Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Drama Sarapan [Key Lin Tumbuh di Bumi Barat
Pagi hari.
Setelah malam dengan tidur yang menyenangkan. Key Lin bersiap untuk bekerja, mandi lalu berganti baju. Dia sudah hendak pergi sesaat sebelum kakaknya mencegatnya. Key hampir lupa kalau pemuda itu pulang semalam.
Dia sudah terbiasa berangkat tanpa melihat wajah kakaknya.
Alex membersihkan meja, lalu meletakkan taplak di atas benda itu. Meminta Key Lin makan sebelum berangkat. Biasanya Key Lin tidak pernah memikirkan sarapan. Yang terpenting baginya hanya memasak untuk ayahnya. Dia cukup membawa bekal yang di masak sendiri. Begitu juga dengan ayahnya yang jarang sarapan di rumah, mereka sudah sangat terbiasa dengan bekal yang di bawa saat bekerja.
Hanya Alex, dan ibunya yang punya kebiasaan sarapan saat pagi.
Setelah menyuruh adiknya untuk sarapan. Dia hanya melihat, dan mengamati saja.
Key merasa tidak nyaman dengan tatapan sang kakak. Bagaimana pun juga Key Lin tidak terbiasa dengan kehadiran Alex. Alex sangat jarang berada di rumah. Sekalinya kembali, biasanya hanya akan bertengkar dengan sang ayah dengan alasan yang tidak jelas.
Karena jika masalahnya serius, Key tahu betul jika Alex, dan Frederick hanya akan diam, dan berdiskusi dengan damai. Semalam Key tidak memperhatikan kakak, dan ayahnya. Dia terlalu lelah, dan memutuskan untuk segera tidur saja.
Alex tahu adiknya tidak nyaman terus di tatap saat makan, sehingga dia berdiri, dan mulai membangunkan Frederick dengan cara mengguncangkan tubuh pria itu.
Frederick tidak berkutik juga. Hanya tetap tidur tanpa beban. Alex merasa kesal, lalu memutuskan untuk menyiramkan air pada ayahnya. Tapi Key Lin mencegah Alex saat tahu maksud kakaknya. Alex mungkin lupa atau apa. Tapi seharusnya pemuda itu ingat jika ayahnya sangat tidak suka di ganggu saat makan, dan tidur.
Dengan tampang tanpa dosa, Alex tetap melanjutkan niatnya. Dan menyiramkan segelas air pada wajah Frederick.
Benar saja, Frederick bangun. Dia sangat terkejut dengan air dingin yang tiba-tiba turun ke wajahnya.
Key yang tak ingin terjerat masalah segera kembali ke meja makan di dapur, dan makan tanpa memperhatikan perkelahian kakak, dan ayahnya.
"Kau gila, ini masih pukul berapa? Aku masih ingin tidur dasar anak sialan!" Frederick tentu saja kesal dengan kelakuan Alex. Dia tak habis pikir. Mengapa putra kandungnya begitu kurang ajar. Key yang putra tirinya saja tak pernah bersikap kurang ajar seperti Alex.
Alex tersenyum tanpa merasa bersalah. Dia pergi meninggalkan ayahnya yang sedang emosi.
Frederick segera menyusul arah Alex berjalan. Saat melihat makanan yang tersaji di meja makan, Frederick tidak lagi marah. Dia terdiam seketika, dan hanya terpaku dengan makanan di meja.
"Ada apa? Tidak mengumpat lagi?" Tanya Alex sengaja memancing amarah ayahnya.
"Bocah sialan, aku tidak akan membuat perhitungan denganmu di depan adikmu." Balas Frederick. Dia menahan amarahnya di depan makanan. Bukan di depan Key Lin. Alasan yang jarang di pakainya.
"Ya makanlah selagi panas, kalau tidak disiram kau tidak akan bangun. Cuci muka, dan tanganmu dulu! Jangan sentuh masakan yang ku buat jika tanganmu masih kotor dengan upil." Alex mengatakannya dengan santai di depan adiknya yang sedang makan. Key hampir tersedak karena kakaknya menyebut upil saat makan. Dia tidak bisa membayangkan ada anak yang begitu santai dengan Frederick. Bagaimanapun juga Frederick lebih galak pada Alex dari pada Key Lin.
Dan anehnya ayahnya menurut pada apa yang di katakan Alex, demi makanan enak di depan mata.
"Sudah. Jangan menggangguku lagi, aku sudah cuci muka, dan tangan. Sekarang aku ingin makan makananku." Frederick mendelik pada Alex. Dan sontak saja secara spontan Alex tertawa melihat tingkah ayahnya yang seperti bocah.
Alex menyajikan sarapan milik Frederick, memang hanya roti tawar, dan selai kacang. Tapi itu adalah sarapan mewah bagi keluarga mereka. Biji-bijian tidaklah murah, lebih mahal dari kentang, dan lobak. Sehingga makan roti keras saja sudah akan sangat nikmat bagi mereka. Tapi hari itu, berkat Alex Lin, mereka sekeluarga bisa makan roti tawar.