"sugeng rawuh dhateng desa kembangan, sinten mlebet mboten saget medhal".
kalimat pertama yang ryuka dengar ketika memasuki desa kembangan yang penuh misteri.
Dapatkah ia memecahkan misteri asal usul desa kembangan yang penuh kutukan dan menggagalkan ritual kehidupan abadi nyai gandari?
Yuk baca bab-bab selanjutnya yang penuh teka-teki dan misteri ini dicerita kisah nyai gandari✨
_happy reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RoroAyu_Kimberly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CERITA MBAH SUTIJAH
"Nuwun sewu mbah".
(permisi mbah)
wanita tua itu tak langsung menjawab. masih menatap tajam ryuka.
ia masih diam. membuat ryuka dan Egi saling berpandangan.
" mungkin pendengaran simbah ini sudah berkurang " bisik Egi.
ryuka tak mau ambil pusing, ia menundukkan kepala kemudian mengaja Egi pergi.
"sudahlah kita lanjut jalan saja"
setelah mereka berjalan melewatinya, sang nenek malah melantunkan tembang Jawa di barengi suara tawa.
"kembang mawar kembang melati, wangimu ngkalekke sukmo, laki jiwo lali rogo. sopo mlebu ora bkal biso metu.. "
(bunga mawar bunga melati, harummu melupakan hati, lupa jiwa lupa raga. siapa masuk tidak akan bisa keluar).
Semakin lama suara itu semakin menjauh, namun masih terdengar lirih di telinga.
Ryuka sampai merinding mendengarnya. perlahan menoleh ke belakang. wanita tua itu n sambil menaburkan kelopak-kelopak bunga di dalam keranjang kecil.
Sambil berjalan pelan wanita itu masih bernyanyi lirih namun sudah tidak terlalu jelas apa yang ia ucapkan.
"kenapa nenek itu aneh sekali? "
"siapa kalian? dini hari begini berkeliaran di luar? " seseorang tiba-tiba muncul di balik pohon-pohon hingga mengagetkan mereka berdua.
"Eh.. kami pendatang baru kang" jawab rgi.
"oh.. kalian pendatang rupanya. rumah siapa yang kalian tuju? " tanya lelaki bertubuh cungkring itu.
"kami mecari rumah mbah sutijah, kang"
"mari aku antar, rumah mbah sutijah ada di ujung sana, dekat kali(sungai). "
mereka pun berjalan mengikuti lelaki yang Kira-kira berumur 30tahunan itu.
"Desa ini masih sangat asri, kang. apa tidak ada kendaraan sama sekali?"tanya Egi penasaran.
"warga tidak mau mengotori desa dengan bau kendaraan yang berasap. hanya ada dokar(delman) itu pun cuma nyai gandari yang punya "
"itu rumah mbah sutijah. simbah paling juga sudah bangun. itu sudah ada asap mengepul di belakang rumah . pasti mbah sutijah lagi di pawon(dapur).
Tibalah mereka di rumah kayu yang sederhana. Di depan rumah ada bangku yang terbuat dari bambu, di samping rumah ada tanaman singkong, pepaya, dan juga bayam.
Dari sana terdengar gemerujik suara air yang deras. rupanya di belakang rumah terdapat sungai yang cukup besar dengan banyak bebatuan .
Ada juga pohon kelapa di belakang rumah, sungguh pemandangan alam yang indah dan asri serta Damai.
Tokk... tokk.. tokk..
Pintu diketuk. tak lama kemudian pintu terbuka.
Dan keluarlah wanita tua yang masih kelihatan bugar.
"ono opo le, isuk-isuk wes mertamu"
(ada apa nak, pagi-pagi sudah bertamu?)
"ini mbah ada yang cari simbah"jawab lelaki yang mengantar ryuka dan egi tadi.
"owalah, siapa nama kalian?
"saya Egi dan ini adi sepupu saya namanya Ryuka. kami datang dari desa kali petung"
"anake Madinah? " tanya mbah sutijaah.
"iya mbah.. kok simbah tau? " Ryuka keheranan.
" ayo masuk dulu, kita ngobrol di dalam sambil minum kopi"
Mbah sutijah mempersilahkan mereka masuk.
"Aku pulang dulu mbah", ucap lelaki itu.
"ora ngopi dhisik ta supardi?"
(nggak ngopi dulkah kah supardi?)
"matur nuwun mbah, badhe teng sabun. "
(Terima kasih mbah, mau ke sawah)
"Terima kasih kang , sudah mengantar kami" ucap Egi.
" iya sama-sama aku pamit dulu"supardi berlalu pergi.
mereka duduk di kursi rotan dengan suguhan segelas kopi panas dan pisang kukus yang masih hangat.
"Diminum dulu kopinya mumpung masih hangat. pisangnya juga baru matang. "
"Njih mbah",
Lalu mereka menceritakan apa maksud kedatangan mereka ke sana.
Dan menjelaskan tentang peristiwa apa yang menimpa keluarga ryuka.
"Bapakmu kui pancen ora bener"
(bapakmu itu memang tidak benar)
"aku sudah melarang marinah menikah dengan lelaki itu. tapi marinah tidak mau dengar. dia lebih memilih lelaki jahat itu pergi ke luar desa untuk menghindari pertikaian denganku".
"lalu simbah ini sebenarnya siapa? "ryuka penasaran.
"aku iki yo simbahmu , nduk. "
(aku ini ya nenekmu, nak)
"marinah itu anakku, aku punya tiga anak perempuan , yang pertama sartini,kedua marinah, dan yang terakhir juminten. "
Mbah sutijah menghela napas panjang. ia mengingat kembali masa lalunya yang kelam.
Ryuka makin penasaran dengan cerita mbah sutijah yang ternyata ia adalah nenek kandungnya.
"sartinah sudah lama mati, dia mati saat melahirkan mu , le" Egi mengangguk ia pernah mendengar cerita dari bibinya kalau ibunya, sartini meninggal saat melahirkannya.
"Lalu aku merawatmu beserta kedua bibimu, sampai kamu berusia dua tahun dan marinah menikah dengan Seto anggoro , lelaki kaya dari desa kali petung itu."
"mereka meninggalkan kampung setelah menikah, setahun mereka menikah. seto datang memaksa untuk menyerahkanmu padanya. simbah tidak bisa menahanmu , le. kamu di bawa pergi olehnya. "
mbah sutijahtak sanggup lagi membendung air matanya.
"tapi aku selama bersama paman dan bibi, mereka baik padaku mbah. aku dibesarkan dengan penuh kasih sayangsayang seprti anak kandung mereka sendiri. " kata Egi.
"aku penasaran dengan cerita ibu dan bapak dulu , mbah. aku bahkan tidak pernah tahu kalau aku disini masih punya simbahsimbah".Ryuka sangat ingin tahu tentang cerita masa lalu keluarga nya.
Yang Ryuka tahu selama ini adalah ibunya berasal dari desa lain yang tak pernah di sebutkan oleh keluarganya.
Bapaknya selalu bilang kalau sudah tidak ada lagi sanak saudara di luar sana.
"kalian istirahat dulu, simbah mau pergi ke pasar
nanti malam simbah akan lanjutkan ceritanya, "
siang harinya panas mentari terasa menyengat sekali. Ryuka berjalan ke luar rumah setelah beberapa jam tertidur lelap karena lelah setelah menempuh perjalanan sangat panjang dan mencekam semalaman.
Ternyata Egi duduk melamun di kursi rotan depan rumah. Ryuka menghampiri dan duduk di sebelahnya.
"kamu sudah bangun? "
"iya mas, ada yang ingin aku tanyakan"
"tanyakan saja . dari kemarin kamu diam saja saat keluar dari rumah nyai gandari. apa ada sesuatu yang salah? ".
"aku kesal sama mas Egi, kenapa tidak membantuku membantah nyai gandari dan menolak meminum ramuan aneh kala itu."
"bukan aku tah mau bantu, aku tidak berani. kita harus menghargai dia sebagai tuan rumah. kita hanya pendatang. ".
"sepertinya mas Egi tertarik dengannya. mas Egi jatuh cinta dengan nyai gandari kan? "
Egi terkekeh geli.
kenapa kamu bilang begitu? "
"siapa yang tidak terpesona dengan wanita secantik itu mas. bahkan dia berdandan layaknya Puteri keraton"
"memang dia sangat cantik dan mempesona. saat berjalan anggun dan lemah gemulai".
"dan dia masuk ke kamar mas Egi saat kita beristirahat di sana".
Deg! jantungnya berdebar hebat saat mendengar kalimat terakhir yang Ryuka ucapkan.
"A-apa katamu? kapan dia masuk kamarku?"
"tidak perlu berpura-pura mas. aku sudah melihatnya keluar kamar itu saat aku hendak keluar kamarku"
Mata Ryuka menatap tajam pada bola mata Egi yang terus bergerak ke kanan dan kiri.
Egi mengacak-acak rambut sendiri.
"mungkin kamu salah lihat. mana mungkin nyai gandari masuk ke kamarku".
"lalu siapa wanita yang keluar dari kamarmu? ".
Ryuka tidak percaya begitu saja dengan jawaban Egi .
"ada pelayan wanita yang membangunkanku dan menyuruhku mengganti pakaianku kemudian menuju ke balai tamu". jawab Egi menyakinkan .
" apa dia memakai pakaian yang sama dengan yang dipakai bgai gandari saat itu? ".
"tidak dia memakai kebaya kuning sama dengan pakaian pelayan yang lain. "
ryuka tidak tahu harus percaya dengan siapa. apakah Egi ber bohong atau dia yang salah lihat, tapi dia yakin dengan apa yang ia lihat.
"Mungkin kamu masih ngantuk jadi berhalusinasi"
"Entahlah".
Tiba-tiba terdengar
terpaksa deh...nikah sm org jahat