahagia dengan jati diri kamu, dianggap kejam, tidak punya akhlak, tegas dan jahat?" tanya Jeslin berurai air mata saat itu.
Dante langsung menarik rambut wanita itu. Dante tidak segan-segan langsung menjambak rambut wanita itu. Pria itu meminta Jeslin, untuk tidak memberikan nasehat padanya. Tahu apa wanita itu tentang hidupnya.
"Sakit! Tolong lepaskan aku!" lirih wanita itu berteriak.
"Kamu berteriak pun tidak akan ada yang menolong kamu. Karena tempat ini sudah memakai pengedap suara," seru Dante memandang Jeslin dengan tatapan sinis.
Akhirnya Jeslin tak berteriak. Dante langsung melepaskan jambakan itu. Dante menatap wanita itu lagi, meminta wanita itu untuk tidak melawan kepadanya.
"Jangan melawan lagi. Aku tidak akan menyiksamu. Jika kamu tidak berteriak, aku tidak suka ketika kamu melawan aku. Kamu harus tunduk kepadaku!" kata pria itu kepada Jeslin.
"Baik. Saya tidak akan berteriak."
"Bagaimana? Kamu mau menuruti semua perkataan saya?" tanya Dante lagi dengan penuh penekanan.
"Tidak ada pilihan lagi. Saya menerima persyaratan itu. Saya tidak mau hidup saya berakhir pada hari ini," jawab Jeslin banjir air mata saat itu.
Dante bahagia akhirnya wanita itu menerima semua tawarannya. Dante merasa yakin tidak ada penolakan dari wanita itu. Karena ancaman yang diberikan oleh pria itu bukan main-main. Jeslin tak ada pilihan, tidak ingin mengakhiri hidupnya dengan sia-sia. Demi harapan untuk hidup, wanita itu bersedia untuk memberikan keturunan kepada Dante.