Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sangat Mustahil Untuk Bersama
Berada di dalam ruang keluarga, Nirmala hanya bisa menunduk dengan tubuh tegang. Rasanya ada sebuah tali yang mengikat lehernya, hingga untuk bisa mengeluarkan suara saja begitu sulit. Apalagi ketika perdebatan di depannya terlihat jelas seperti sebuah kisah drama yang dia tonton.
"Jelaskan pada Mommy siapa Benji? Jika kamu tidak ingin menjelaskan, maka biarkan Daddy yang mencari tahu semuanya"
Laura menghembuskan nafas kasar, dia memegang tangan Ibunya. "Jangan lakukan apapun, aku janji akan menuruti semua keinginan Mommy dan Daddy. Tapi, jangan ganggu dia"
"Jadi, kau mencintainya?" tanya Daddy, dia bisa melihat dari apa yang dibicarakan oleh anaknya itu. Tatapan matanya yang memohon untuk tidak mengganggu pria bernama Benji, jelas sekali jika perasaan Laura bukan hanya sebatas teman.
Laura menoleh dan menatap Ayahnya yang sedang duduk di sofa dengan menatap tajam padanya. "Dad, aku akan melakukan apapun yang kalian mau. Tapi, tolong jangan ganggu dia"
"Kalau begitu, menikahlah dengan Galen"
Laura terdiam mendengar ucapan Daddy barusan. Dia melirik ke arah Nirmala yang diam saja, namun tangannya terlihat saling meremas kuat di atas pangkuannya ketika dia mendengar ucapan Daddy.
"Baiklah"
Sebuah keputusan yang akhirnya tetap harus dia ambil. Jika tidak, maka Laura tahu apa yang akan terjadi pada dua orang yang tiba-tiba berada diantara hubungan ini.
*
"Tidak! Aku tidak bisa melakukan itu"
Sementara di Mansion keluarga Austin, bahkan Galen langsung menolak dengan tegas tentang pernikahan yang diajukan oleh Papa. Dia sudah terlanjur yakin dengan perasaannya, dan dia tidak mungkin meneruskan hubungan semu bersama dengan Laura.
"Galen Austin!" tekan Kakek, dia menatap cucunya dengan tajam. "... Jangan pernah membuat Kakek bertindak kasar. Kau tahu apa yang bisa Kakek lakukan jika kamu mengacaukan semuanya!"
Galen langsung terdiam, dia tahu arti dari ucapan Kakek barusan. Artinya dia bisa melakukan apa saja bahkan sampai melukai orang yang menjadi penghalang dalam semua ini. Dan orang itu adalah Nirmala.
"Kek, Laura juga tidak akan menerima pernikahan ini. Dia sudah menemukan pria yang benar-benar dia cintai"
"Tidak perlu mengarang cerita, Laura sudah setuju. Barusan Mama menghubungi Nyonya Arganta"
Dan semuanya benar-benar menyudutkannya sekarang. Galen tidak mengatakan apapun lagi, dia menyambar kunci mobil dan pergi begitu saja dengan kemarahan yang besar.
"Galen! Galen" teriak Papa memanggil anaknya itu, namun sama sekali tidak dihiraukan.
"Sudah Pa, biarkan dia melampiaskan dulu semuanya. Lagian Mama sampai tidak habis pikir, kenapa Galen bisa terjebak dengan gadis itu? Apa yang dia lihat dari anak angkat itu? Bahkan dia tidak akan sebanding dengan Laura"
Papa mengusap wajah kasar, dia menjatuhkan tubuhnya terduduk di sofa. "Dia hanya tergoda sesaat saja, nanti juga dia akan sadar jika yang pantas untuknya hanyalah Laura"
Sekilas, Galen mendengar percakapan orang tuanya sebelum dia menggapai pintu keluar. Tangannya mengepal kuat mendengar itu.
"Aku tidak pernah rela, Nirmaku dihina seperti itu!"
Ada gejolak kemarahan yang tidak bisa dia luapkan sekarang. Galen pergi ke sebuah Restoran dan duduk di ruangan VVIP dengan memesan beberapa botol minuman. Meminumnya hanya untuk melepaskan segala penat dalam pikirannya, sampai dia setengah mabuk.
"Tuan, sebaiknya anda menghubungi orang untuk menjemput. Anda tidak akan bisa mengemudi dalam keadaan mabuk seperti ini" ucap pelayan disana.
"Aku belum sepenuhnya mabuk, aku bisa mengemudi sendiri"
"Tidak bisa Tuan" Pelayan itu langsung menahan Galen yang siap berdiri dari duduknya. "... Biar saya bantu hubungi kerabat anda untuk menjemput. Maaf, saya pinjam ponselnya"
Galen membiarkan saja pelayan itu mengambil ponsel dari saku jas yang dia gunakan. Bahkan setelan pakaiannya saja belum dia ganti sejak dari acara tahunan Perusahaan.
"Siapa nama yang ingin anda hubungi, Tuan?"
"Nirmaku"
Pelayan pria itu mengerutkan keningnya, lalu dia mengetik nama itu di kolom pencarian kontak, dan benar-benar ada. Jadi? Selama ini Galen sudah menyimpan kontak ponsel Nirmala dengan nama itu.
"Hallo Nona, Tuan ini sedang mabuk di Restoran kami. Dan saya melarangnya pulang sendiri, karena berbahaya mengemudi dalam keadaan mabuk. Bisakah anda datang kesini menjemputnya"
Menunggu beberapa saat sampai mendapatkan jawaban dari sebrang sana. "Em, baiklah"
Pelayan itu menyimpan kembali ponsel milik Galen di atas meja. "Dia akan datang Tuan, tunggu saja. Saya permisi dulu"
Galen hanya tersenyum, dia mengambil ponselnya. Membuka galeri foto dan melihat sebuah foto anak SD dengan penampilan acak-acakan yang sedang berjongkok mengelus kucing liar yang dia temukan di jalanan. Tatapannya menerawang pada kejadian itu.
Galen yang sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama tahun terakhir saat itu, sedang diminta menjemput Laura di sekolahnya. Saat dia menunggu gadis itu, Galen malah melihat Nirmala yang sedang mengelus kucing liar di sisi jalanan. Rambutnya yang sedikit acak-acakan, keluar sebagian dari ikatan. Galen mengeluarkan ponsel dan mengambil foto Nirmala itu. Dan sampai sekarang, foto itu masih tersimpan di ponselnya, meski dia sudah berganti ponsel beberapa kali. Foto itu harus selalu di pindahkan ke ponselnya yang baru, hingga fotonya tidak pernah hilang sampai sekarang.
"Tuan Galen"
Suara lembut yang memanggilnya membuat Galen tersadar dari lamunan masa lalu. Dia menoleh dan melihat gadis dalam bayangannya dengan tersenyum.
"Nirma"
Galen menarik tangan Nirmala hingga dia terduduk disampingnya sekarang. Galen menatapnya dengan lekat, sedikit menyingkirkan rambut Nirmala yang tergerai, dan melihat bekas merah di pipinya bekas dari tamparan Ibu angkatnya tadi.
"Apa ini sakit?" ucap Galen dengan sedikit menekan pipi Nirmala, dan gadis itu langsung meringis pelan. "... Sialan! Berani sekali dia menyakitimu seperti ini"
Nirmala hanya diam, menatap Galen dengan matanya yang berkaca-kaca. Seharusnya tidak ada kejadian seperti ini, jika dia tidak setuju menjadi teman ceritanya saat itu.
"Tuan, ayo pulang"
Galen menggeleng cepat, dia meraih tubuh Nirmala ke dalam pelukannya. Memeluknya dengan erat. Dan Nirmala hanya diam membeku dalam pelukan pria itu.
"Nirma, jangan tinggalkan aku. Kita bisa pergi bersama dan lari dari keluarga ini"
Air mata Nirmala menetes begitu saja, jika bisa bicara apa yang dia rasakan saat ini. Nirmala juga tidak ingin pergi, dia ingin bersama Galen selamanya. Apalagi melihat bagaimana pria ini melindunginya di depan semua anggota keluarga yang marah padanya. Tapi apa daya ketika yang dia rasakan adalah kesalahan.
"Tuan, ayo pulang"
Galen tetap menggeleng, dia melerai pelukannya. Menatap Nirmala dengan lekat, mengusap air mata yang mengalir di pipi gadis itu.
"Jangan menangis, aku akan berusaha keras untuk bisa bersama denganmu"
"Tidak mungkin Tuan, itu sangat mustahil untuk kita" ucap Nirmala dengan terisak, akhirnya tangisnya benar-benar pecah sekarang.
Galen langsung memeluknya, mengecup puncak kepala gadis itu dengan penuh cinta. "Aku akan memperjuangkanmu. Kau jangan pergi dariku, hanya itu yang aku minta"
Nirmala tidak mengatakan apapun, dia hanya bisa menangis saja sekarang. Kali ini dia membalas pelukan Galen lebih erat.
Bersambung
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪