Setelah memergoki pacarnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Kinara aurora tercebur ke sebuah danau setelah di dorong oleh selingkuhan kekasih nya, namun bukannya tenggelam jiwa kinara justru berpindah dimensi ruang dan waktu ke tubuh pemeran wanita di sebuah novel yang ia baca sebelumnya.
Masalahnya di sini jiwanya memasuki tubuh pemeran wanita yang lemah dan selalu di injak- injak, dan berakhir mati tragis karena menyelamatkan suami yang bahkan tak pernah melihat ke arahnya.
Bagaimana caranya kinara merubah takdir istri yang teraniaya itu? ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode : 04: Membuat pelayan itu tunduk
"Heh anak kampungan! dulu menatap ku saja bahkan kau tidak berani, sekarang setelah tenggelam di dalam kolam kau jadi sok pemberani seperti ini ya?! " hardik Marisa yang kesal.
Bayangan soal kehidupan kinara wijaya kembali berputar di kepalanya, kinara bisa melihat bagaimana dulu kelakuan Marisa padanya, benar- benar menunjukkan sifat mertua yang sangat dzolim.
"Ck, ck kinara wijaya. Jika aku jadi dirimu, sudah lama ku robek mulut si tua bangka ini. " batin kinara dalam hatinya.
"Kenapa kau diam saja? merasa bersalah sekarang? cepat, minta maaf padaku! "
Kinara mengerutkan dahi. "Meminta maaf untuk apa? aku bahkan tidak mengerahkan seluruh kekuatan ku saat balas menampar mu tadi, " katanya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
Marisa merasa amarah menggelegak di dalam dadanya. "Sudah semakin kurang ajar kau rupanya!Kau ini benar-benar anak yang tidak tahu di untung, memangnya apa bagusnya kau hah? kau hanya pengganti kakakmu, di rumah ini pun kau tidak lebih dari seorang sandera. Harusnya kau jaga tingkah dan perilaku mu! "
"Lalu bagaimana dengan kalian? apakah perilaku kalian sudah baik terhadap ku? di luar kau berlagak seperti seorang mertua idaman yang baik pada menantu nya padahal di dalam kau memperlakukan ku seperti ini. Coba bayangkan bagaimana jika orang-orang di luar sana tahu tentang sifat aslimu yang sebenarnya? apa reaksi mereka? " Kinara menyeringai.
Mata Marisa terbelalak kaget. "Kau? sudah mulai berani mengancam ku ya! " tangannya yang keriput hendak memberikan tamparan kembali ke wajah kinara, namun tanpa di duga gerakannya tertahan di udara, saat mereka melihat ke arah yang sama, Kenantra sudah berdiri di sana menahan tangan wanita itu.
"Cukup mah! " kenantra berbicara dingin. "Beginikah kelakuan mama jika tidak ada aku? "
Marisa mendengus culas, di tariknya tangannya kembali. "Mama hanya menegur istrimu, untuk menjaga nama baik keluarga besar kita."
"Aku bisa mengurus nya. Mama kembalilah ke pesta, " tukas kenan dengan masih tetap tenang.
Marisa tak membalas lagi, dan melengos pergi dari sana. Kenan menatap kepergian mamanya sesaat lalu kembali menatap ke arah Kinara.
"Cih, jangan sok peduli padaku! " desis kinara membuang muka.
"Siapa yang peduli padamu? aku hanya tidak ingin mendengar keributan yang mengganggu ketenangan ku di luar, " alibi Kenan, suaranya rendah dan serak.
"Memangnya seribut apa sih sampai menganggu ketenangan suami yang baru memasuki kamar istrinya setelah dua tahun pernikahan ini? " Kinara balas mencibir.
Kenan tak menjawab lagi, dia dekatkan kepalanya ke arah gadis berbadan mungil itu membuat kinara memandang waspada.
Tanpa aba- aba kenan menarik wajah Kinara, membingkai pipi wanita itu dengan tangannya, seolah sedang mengecek keadaan kinara.
"Apa yang kau lakukan? " Kinara bertanya tajam.
"Pak Dandi! " tanpa mengindahkan pertanyaan kinara, Kenan justru berteriak memanggil kepala pelayan mansion.
Sekonyong-konyong, pak Dandi segera menghampiri dengan tergesa-gesa. "Iya tuan muda. "
"Ambilkan saya kotak p3k! " titah Kenan dengan matanya yang tak lepas menatap Kinara.
"Baik! " pak Dandi segera berlari mengambilkan barang yang di minta tuan mudanya.
"Ck, pria kaku ini sebenarnya mau apa sih? mau sok peduli apa gimana? " batin kinara, menunjukkan rona wajah tak suka.
"Ini tuan muda, kotak p3k yang anda minta. " Pak dandi kembali tak berapa lama kemudian bersama kotak obat di tangannya.
Kenan mengambilnya lalu bahasa tubuhnya memberikan perintah untuk pak dandi keluar. Setelah hanya ada mereka berdua di kamar itu, kenan menuntun kinara duduk.
"Duduk! "
"Aku tidak mau! "
"Ku bilang duduk! " entah karena gemas atau kesal, kenan dengan sekali tarikan tangan berhasil membuat kinara duduk di hadapannya.
"Ck, dasar pria kaku pemaksa... " lirih Kinara hampir seperti bisikan yang tak terdengar.
Tapi bagi kenan yang memiliki indera pendengaran tajam bisa mendengar jelas apa yang di ucapkan istrinya itu.
"Aku masih bisa mendengar umpatan mu."
Kinara melengos. "memangnya aku mengumpat apa? " nada bicaranya seperti orang menantang.
Kenan mengangkat wajah. "Pria kaku pemaksa. Apakah seperti itu penilaian mu terhadap ku selama ini? "
"Entah.Bagi seorang istri yang selalu di abaikan suaminya selama dua tahun pernikahan ini, aku tak memiliki penilaian terhadap suami ku sendiri. Yaaa bagaimana mau menilai, suaminya saja bahkan tak pernah menganggap nya ada. " Nada bicara kinara di buat sesantai mungkin tapi dia tahu kata- katanya itu pasti bakal begitu menusuk untuk kenan. Biarlah, biar suami dinginnya ini sadar karena telah menyia- nyiakannya selama ini.
Kenan bergeming namun hanya sebentar, tak ada ekspresi di wajah tampan itu, dia tetap tenang seolah perkataan kinara tadi bukanlah apa- apa.
"Entah dari mana kau mendapatkan keberanian seperti ini, " ujarnya mengambil salep di dalam kotak obat.
Kinara menggidikkan bahu. "Semua bisa berubah, entah orang atau keadaan. "
Kenan mengangguk. "Kau benar. " ia menarik wajah Kinara kembali memberikan salep luka di wajahnya yang memar memerah.
Karena perlakuan yang tiba-tiba itu membuat kinara hampir menahan nafas selama beberapa saat. Setelah memberikan salep, kenan berdiri dan tidak banyak bicara lagi.
Pria itu keluar meninggalkan Kinara dengan kebingungan.
"Apa- apaan ini? kenapa dia mendadak berubah perhatian gini?! " Kinara geleng-geleng kepala, pria itu memang seperti bunglon tidak bisa di tebak.
...----------------...
Dari awal kinara melihat Kenantra, dia sudah tahu jika pria itu adalah suami pemilik raga yang di tempatinya ini. Itu semua berkat bayangan masa lalu kehidupan kinara wijaya yang terkadang muncul di kepalanya.
Setahu kinara, kenantra adalah pria yang dingin dan cuek, dia hanya peduli pada dirinya sendiri. Saat mengetahui sarah kabur sebelum hari pernikahan mereka, kenan juga tak berbuat apa-apa untuk mencari wanita itu, dan saat orang tua sarah mengusulkan kinara untuk menggantikan posisi sarah sementara, Kenan juga menerimanya itu semua jelas karena ambisinya.
Setelah pesta pernikahan pun tak ada malam pertama bagi mereka, Kinara ingat saat itu kenan langsung pergi meninggalkan nya di kamar pengantin sendirian. Dia sibuk mengembangkan perusahaan nya dan hanya pulang beberapa kali dan jika pun pulang, dia tak pernah menganggap istrinya ada.
Semakin dipikirkan semakin kinara mengenal lebih dalam sosok kinara wijaya, raga yang di tempatinya ini.
"Ahh, sekarang lupakan dengan suami sok cuek itu, aku akan hidup dengan bebas! " Dia sudah bertekad untuk menghindari konflik apapun yang akan terjadi di novel ini. Kinara hanya ingin bebas dan berfoya-foya.
Pagi hari, Kinara keluar kamar, setelah di bantu Maya bersiap. Dia tampil cantik dengan gaun selutut berwarna coklat dengan motif bunga daisy.
Hal yang pertama kali dia lakukan setelah keluar kamar adalah memanggil seorang pelayan di mansion ini.
Namun pelayan wanita itu nampak ogah- ogahan menghampiri nya.
"Ada apa kau memanggil ku?" katanya dengan nada ketus.
Kinara sontak mengernyitkan dahi. "Jadi begini perlakuan yang selama ini kau dapatkan di mansion ini kinara? pantas, kau bahkan tidak di hormati oleh pelayan mu sendiri. Baiklah aku akan membuat mereka tunduk padamu mulai hari ini. "
Kinara bergumam dalam hati lantas menyeringai dingin.
*
*
*
Bersambung