Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
“Rrrrrrrgh!” Wang Lu menggeram tak sabar. “Aku benar-benar tak tahan lagi,” gerutunya. “Sudah begitu lama, tidak di Gunung Luar, tidak di Gunung Dalam, aku hanya direndam dan direndam!”
Hari pertama, ia direndam di air sungai. Hari kedua, ia direndam di danau air dingin. Hari ketiga, ia direndam di gua es. Hari keempat, ia direndam lagi di kolam air panas. Hari kelima lebih ekstrem lagi, ia direndam di kolam magma di perut gunung. Hari keenam, ia direndam di kolam plasma—cairan yang dihasilkan oleh petir—lengkap dengan sambaran petir. Hari berikutnya, kembali ke sungai di dekat gerbang. Begitu seterusnya berulang-ulang, dan Wang Lu terkejut ia masih hidup.
“Sudah enam putaran,” bisik Duanmu Jin pada Long Ziling. “Kukira memang sudah waktunya. Aku sudah tak tahan mendengar rengekannya!”
“Hao!” Untuk pertama kalinya, Long Ziling akhirnya membuka suara.
Wang Lu terkejut mendengar suaranya seperti pria dewasa.
“Jadi kau ingin berlatih apa?” tantang Long Ziling dengan tatapan dingin tanpa ekspresi. “Bertarung?”
Oh?! gumam Wang Lu dalam hatinya. Long kecil ini sedang menantangku?
“Cih!” dengusnya. Sungguh berlagak!
Wang Lu melangkah keluar dari kolam, kemudian menghampiri Long Ziling dengan gaya tengil.
Long Ziling mengangkat sebelah tangannya di sisi tubuhnya, kemudian menyentakkan jemarinya membentuk cakar.
SLASH!
Sebatang tongkat bambu kuning seukuran kelingking setinggi tubuhnya seketika muncul dalam genggamannya.
Sesaat Wang Lu merasa familier dengan senjata itu. Senjata gurunya juga sebatang tongkat bambu. Tapi milik gurunya berwarna hijau, dan diameternya sedikit lebih besar dan panjangnya hanya setengah meter.
“Tongkat pemukul anjing?” cemooh Wang Lu. “Weh! Bocah Long! Kau sedang meremehkanku?”
“Tutup mulutmu dan kemarilah. Bukankah kau minta dipukul?” sergah Long Ziling dalam gumaman datar tanpa emosi.
Wang Lu melejit dan menerjang ke arah Long Ziling sembari mengayunkan tinju.
BLAAARRR!
Tongkat bambu di tangan Long Ziling membengkak seribu kali lipat.
“Apa?” pekik Wang Lu tak siap dengan situasinya. Dan sebelum ia sempat bereaksi.
Long Ziling sudah mengayunkan tongkatnya dengan kedua tangan, kemudian mendaratkannya dengan telak di rahang Wang Lu.
BUG!
Tak disangka tongkat bambu yang telah membengkak itu terasa seperti pilar batu kuno saat menghantam tubuh Wang Lu hingga tulang-tulangnya bergemeretak.
Wang Lu terlempar hingga beberapa puluh meter dan ambruk dengan kondisi mengenaskan. Ia mencoba bergerak, tapi sekujur tubuhnya terasa kebas, dan ia tahu itu bukan pertanda baik.
Tidak merasakan sakit artinya sekujur tubuhnya benar-benar remuk-redam.
Siapa sebenarnya Bocah Long ini? pikirnya dengan ngeri.
Bersamaan dengan itu, Long Ziling sudah melayang dari tempatnya, dan mendarat di sisi Wang Lu. Tertunduk menatap pemuda itu dengan sorot dinding tanpa ekspresi.
Itu bukan tatapan anak-anak! Wang Lu menyadari. Anak kecil ini bukan anak kecil biasa.
Long Ziling mengayunkan satu kakinya dan menendang tubuh Wang Lu.
Wang Lu terlempar lagi beberapa puluh meter, kembali tercebur ke dalam kolam. Sudah begitu, ia juga disambar petir.
Beberapa jam kemudian, tubuh Wang Lu kembali pulih.
Long Ziling memukulnya lagi, kali ini menghantam pinggang Wang Lu, dan sekali lagi ia berhasil meremukkan tulang-tulang Wang Lu dalam satu pukulan.
Lagi-lagi Wang Lu berakhir di dalam kolam plasma, disambut sambaran petir.
Proses itu berulang selama tiga hari.
Hari ke hari Wang Lu mulai menunjukkan kemajuan meski belum bisa menghindari serangan Long Ziling. Apalagi melakukan perlawanan.
Tak ada yang mengharapkannya bisa melawan Long Ziling. Tidak seorang pun mampu mengalahkannya.
Wang Lu saja yang tidak tahu!
Hari ketiga, Wang Lu akhirnya bisa mengelak dari serangan Long Ziling dan menahannya.
Itu sudah termasuk luar biasa!
Wang Lu dianggap lulus dengan gemilang.
Tanpa sadar, Wang Lu telah menyelesaikan lima tahap Enam Denyut Nadi Dewa dari Tujuh Diagram Kerajaan Langit: pemurnian kulit, pemurnian daging, pemurnian kotoran, praktik kekuatan, dan kalsinasi tulang.
Tinggal selangkah lagi, dan dia sudah menyempurnakan Enam Denyut Nadi Dewa, menerobos ranah pertama dari Tujuh Diagram Kerajaan Langit.
“Sekarang aku tahu kenapa Wang Wu menyegel kekuatan spiritualnya,” gumam Long Ziling setelah semua proses itu berakhir.
Wang Lu sedang bermeditasi di pekarangan pondok, sementara Long Ziling sedang menikmati teh di beranda bersama Duanmu Jin.
“Maksud Anda… bukan sekadar mencegah kerusakan pondasi internal lebih buruk?” tanya Duanmu Jin sambil menuangkan teh ke cangkir Long Ziling.
“Tidak,” tukas Long Ziling nyaris berbisik. “Pondasi internalnya memang pernah mengalami kerusakan, tapi anehnya itu berevolusi.”
“Ada hal seperti itu?” Duanmu Jin terpekik takjub.
“Ada sesuatu dalam dirinya yang dibawanya sejak lahir,” jelas Long Ziling. “Sesuatu yang tidak dikenal dan sangat langka. Asal-usulnya tak diketahui, levelnya tidak terukur.”
“Pantas saja gurunya mengatakan tak ada yang bisa mengajarinya,” gumam Duanmu Jin.
“Benar,” timpal Long Ziling, tetap datar dan tanpa ekspresi. “Tidak satu pun ilmu sebanding dengan miliknya. Tubuhnya sendiri menyimpan formula rahasia. Dia hanya belum menyadarinya.”
“Jadi alasan gurunya menyegel kekuatan spiritualnya, karena dia belum menyadari kekuatannya sendiri?” tanya Duanmu Jin.
“Sebenarnya… dia hanya memperbaikinya,” ungkap Long Ziling.
“Maksud Anda adalah…”
“Benar,” potong Long Ziling tetap statis. “Sebelumnya, seseorang juga sudah pernah menyegel kekuatannya. Tapi ketika pondasi internalnya mengalami kerusakan, segelnya juga rusak. Sekarang, setelah tubuhnya terlahir kembali, perubahan terbalik itu menjadi tak terkalahkan. Kekuatan fisik saja bisa mencapai dua juta jins, dan itu cukup untuk meratakan gunung dan memotong sungai yang deras.”
"Dua juta pound?” Duanmu Jin terperangah.
“Bayangkan jika ia benar-benar mengeluarkan kekuatannya, bahkan jika tidak menggunakan kekuatan spiritual, ia sudah bisa meratakan gunung,” imbuh Long Ziling. “Jika ditambah kekuatan spiritual, konsekuensinya tak terbayangkan.”
Duanmu Jin menelan ludah.
“Kudengar dia hampir membunuh temannya saat pertarungan final!” Long Ziling menambahkan. “Kalau tidak, bagaimana mungkin pondasi internalnya mengalami kerusakan?”
Keesokan harinya…
Sisa satu hari sebelum genap empat puluh hari.
Long Ziling memanfaatkan sisa waktu satu hari itu untuk membawa Wang Lu ke Makam Pedang.
Makam Pedang adalah pusat warisan leluhur yang sebenarnya. Koleksi senjata di Balai Leluhur hanyalah bagian kecil dari harta karun yang dapat dipindahkan. Beberapa pusaka tidak dapat dipindahkan karena tidak satu pun layak mewarisinya.
Namun dibandingkan dengan semua pusaka itu, hukum rahasia yang dimiliki Wang Lu jauh lebih langka dan sangat misterius.
Bahkan leluhurnya, belum tentu mengetahuinya.
Setiap metode rahasia memiliki kemampuan magis imajinatif. Sementara warisan tidak ada yang rahasia.
“Hari ini tidak berlatih?” tanya Wang Lu sambil mengekor di belakang Long Ziling.
“Masih ingin berlatih?” Long Ziling tersenyum samar. “Untuk apa berlatih lagi? Kau sudah lulus!”
“Apa?” Wang Lu membelalakkan matanya. “Begitu saja?”
“Begitu saja?” Long Ziling membalikkan pertanyaan Wang Lu. Wajahnya tetap datar seperti biasanya. “Kau ingin dipukul lagi?”
“Me—méiyǒu!” tukas Wang Lu cepat-cepat.
Sementara Wang Lu terus-terusan memasang wajah penasaran dan bersemangat seorang anak kecil, Long Ziling tetap menanggapinya dengan ekspresi tenang. Kalau diperhatikan, mereka seperti bertukar kepribadian.
Sebenarnya siapa di sini yang lebih tua?
“Ini…” Wang Lu tertegun ketika langkah mereka berakhir di kaki gunung paling bawah.
Sebuah gua menganga di bagian bawah gunung itu. Selaksa pedang berjejal di dalamnya, sebagian tertancap, sebagian tergolek sembarang, sebagian lagi bertumpuk-tumpuk seperti timbunan sampah.
“Makam Pedang,” jelas Long Ziling. “Kudengar kau mematahkan tiga senjata setelah tidak satu pun pedang warisan memilihmu.”
“Ah—haha! Itu…” Wang Lu tertawa kikuk sembari mengusap bagian belakang kepalanya dengan salah tingkah.
“Masuklah!” instruksi Long Ziling tak ingin membuang waktu.
Wang Lu melangkah lebih dulu, Long Ziling mengikutinya.
Tiba-tiba gua itu berguncang. Lalu terdengar suara bergemuruh.
Pedang-pedang itu bergetar dan bergemeretak. Lalu terdengar suara berderak nyaring.
GRAAAKKK!
Pedang-pedang itu mendadak bangkit, dan melesat ke arah Wang Lu.
“AAAAAAAAAAAAARRRRRRGH!”
Jangan lupa dukungan dari kang Authornya, hingga Wang Lu "susah" sekali untuk sial...
/Determined//Determined//Determined/
😅😅😅
Ingin menggaruk demua rahasia Long Tian ( Wang Lu )...