Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25.
Waktu pun terus berlalu pagi hari telah tiba.. Windy sudah bangun dan pergi ke luar hotel untuk mencari buah buahan yang jatuh dari pohon...
Sesaat dia masuk ke dalam kamar hotel dia melihat Kakak Pung Pung, pemuda tampan yang disukai oleh Windy, terlihat sedang duduk di atas karpet sambil memasuk masukkan pakaian dan satu bungkus kunyit dan satu helai janur yang panjang pada tas ransel besarnya..
“Kakak Pung Pung sudah siap siap mau pergi ke Kerajaan Sang Ratu.. coba mulai sekarang aku mau mengajak dia berbicara, apa dia mendengar suara ku...” suara imut Windy..
Kaki mungil Windy lalu melangkah lagi menuju ke pintu kamar dan tangan mungil nya memutar mutar handel pintu sambil berteriak dengsn mode agar telinga Kakak Pung Pung mendengar suara nya..
“Kakaaakkkk..” teriak Windy
Windy tampak kecewa sebab Kakak Pung Pung hanya diam saja.
“Apa dia belum mendengar suaraku ya... coba aku panggil lagi...” gumam Windy di dalam hati.
“Kakaaakkk buka pintu dong!” teriak Windy lagi lebih lantang sambil masih memutar mutar handel pintu.
“Harusnya Kakak Pung Pung sudah mendengar suara ku meskipun aku belum menampakkan tubuh ku pada nya.” Gumam Windy lagi karena Kakak Pung Pung belum juga merespon nya.
Bibir mungil Windy tersenyum saat Kakak Pung Pung nya sudah berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar dan membuka pintu kamar sambil menoleh noleh..
“Hi... hi...hi... dia sudah mendengar suara ku.” Gumam Windy tertawa senang lalu dia berlari ke dalam kamar sambil berteriak lagi agar didengar oleh Kakak Pung Pung.
“Kakaaaakkkkkk...” teriak Windy yang kini berlari ke kamar mandi.
“Hi.. hi.... hi.... hi.... hi...” Windy tertawa bahagia ķarena dia pun juga bisa mendengar suara batin Kakak Pung Pung nya.
Sesaat Windy mendengar Kakak Pung Pung nya bicara serius pada dirinya..
“Kita hidup berdampingan jangan saling mengganggu.”
Windy terdiam..
“Iya aku pun tidak akan mengganggu tapi mau membantu dan ikut Kakak Pung Pung ...” gumam Windy di dalam hati, kedua matanya berkaca kaca sebab dia masih takut jika belum bisa membantu dan Kakak Pung Pung tidak mau diikuti dirinya. Windy kini terus berada di dekat Kakak Pung Pung yang bersiap siap akan pergi ke kerajaan Sang Ratu. Dia tidak mau tertinggal dan tersesat lagi.
“Aku tidak boleh jauh jauh dari Kakak Pung Pung, kalau tersesat lagi repot kalau bertemu orang jahat..” gumam Windy di dalam hati.
Windy terus berada di dekat Kakak Pung Pung nya. Mereka naik ke mobil untuk menuju ke bandara dan selanjutnya akan terbang menuju ke bandara di NTB yang paling dekat dengan gunung besar tempat kerajaan Sang Ratu berada
Sedangkan di desa Luh Sari, masyarakat sudah kembali lagi mengerjakan membuat tembok pagar tempat makam. Tembok pagar itu sudah mengelilingi setengah lebih tempat pemakaman. Akan tetapi belum ada yang memindah makam makam keluarga mereka, sebab lahan baru untuk tempat makam pengganti masih dalam proses.
Sesaat mobil juragan Sukron berhenti di dekat tempat makam itu. Mona tersenyum senang saat melihat tembok pagar tinggi sudah mengelilingi setengah lebih tempat makam itu.
“Tuh, benar bisa cepat selesai kan, sebelum aku berangkat pergi ke Bali, pagar itu sudah mengelilingi seluruh tempat makam dan aku akan mengunci pintu pagar tempat makam itu.” Gumam Mona di dalam hati sambil membuka pintu mobil dan cepat cepat turun dari mobil. Mona melangkah cepat cepat masuk ke dalam makam untuk ngecek tembok pagar.
Sopir yang mengantar Mona hanya bisa geleng geleng kepala..
“Aneh banget sih Si Mona itu, kuburan dibeli dan masa Wanandi yang sudah meninggal dibelikan baju baju.. dari pada buat orang meninggal lah mending baju baju yang kemarin dibeli itu untuk aku.” Ucap sopir Juragan Sukron yang kemarin tahu Mona memborong baju baju untuk Wanandi.
Sedangkan Mona yang sudah masuk ke dalam lahan tempat makam tampak melotot kedua mata nya saat melihat di sebelah samping ada tembok yang lobang, lobang tembok seluas pintu gerbang itu memang sengaja dibuat oleh para pekerja.
“Hei! Kenapa itu tidak ditutup?” teriak Mona sambil menatap Pak Mandor.
Pak Mandor yang sedang sibuk dengan para pekerja tampak kaget.
“Sial kenapa perempuan itu juga masih ngecek masuk ke dalam sini.” Gumam pemuda kerabat Wanandi.
“Iya ngapain juga tidak segera pergi ke Bali, bulan madu dengan Juragan Sukron. “ ucap pekerja lain nya.
“Tahu lah itu Mona sudah gila gara gara gagal cinta dan penganut ilmu hitam. “ ucap pemuda masjid teman kerabat Wanandi.
Pak Mandor segera melangkah cepat mendekati Mona.
“Kamu tenang saja Mon, itu akan ditutup nanti, para pekerja sebagian ambil air dari sumur yang ada di lahan sebelah.” Ucap Pak Mandor bohong agar tidak kena demo para pekerja.
“Di tempat makam ini kan ada dua sumur mosok kurang.” Ucap Mona dengan nada ketus.
“Kurang Mon, kan biar cepat selesai kita harus mengaduk semen banyak.” Ucap Pak Mandor bohong lagi pada Mona.
Mona lalu terlihat membuka tas tangannya dan mengambil dompet nya, dia membuka dompet nya yang besar lalu mengeluarkan berlembar lebar uang berwarna merah jambu pecahan seratus ribu an rupiah .
“Ini uang dua juta, buat beli pompa air dan selang.” Ucap Mona sambil menyerahkan uang dua juta rupiah pada Pak Mandor.
Pak Mandor terlihat bingung... dan belum menerima uang dari Mona itu.
“Kurang? Kalau kurang ditambah pakai uang Pak Mandor dulu, nanti minta ganti ke suami ku. Dan sekarang tutup itu tembok yang lobang!” perintah Mona pada Pak Mandor.
Pak Mandor menoleh melihat ke arah para pekerja terutama pada pemuda kerabat Wanandi dan pemuda pemuda masjid yang usul agar diberi pintu samping..
Sesaat Pak Mandor teringat ada yang pernah omong, tembok dibobol jika Mona nekat..
“Hmmm ternyata benar benar nekat, mau menang sendiri, mentang mentang dia sekarang istri Juragan dan punya ilmu hitam.” Gumam Pak Mandor lalu dia menerima uang dari Mona.
“Cepat sekarang tutup! Aku tidak akan pergi dari sini sebelum tembok itu ditutup!” perintah Mona lagi.
Akhirnya Pak Mandor pun menyuruh pekerja pekerja itu untuk menutup tembok. Dan Mona terus saja berada di tempat makam itu untuk mengawasi. Mona menunggu di tempat makam itu hingga sore hari, sampai juragan Sukron menyusul nya..
“Haduh Mona Sayang kamu ternyata seharian di sini.. ayo pulang...” ucap Juragan Sukron sambil menarik tangan Mona.
“Kalian semua jangan takut kalian boleh memindah makam makam keluarga kalian tapi harus izin aku, aku akan beri uang untuk pemindahan makam makam itu. Ingat aku bukan Mona yang jahat!” ucap Mona menatap para pekerja lalu pergi meninggalkan tempat makam itu.
“Mona lebih baik kita segera pergi ke Bali, agar kamu tidak stres dengan urusan tempat makam ini.” Ucap Juragan Sukron sambil terus menggandeng tangan Mona dan diajak masuk ke dalam mobil nya. Mobil yang tadi mengantar Mona sudah disuruh pulang oleh Juragan Sukron.
Para pekerja yang memiliki makam keluarga nya di tempat makam itu tampak lega dengan ucapan Mona, namun tidak dengan pemuda kerabat Wanandi.
Pemuda itu terus ikut bekerja sambil berpikir pikir bagaimana cara memindahkan makam Wanandi dan Ina Wanandi.
Waktu pun terus berlalu dan malam hari pun telah tiba para pekerja sudah banyak yang meninggalkan tempat makam itu untuk pulang ke rumah ..
Pemuda kerabat Wanandi belum juga pulang, kini tinggal dia sendirian di tempat makam itu, dia melangkah mendekati tempat makam Wanandi..
“Apa besok aku nekat juga membobol pagar itu ya.. tapi bagaimana kalau ada orang yang jaga di tempat makam ini.” Gumam pemuda kerabat Wanandi.
“Mona benar benar gila.” Ucap pemuda kerabat Wanandi dengan sangat kesal. Dia yang sangat lelah dan capek lantas membaringkan tubuhnya di atas semen di antara makam Wanandi dan Ina Wanandi.
Waktu pun terus berlalu dan malam semakin larut.. dan tiba tiba telinga pemuda kerabat Wanandi mendengar suara.....