Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lift
Leon yang menatap Hana lalu memungut ponsel Hana yang tergeletak dilantai lift, dan melihat layarnya masih tersambung panggilan.
"Aku tidak suka ini" ucap Leon lalu mematikan sambungan telfon nya itu.
"Apa??" Hana mengernyit kan dahinya lalu mengambil paksa ponsel nya dari tangan Leon.
"Barusan, kau yang menghentikan lift nya?" Tunjuk Hana pada tombol dekat lift.
"Itu saat aku sedang marah" jawab Leon yang Hana tidak mengerti maksud nya.
"Kau tidak tau? Memencet tombol itu bahaya, kita bisa mati!!" Kesal Hana yang nada nya meninggi.
"Tapi tidak kan??" Jawab santai Leon.
"Jantungku, tidak baik-baik saja!!" Cecar Hana yang menuju tombol lift memencet pertolongan, namun tidak ada yang menjawab.
"Apa ada orang?? Aku terjebak lift, lantai 4!!" Ucap Hana yang berbicara pada speaker namun tidak ada jawaban.
Hana mengerti ini adalah ulahnya, sengaja membuat lift ini berhenti, tapi untuk apa??
"Kau sengaja??" Cecar Hana yang menyenggol lengan Leon.
"Aku bilang aku sedang marah" terang Leon yang menatap Hana.
"Karena apa?!" Tak habis pikir Hana yang berdiri tak jauh dari Leon.
"Jauhi Jey, aku ingin kau tidak menemuinya" pungkas Leon.
"Apa karena itu?? Sampai berbuat begini??" Tanya Hana.
Belum menjawab tiba-tiba suara pintu lift di buka paksa dari luar. Karena lift berhenti tidak tepat jadi hanya celah setengah berada dilantai 4, dan terlihatlah wajah tak asing yang membukanya dengan kekuatan nya. Ialah Jey, Hana yang melihatnya terkagum, entah ekspresi kekagumannya itu tidak disukai oleh Leon.
Tanpa aba-aba Leon menarik pergelangan tangan Hana dan meraih tengkuknya dan menempelkan bibir tipis nya itu di bibir Hana.
Mata Hana melebar seketika, namun tidak dengan Leon yang bahkan menutup mata sipitnya.
Dengan sengaja melakukan hal tiba-tiba itu didepan Jey, bahkan Jey menggertakkan giginya melihat pemandangan itu.
Hanya diam dan berkedip beberapa kali, wajahnya begitu dekat, bahkan bibir tipisnya menyentuh lembut bibirnya. Leon melepas kecupan itu dan melihat ekspresi Hana yang kesal, kaget, dan tak percaya yang ia rasakan campur jadi satu.
Jey pun turun dalam lift hingga menimbulkan suara dentuman kencang.
Bang
"Jauhkan tangan kotor mu darinya" peringat Jey yang kesal.
Leon menoleh ke Jey seperti mengejek.
"Seharusnya kau yang jaga batasan" jawab Leon yang masih memegang pergelangan tangan Hana.
Rasa kesal Jey belum reda ia pun melayangkan tinjunya ke arah Leon, reflek pun Leon menghindar, begitu juga dengan Hana yang terkejut dan memundurkan tubuh nya ke sisi lift tangannya reflek menutup mulutnya melihat pertengkaran hebat diantara mereka.
Badan Jey lebih besar karena otot nya, namun Leon badan lebih kurus dan lebih lincah gerakkannya, bahkan Leon banyak menghindari pukulan dan memberi pelajaran cerdas.
Tidak dengan Jey yang bertubi-tubi memukul lawannya.
Bugh
Satu pukulan mengenai tubuh Jey, tak henti disitu bahkan sampai lift bergoyang karena mereka.
"Kalian.. Berhentilah" pekik Hana yang khawatir dengan mereka berdua.
Pintu lift tertutup, dan membawa mereka ke lantai 1.
Bugh
Jey mengenai bogemnya ke arah pipi Leon membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah. Dari situ Jey menghentikan pukulannya dengan keadaan nafas terengah-engah keduanya.
Leon merasakan darah segar di sudut bibirnya, membuat nya menarik sudut bibirnya itu membentuk smirk menakutkan.
"Jangan menyentuhnya" peringatan Jey yang kesal.
"Aku tidak bertengkar dengan anak kecil" remeh Leon yang memasukkan kedua tangannya ke saku nya.
"Apa?" Kesal Jey yang ingin melangkah mendekat.
"Jangan Jey, sudah dilantai 1" gubris Hana mengingat kan.
"Dan kau harus minta maaf, dia juga kakak mu" lanjut Hana.
"Kenapa harus aku??" Jawab Jey melihat ke Hana, ia terdiam sejenak sampai pintu lift terbuka tiba dilantai 1, tanpa aba-aba Jey menarik pergelangan Hana untuk keluar dari lift.
"Lepas, sakit" rengek Hana melihat pergelangan tangannya memerah.
Leon yang melihatnya hanya diam yang tepat berdiri membelakangi lift, melihat perlahan Hana di bawa pergi.
Hari ini Leon biarkan karena dia ada urusan di Daegu, ia pun juga pergi menuju mobilnya.
...
Disuatu tempat makan cina mie hitam di daerah daegu, namun itu hanyalah kedok didalamnya terdapat sebuah perjudian ilegal, bahkan transaksi bubuk putih.
Langkah kakinya menuju lantai bawah bukanlah tempat perjudian tersebut. Didalam terdapat beberapa orang telah berkumpul namun ada satu pria dengan wajah babak belur.
Itu Leon yang aslinya adalah pemilik tempat ini, Leon duduk menantikan pria tersebut berbicara.
"Katakan, kemana kan semua uangku??" Tanya Leon.
"Bukan aku!!!" Teriak pria malang tersebut, ia salah satu tersangka yang mengambil uang hasil perjudian yang sangat banyak.
"Aku tidak masalah uang receh itu kau ambil tapi.. Aku benci orang yang tidak jujur, kemana orang yang menadah uang nya??" Jawab Leon.
"Aku tidak tahu apapun!!" Sampai akhir tetap jawaban sama hingga ia tertekan dan melempar botol soju berwarna hijau tepat didekat Leon.
Cwaassss
Pecahan itu tersebar kemana-mana bahkan mengenai pipi mulus Leon, meski hanya seutas garis kecil tapi membuat pipinya berdarah.
Orang suruhannya reflek maju, namun dengan cepat Leon mengangkat tangannya memberi kode stop, orangnya pun diam kembali dalam posisinya.
Jemari Leon meraba pipinya yang terkena pecahan, dan terdapat darah di jarinya karena tergores sedikit itu membuatnya perih.
"Yeaahh.. Aku terluka lagi" tatapan Leon berubah dingin dan menyeramkan dalam sekejap, ia bangkit dari duduknya, orang suruhan nya yang berdiri paham mereka kompak mundur satu langkah.
Sedangkan Leon berjalan maju mendekati pria tersebut yang mulai ketakutan dan panik melihat yang lain bahkan memundurkan langkahnya.
Tepat berada didepan pria tersebut, Leon menjambak rambut pria tersebut membuatnya mendongak.
"Perkataanku tidak mempan, pukulan akan membuatmu berbicara" ucap Leon yang melayangkan tinju diwajah pria tersebut.
Bughh
Hanya satu pukulan pria tersebut sudah pingsan, karena amarah Leon masih kesal karena soal Hana ia tak berhenti memukul pria tersebut.
Bugh.. Bughh...
Bughh..
Pukulan berhenti, hingga membuat kedua punggung tangannya terluka dan memerah.
Leon berdiri dan melihat pria tersebut tak sadarkan diri, bahkan orang nya memberikan handuk padanya, Leon menerima nya sambil berjalan ia mengelap kedua tangannya.
"Kita harus apakan dia??" Tanya pria anak buahnya.
"Lepaskan dia besok pagi" perintah Leon.
"Apa??" Tanya pria tersebut rada bingung.
"Ikuti dia, dia pasti berhubungan dengan yang lain" tutur Leon yang pergi dari lantai bawah.
"Saya mengerti" angguk pria tersebut lalu memberikan rokok pada Leon.
Leon pun keluar dari tempat restoran sambil merokok melihat tempatnya dekat dengan pegunungan. Bahkan tempat makannya itu padat penduduk jadi tidak ada yang memperhatikan nya, bahkan terkesan old style karena rata-rata rumah Hanok atau rumah tradisional.
Keluarlah seorang wanita dengan pakaian minim dengan lipstik merah menyala dipoles dibibirnya.
"Kenapa tidak mampir keatas??" Sapa wanita itu yang tak lain orang kepercayaan Leon untuk menjalankan bisnis nya.
"Aku hanya mampir sebentar" singkat Leon.
"Anda akan pergi lagi??" Tanya wanita tersebut dengan suara sengau nya, siapa sih yang tidak tertarik dengan wajah tampan Leon, wanita pun akan bertekuk lutut dihadapannya.
"Jaga anak-anak" pesan Leon yang langsung masuk dalam mobil maksud dari perkataannya adalah anak buahnya dan tempat usaha nya.
Mobil nya melaju dengan sedang, tak lama roda mobilnya berhenti di sebuah Club malam dan Casino milik teman bisnis nya.
Leon menuruni tangga dalam Club seketika teringat waktu itu pernah bertemu disini dengan Hana sebagai bandar.
Namun ia lebih kaget lagi melihat Hana berada disini sedang menikmati minumannya. Bahkan dengan pakaian minimnya sedang berjoget ria dengan minuman ditangan nya.
"Yaa.. Gadis nakal" ucap pelan Leon dengan suara rendahnya, matanya terus tertuju pada Hana.