"Karena kamu yang menggagalkan acara pernikahan ini, maka kamu harus bertanggung jawab!" ucap pria sepuh didepannya.
"Bertanggung jawab!"
"Kamu harus menggantikan mempelai wanitanya!"
"APA?"
****
Bagaimana jadinya kalau seorang siswi yang terkenal akan kenalan dan kebar-barannya menjadi istri seorang guru agama di sekolah?!?
Yah dia adalah Liora Putri Mega. Siswi SMA Taruna Bangsa, yang terkenal dengan sikap bar-barnya, dan suka tawuran. Anaknya sih cantik & manis, sayangnya karena selalu dimanja dan disayang-sayang kedua orang tuanya, membuat Liora menjadi gadis yang super aktif. Bahkan kegiatan membolos pun sangatlah aktif.
Kalau ditanya alasan kenapa dia sering bolos. Jawabnya cuma satu. Dia bolos karena kesetiakawanannya pada teman-teman yang juga pada bolos. Guru BK pusing. Orang tua juga ikut pusing.
Ditambah sikapnya yang seenak jidatnya, menggagalkan pernikahan orang lain. Membuat dia harus bertanggung jawab menggantikan posisi mempelai wanita.
Gimana ceritanya?!!?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Suami Mesum
"Li, Lu kemana aja? Napa dua hari nggak masuk sekolah?" tanya Dora, Sinta langsung deketin kupingnya, kepo, pengen tau alasan sahabatnya tersebut nggak masuk sekolah.
"Gue lagi sakit," ucap Liora, terpaksa berbohong demi kebaikan semua.
"Ya udah. Pulang sekolah, kita jenguk elu ya?" teriak Sinta.
Padahal mulut Sinta tuh pas dispeaker hape. Nggak usah teriak aja Liora dah denger nafasnya. Ini malah teriak-teriak, emang nggak punya akhlak banget tuh sahabat atu.
"Nggak usah!" ujar Liora, "Gue tuh cuma sakit.....?"
"Apa?" tanya dua sahabatnya kompakan.
"Emmm, bisul. Ya, bisul. Jadi nggak usah dijenguk. Malu, gue ...!" terpaksa bohong, biar aman sentosa.
"Bi-sul?" Doraemon mengernyitkan alisnya.
"Ck, Ck. Sakit kok nggak keren blass!" seru Sinta geleng-geleng kepala.
"Makanya kalian berdua nggak usah jenguk gue. Kalau bisulnya mecah, terus sembuh, gue bakal sekolah lagi kok!" kekeh gadis itu, "Napa? Kalian kangen ama gue....?"
"Bukannya kangen. Nggak ada elu, kelas serasa sepi. Guru BK juga nggak ada kerjaan. Ngantuk tuh di kantor!" kikik Sinta.
"Haish, emang pesona gue tuh nggak ada tandingannya," sombong Liora.
"Huekk....!"
"Li, tolong ambilin baju dong. Aa lupa bawa baju....!" seru Agam. Kepalanya nongol dari celah pintu.
"Suara siapa tuh, Li? Kok kayak suara cowok?" tanya keduanya kepo.
"MAMPUS....!" gumam Liora. Gara-gara Agam yang berteriak meminta tolong, kedua sahabatnya jadi denger suara cowok.
"Oh, itu Abang gue....! Ya udah. Gue tutup dulu telponnya, nanti gue sambung lagi. Dah ya, BESTie. Bye. Bye....!"
"Li, kita belum selesai. Bilang dulu! Itu suara siapa?"teriak Sinta.
"Dah dulu ya? Bye!"
"LIORA....!"
Tut....Tut...Tut
"Huft." Liora menghela nafasnya panjang. Untung dia langsung tutup telepon. Dia yakin, dua sahabatnya pasti sempat denger suara Agam. Liora pun bertambah kesal dengan suaminya.
Sambil menghentakkan kakinya, gadis itu meraih pakaian ganti Agam di atas tempat tidur, lalu memberikannya pada sang suami dengan muka cemberut.
Melihat itu, Agam pun langsung menyentil kening Liora. Gadis itu memekik kesakitan, sambil mengusap-usap keningnya.
"KDRT namanya!" omelnya.
"Makanya kalau disuruh itu jangan cemberut! Disuruh suami kok, wajahnya masam, lecek, bibirnya maju begitu!" protes Agam.
"Suka-suka saya dong. Orang muka-muka sendiri. Kok situ yang repot!" sinis Liora, sambil tangannya terlipat di depan dada.
"Oh, kamu lupa. Saya adalah suami kamu yang harus kamu HORMATI! Kalau kamu nggak bisa melakukan tugas kamu sebagai seorang istri, setidaknya kamu harus bisa bersikap lemah lembut dan murah senyum. Bukan manyun dan berwajah masam seperti itu!" tutur Agam, "Kalau kamu nggak bisa merubah sikap kamu, maka hari ini saya minta hak saya sekarang juga!" ancam Agam.
"Kok gitu sih? Kok pake ngancam segala?"
"Yang seperti kamu bilang. Suka-suka sayalah....!"
Ck, dasar! Dikit-dikit ngancem! Dikit-dikit ngancem. Apaan maksudnya?
"Oke. Saya minta maaf, Pak. Lain kali saya tidak akan manyun dan cemberut lagi. Saya akan bersikap lemah lembut dan murah senyum. Itu yang bapak mau kan?"
"Aa. Panggil saya, Aa." Suruh Agam.
"Aa?"
"Iya. Aa." Sahut Agam, "Saya ini suami kamu. Apa kamu akan terus memanggil saya dengan panggilan bapak?"
"Tapi kan kenyataannya memang bapak guru saya," kelit Liora.
"Itu disekolah, Liora!" geram Agam. Jadi kesal sendiri.
"Kita ini sedang berada di rumah. Bukan disekolah. Jadi panggil saya, Aa. Kamu dengar dan paham kan?" tekan Agam.
"Tapi, Pak....!"
"Sekali lagi kamu protes, maka hari ini layani saya....!"
Liora langsung kicep, tidak berani bersuara lagi. Ternyata ancaman Agam, benar-benar membuat gadis itu mati kutu, tidak berani berulah. Sebenarnya dalam hati Agam ingin tertawa, tapi sengaja ia tahan.
Jika dilihat-lihat, sebenarnya gadis itu cukup manis jika anteng dan tidak banyak ulah. Entah kenapa terkadang sikapnya sulit ditebak dan membuat semua orang pusing kepala.
******
Malam harinya, sengaja Liora menghindar dari Agam. Ia takut dan tidak berani bertatap muka dengan pria tersebut. Pasalnya setiap ketemu, Agam selalu mengucapkan kalimat mautnya, membuat Liora tidak berkutik.
Ia lebih memilih membantu bunda Nurma di dapur.
Meskipun tidak bisa memasak, tapi ia bisa menyiapkan makanan yang sudah matang di meja makan. Bunda tersenyum senang melihat menantunya tersebut cekatan membantu di dapur. Walau sama sekali tidak bisa memasak, tapi bunda bahagia dengan kehadiran menantunya yang menghibur.
"Panggil suami kamu. Kita makan malam bersama!" suruh bunda pada Liora.
"Baik, Bunda."
Liora melangkahkan kakinya dengan ragu menuju lantai dua, letak kamar mereka. Entah kenapa setelah ia sering mendengar Agam mengatakan kata-kata keramatnya tersebut, jantung Liora berdesir aneh. Jantungnya sering berdetak kencang tiba-tiba.
Namun ia tetap harus memanggil suaminya itu untuk makan malam.
Tok .... Tok ... Tok
"Aa, dipanggil bunda tuh? Disuruh makan malam!" ujar Liora terdengar lembut dan halus.
Agam menutup laptopnya, lalu ia merapihkan meja sebelum ia meninggalkan ruang kerjanya. Pria itu menyusul dari arah belakang.
Kini mereka sudah duduk bersama di ruang makan. Bunda menyuruh keduanya untuk menikmati makan malam mereka.
Liora yang memang masih abu-abu akan tugas seorang istri, ia pun tak peduli dengan sekitarnya. Menyendok nasi dan lauk sendiri ke piringnya, sementara Agam hanya memperhatikan apa yang dilakukan istri kecilnya tersebut. Mau menegur kurang enak karena ada bundanya yang terus memperhatikan. Tapi tetap saja Liora tidak berinisiatif untuk mengambilkannya makan.
Hingga akhirnya, Agam sengaja mengambil piring Liora yang sudah lengkap dengan nasi serta lauk tanpa memperdulikan istrinya tersebut ngomel-ngomel. Liora sempat mau mengumpat tindakan sang suami, namun begitu melihat kalau tindakannya sedang diperhatikan oleh bunda mertua, ia pun langsung merubah sikapnya menjadi istri manis yang solehatun.
Bunda tersenyum lebar melihat interaksi keduanya. Dikacamata pandangan Nurma, Liora memang sedikit ceplas-ceplos, tapi dia cukup manis dan Solehah menjadi istri putranya.
"Aa kalau mau makanan aku bilang dong!" bisik Liora ditelinga Agam. Agam hanya tersenyum tipis, sambil meringis kesakitan. Ternyata di bawah sana, kakinya sengaja diinjak Liora.
"Kenapa, Gam?" tanya bunda Nurma.
"Nggak pa-pa, Bun!" ringisnya.
"Nggak enak masakan bunda?"
"E-nak kok. Masakan bunda kan emang selalu enak." Kekeh Agam, "Lain kali ajari Liora masak, Bun. Biar dia bisa masak!" ujar Agam.
"Oh, boleh. Lain kali kalau ada waktu kita masak bareng ya, Sayang. Nanti bunda ajarin kamu masak makanan yang simpel-simpel dulu?"
Liora nyengir kuda seraya menggaruk tengkuknya, "Iya, Bun!" padahal dalam hati dia sedang mengumpat.
Sialan nih laki. Tau aja kalau gue nggak bisa masak! Gue yakin nih sengaja.....
"Aa, itu tadi maksudnya apa? Kenapa Aa nyuruh bunda ngajarin aku masak? Aa kan tau aku nggak bisa masak?" tanya Liora setelah memastikan tidak ada bunda disekitar mereka.
"Ya belajar dong....! Kamu ini kan istri?"
"Iya. Tapi kan nggak harus masak juga?"
"Terus kalau kita sudah punya rumah sendiri, kamu maunya beli terus. Gitu?"
"Ya iyalah. Orang apa-apa kan tinggal pesan lewat go put. Ngapain susah-susah masak?"
"Ck, kamu ini....!" Agam menggeram kesal.
"Aa kan bisa nyuruh aku beresin rumah atau apa kek. Bersih-bersih gitu? Kenapa malah aku disuruh belajar masak?"
"Itu hukuman karena kamu sudah kurang ajar nginjak kaki saya.....!" tegas Agam.
"Itu salah Aa sendiri. Napa juga Aa ngerebut makanan aku?" ujar Liora cemberut.
"Ish, harusnya kamu itu nyiapin makanan buat suami dulu. Bukan nyiapin makanan buat diri sendiri. Kayaknya kamu tuh harus banyak baca buku fiqih keluarga. Nih aku kasih bukunya. Baca!" ucap Agam tegas seraya menyodorkan sebuah buku Fiqh keluarga, yang merupakan salah satu kajian penting yang membahas tahapan-tahapan membentuk sebuah keluarga harmonis dalam koridor Islam; dari mulai hukum pernikahan, mencari dan memilih pasangan, khitbah (meminang), walimah, hak dan kewajiban suami istri, dan berbagai permasalahan atau perselisihan yang muncul dalam sebuah rumah tangga.
Liora menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil nyengir. Belajar saja ia ogah-ogahan, apalagi harus baca buku setebal itu. Ia pun langsung mengembalikan buku itu kepada suaminya.
"Kenapa dibalikin?" tanya Agam mengernyit heran.
"PR aja jarang aku kerjain. Buku cuma buat pajangan dan bantal buat bobo. Dan sekarang aku disuruh baca buku, yang tebalnya mengalahkan kumisnya pak Kepsek. Ogah banget. No. Nehi. Nggak suka!" ujar Liora dengan entengnya.
"Hah, Apa? LIORAAAAAAAAA.....!" geram Agam mengepalkan tangannya.
"Nggak mau. Ogah.....!" kerucut bibir Liora.
Mendengar penolakan Liora, Agam langsung menyambar bibir Liora, dan melumat bibir tipis itu. Mata Liora membelalak lebar mendapat serangan mendadak dari suaminya tersebut.
Sebelumnya ia tidak pernah sama sekali melakukan hal seperti, membuat Liora kesal dan menangis karena merasa dilecehkan.
"Pak Agammmmm!" pekik Liora sudah berderai air mata, "Kenapa Pak Agam melakukan itu? Pak Agam udah ngelecehin aku....! Hiks." Isaknya.
"Pak Agam udah nyuri ciuman pertama aku? Hiks!" isaknya lagi, "Ciuman pertama aku itu buat suamiku kelak. Tapi kenapa Pak Agam nyurinya dari aku?"
"Hah!" Agam melongo.
Wajah Liora terlihat galak. Saat ini dia memang sedang sangat marah dengan suaminya, gara-gara perihal ciuman tadi. Wajah meronanya tertutup dengan perasaan jengkel dan dongkol.
"DASAR SUAMI MESUM!" umpat Liora. Lalu kemudian gadis itu berlari ke lantai dua menuju kamar.
"Katanya, ciuman pertamanya itu untuk suami. Bukannya aku ini suaminya?" monolog Agam.
"Ck, Ck." Agam geleng-geleng kepala, "Istri aku ini emang rada-rada......! Lain daripada yang lain!"
Bersambung.....
Xixixixi...
Belum kontrak jadi agak slow. Insyaallah kalau sudah kontrak update setiap hari. Terima kasih atas dukungannya....
Salam hangat dari author....😘😘😘