menceritakan seorang anak perempuan 10tahun bernama Hill, seorang manusia biasa yang tidak memiliki sihir, hill adalah anak bahagia yang selalu ceria, tetapi suatu hari sebuah tragedi terjadi, hidup nya berubah, seketika dunia menjadi kacau, kekacauan yang mengharuskan hill melakukan perjalanan jauh untuk menyelamatkan orang tua nya, mencari tau penyebab semua kekacauan dan mencari tau misteri yang ada di dunia nya dengan melewati banyak rintangan dan kekacauan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YareYare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Mereka Mulai Terang terangan
Waktu itu, saat aku berusia 30 tahun, aku melihat orang tuaku membawa sebuah buku. Aku pun membacanya. Buku itu menceritakan perjalanan seorang Heal the World dua ribu tahun yang lalu. Ia berasal dari ras beastman. Setiap Heal the World selalu memiliki rekan kuat yang siap membantunya. Mereka dijuluki sebagai Zogh Servant, dan salah satu dari mereka adalah seorang dark elf.
Sebagai rekannya, sang dark elf menulis kisah perjalanan Heal the World saat itu dan menunjukkan kisah tersebut ke berbagai ras elf dua ribu tahun lalu. Buku itu terus disalin hingga kini dan menjadi terkenal di kalangan ras dark elf. Kisah perjalanan dan petualangan yang penuh kesulitan, namun diselingi keseruan bersama rekan-rekannya, demi menyelamatkan dunia, membuatku terharu. Heal the World memiliki tugas yang sangat berat dan sulit, tetapi ia selalu berusaha menyelesaikannya demi dunia.
Aku pun memiliki impian untuk menjadi seorang Zogh Servant. Mungkin suatu hari nanti aku bisa menjadi rekan Heal the World. Aku sangat mengaguminya dan ingin membantu dia. Sejak itu, aku selalu berlatih untuk menjadi kuat. Tak lama kemudian, sebuah lingkaran sihir muncul di belakang leherku. Aku memiliki sihir unik, yaitu teleportasi. Aku merasa senang, karena dengan kekuatan ini, mungkin aku bisa membantu Heal the World suatu hari nanti.
Namun, aku kemudian menyadari bahwa aku tidak memiliki energi sihir yang besar. Aku hanya bisa menggunakan teleportasi untuk diriku sendiri. Sebesar apa pun usahaku melatih sihir ini, aku tetap tidak bisa menteleportasi orang lain. Akhirnya, aku berhenti melatih sihir dan memfokuskan latihan pada kecepatan dan kekuatan. Aku tetap ingin lebih kuat agar bisa membantu Heal the World suatu hari nanti. Selain berlatih, aku juga sering membaca sejarah untuk mencari petunjuk tentang para Heal the World.
Waktu terus berlalu. Tak ada tanda-tanda Heal the World akan muncul. Aku mulai lelah dan berpikir mungkin ia tidak akan muncul selama aku hidup. Aku berhenti berharap. Di tempat tinggalku, orang-orang sering mengejekku karena aku berbeda dari dark elf lainnya. Mereka menganggapku aneh dan mirip manusia. Kebanyakan dark elf membenci manusia karena keserakahan mereka. Namun, orang tuaku tidak memedulikan hal itu.
Aku akhirnya mengurung diri di rumah selama 50 tahun. Aku tidak pernah pergi keluar dan selalu meminta orang tuaku membawakan bahan untuk membuat boneka-boneka dan benda-benda imut. Aku juga tetap berlatih di dalam rumah. Setelah 50 tahun berlalu, orang tuaku mulai sering berdebat denganku. Mereka terus memaksaku untuk pergi keluar. Akhirnya, satu tahun yang lalu, aku memutuskan untuk pergi dan tidak kembali lagi.
Aku melakukan perjalanan ke berbagai tempat, menjadi seorang pemburu untuk mencari uang. Suatu hari, aku tidak mendapatkan buruan. Aku kehabisan makanan bahkan uang. Lima hari aku kelaparan, hingga akhirnya seorang bangsawan dari Felsa bernama Manor menolongku. Aku tinggal di penginapannya selama empat bulan. Aku pun mengabdikan kesetiaanku kepada Tuan Manor yang telah menyelamatkanku.
Aku menyembunyikan jati diriku yang sebenarnya dari orang-orang yang kutemui. Aku selalu memasang wajah seram dan terkadang bersikap kasar. Aku tidak ingin orang lain tahu diriku yang sebenarnya. Namun, setelah lama tinggal di Felsa, hatiku mulai terasa hampa. Hari demi hari aku merasa bosan dengan hidup ini. Hingga suatu sore, saat aku sedang berjalan dengan perasaan kosong, aku terkejut mendengar suara gemuruh yang keras.
Aku melihat sebuah pohon raksasa tumbuh menjulang ke langit jauh di barat Felsa. Seketika, aku menyadari bahwa itu adalah Pohon Harapan. Ketika pohon itu muncul, berarti Heal the World telah datang. Hatiku yang hampa tiba-tiba kembali bersemangat. Aku ingin segera pergi ke barat. Namun, aku tidak bisa melakukan teleportasi tanpa melihat tempatnya terlebih dahulu. Aku membutuhkan pengguna sihir lain untuk membantuku.
Meskipun sangat bersemangat, aku menyadari bahwa aku masih memiliki hutang budi kepada bangsawan yang menolongku. Ketika mendengar bahwa Felsa sedang dalam bahaya, aku memutuskan untuk tetap tinggal dan membantu. Felsa adalah tempat penyelamatku. Lagipula, jika aku adalah Heal the World, aku juga pasti akan melakukan hal yang sama. Aku pun memutuskan untuk menetap di sini sampai organisasi Volve musnah dan kedamaian Felsa terjamin.
Namun, takdir berkata lain. Tak kusangka, aku bertemu seorang Heal the World di dalam mimpiku. Ia tepat berada di depanku. Seorang anak kecil dari ras manusia. Sulit dipercaya, seorang anak kecil menjadi Heal the World. Ia terlihat lemah, tetapi meskipun begitu, aku ingin membantunya. Ini adalah saatnya. Aku harus mengatakannya.
“Kakak, kenapa kamu diam begitu sambil melihatiku? Apakah ada sesuatu di wajahku?” tanya anak itu.
“Hill, aku… aku…” jawabku dengan gugup.
Kenapa aku tiba-tiba gugup? Ini kesempatan emas. Aku harus segera mengatakannya.
“Hill, aku… bolehkah aku…” Aku masih merasa gugup. Anak itu terus melihatku. Imut sekali. Baiklah, aku akan mengatakan apa yang kuinginkan.
“Hill, suatu hari nanti aku akan mencarimu, bukan di dalam mimpi ini. Jika kita bertemu lagi, aku ingin kau menerimaku sebagai rekanmu. Mungkin kita baru bertemu dan saling mengenal, tetapi aku ingin membantumu suatu hari nanti.”
Setelah mengucapkan itu dengan suara keras dan ekspresi serius, aku sedikit menangis. Seketika, aku terbangun dari tidurku.
Sudah siang. Sebaiknya aku pergi berkeliling kota.
--
Sementara itu, di sebuah pasar di kota Felsa, terlihat Ibu May dan empat anak dari panti asuhan sedang berjalan-jalan. Mereka terlihat sedang berbelanja.
“Hey, anak-anak, jangan terlalu jauh dari Ibu, nanti kalian tersesat,” ujar Ibu May.
“Baiklah, hahaha,” jawab anak-anak sambil tertawa.
“Aduh, Rui, berhenti mendorongku! Ibu May, Rui nakal!” keluh salah satu anak.
“Ih, nggak asik banget beraninya ngadu,” sahut Rui.
“Ya ampun, kalian ini. Kita sedang belanja, berhenti bermain-main. Bantu Ibu membawa beberapa barang ini. Tidak apa-apa, ini ringan,” kata Ibu May dengan sabar.
"Baiklah."
...Meskipun mereka telah kehilangan orang tua mereka, anak-anak panti asuhan itu selalu terlihat ceria. Sebagai ibu panti, aku ingin melindungi mereka sebaik mungkin...
"Rui, Naka, Hendrik, Piko, kita sudah selesai belanja. Sudah waktunya kita kembali."
"Baiklah, Bu!"
---
Sementara itu, di tempat lain di kota Felsa, Teryhida sedang berjalan. Seperti biasa, ia mengenakan jubah yang menutupi tubuh dan kepalanya. Saat ia melangkah, terdengar percakapan dari beberapa pejalan kaki yang melewatinya.
"Hei, apakah kau sudah dengar? Katanya, di luar Felsa sedang tidak aman. Banyak monster berkeliaran di sekitar negara ini. Prajurit kini berjaga ketat di gerbang untuk mencegah monster masuk."
"Itu benar-benar menyeramkan."
...Apakah yang mereka katakan itu benar? Mungkin aku harus memeriksa sendiri ke luar Felsa. Bisa saja ini terkait dengan organisasi Volve...
Mendengar rumor itu, Teryhida segera bergegas menuju gerbang Felsa yang berada cukup jauh. Ia berjalan ke tempat yang lebih sepi, hingga akhirnya menemukan sebuah gang yang sunyi. Ia berhenti sejenak dan melihat sekeliling.
...Sepertinya di sini aman. Aku bisa menggunakan sihir teleportasiku untuk langsung pergi ke sana...
Namun, saat ia hendak menggunakan sihirnya, sebuah tetesan air jatuh ke tangannya. Teryhida memperhatikan tangannya dan menyadari bahwa cairan itu berwarna merah. Penasaran, ia menengadah, dan terkejut melihat sebuah tangan berlumuran darah tergantung di balik jendela sebuah rumah.
Dengan cepat, Teryhida melompat ke jendela itu untuk memeriksa. Begitu masuk, ia terkejut melihat pemandangan mengerikan: kamar yang dipenuhi darah dan seorang wanita terbaring dengan beberapa bagian tubuhnya terpisah.
...Astaga, ini mengerikan! Aku harus segera melapor ke rumah Tuan Manor...
Tanpa membuang waktu, Teryhida meninggalkan tempat itu dan menuju kediaman bangsawan Tuan Manor.
---
Beberapa waktu kemudian, di kamar mengerikan itu, Teryhida, Tuan Manor, dan beberapa prajurit berkumpul untuk memeriksa. Wajah-wajah mereka penuh ketegangan.
"Teryhida, apakah ada orang lain yang mengetahui tentang kejadian ini?" tanya Tuan Manor dengan serius.
"Sepertinya tidak, Tuan. Setelah aku melihatnya, aku langsung pergi ke rumah Anda untuk melapor."
Tuan Manor terlihat sangat khawatir. Wajahnya tegang
"Untuk sekarang, kita tidak boleh menciptakan kepanikan. Keputusan terbaik adalah masuk melalui belakang," ujar Tuan Manor dengan tenang.
Tak lama, seorang prajurit datang melapor.
"Lapor, Tuan! Kami telah menyelidiki seluruh ruangan. Tampaknya wanita ini tinggal sendirian. Kami juga menemukan sebuah surat di atas meja."
Tuan Manor segera membuka surat itu dan membaca isinya. Ekspresinya berubah drastis, terlihat tegang dan berkeringat. Melihat hal itu, Teryhida bertanya dengan serius.
"Ada apa, Tuan Manor? Apa isi suratnya? Mengapa Anda terlihat sangat cemas?"
"Ini ancaman dari Volve. Mereka kini mulai bergerak secara terang-terangan. Dalam surat ini, mereka menyatakan akan memburu warga Felsa dan menciptakan kekacauan hingga raja menyerahkan tahtanya."
Teryhida terdiam sejenak, lalu berpikir.
...Sial, tidak kusangka mereka akan bertindak seberani ini. Sepertinya kekuatan utama Volve kini didominasi oleh Beastman dan Dark Elf, sedangkan manusia yang bergabung dengan mereka tinggal sedikit. Aku satu-satunya yang tahu hal ini. Haruskah aku memberitahukannya kepada Tuan Manor? Tidak, itu akan memperburuk situasi dan memicu perang besar antara manusia, Beastman, dan Dark Elf. Aku harus menghentikan Volve tanpa melibatkan mereka...
Wajah Teryhida berubah serius, penuh amarah.
"Tuan Manor, saya akan menyelidiki semuanya. Saya tidak akan memaafkan mereka. Mereka harus dihentikan!"
"Wajahmu tampak menyeramkan, Teryhida. Tapi baiklah, kami akan mendukungmu. Kita harus mencegah tindakan Volve sebelum mereka melangkah lebih jauh. Aku akan melaporkan ini kepada raja. Prajurit, bawa mayat wanita ini dengan hati-hati, jangan sampai ada warga yang tahu. Bersihkan ruangan ini sepenuhnya. Kepanikan adalah tujuan Volve, dan kita tidak boleh memberinya keuntungan."
"Baik, Tuan!" jawab para prajurit serentak.
Teryhida mengangguk singkat.
"Tuan Manor, saya pamit."
"Hati-hati, Teryhida," balas Tuan Manor.
---
Teryhida meninggalkan tempat itu melalui jendela di gang yang sunyi.
...Sekarang aku harus pergi ke kuburan di barat. Itu adalah tempat pertemuan Volve dengan Raja Elf dan Beastman sebelumnya. Mungkin aku bisa menemukan petunjuk di sana...
Saat berjalan ke tengah keramaian kota, Teryhida tak sengaja bertemu dengan Ibu May dan anak-anak panti asuhan.
"Eh, Teryhida! Kebetulan sekali! Aku ingin berterima kasih padamu. Mari mampir ke panti asuhan. Hari ini kami mengadakan pesta!" ujar Ibu May sambil tersenyum ceria.
"Maaf, aku ada urusan penting. Mungkin lain kali," jawab Teryhida singkat.
"Ayolah, ini sebagai ucapan terima kasih kami. Berkatmu, kami bisa bersenang-senang akhir-akhir ini. Iya, kan, anak-anak?"
"Iyaaa! Hahaha!" seru keempat anak, Rui, Naka, Hendrik, dan Piko, sambil mendekati Teryhida. Mereka menarik tangan dan jubahnya sambil tersenyum lebar.
...Ahh, aku sibuk sekarang, tapi mereka begitu imut. Baiklah, hanya sebentar saja...
"Baiklah, aku terima ajakan kalian," kata Teryhida akhirnya.
"Bagus! Ayo, anak-anak!" seru Ibu May gembira.
---
Sore itu, di panti asuhan, Teryhida terlihat bermain bersama anak-anak. Tawa mereka menggema di ruangan, menciptakan suasana hangat dan menyenangkan.
...Mereka semua begitu imut. Ini benar-benar menyenangkan... pikir Teryhida sambil tersenyum lebar.
"Anak-anak, kalian sudah bermain cukup lama dengan Kak Teryhida. Mungkin dia lelah. Biarkan dia beristirahat," ujar Ibu May.
"Ah, tidak apa-apa, May. Aku baik-baik saja," balas Teryhida.
Namun, pikirannya mulai teringat tugas yang menantinya.
...Tunggu, tunggu. Aku tidak boleh terlalu asyik di sini. Aku harus segera menyelidiki Volve...
"Maaf semuanya, aku ada urusan penting. Aku harus pergi sekarang. Kita bisa bermain lagi nanti," ucap Teryhida.
"Ehh, sudah mau pergi?" keluh anak-anak dengan wajah sedih.
"Hei, anak-anak. Jangan merepotkan Kak Teryhida. Dia pasti kembali nanti," hibur Ibu May.
"Kalau begitu, aku pamit dulu," kata Teryhida, lalu melangkah keluar.
---
Hari sudah sore, Teryhida melompat dari atap ke atap dengan cepat menuju kuburan di barat. Meski pikirannya terfokus pada misi, senyumnya tak hilang saat mengingat tingkah anak-anak tadi.
...Rui dan Hendrik tampaknya saling menyukai meski baru berumur 13 tahun. Rui yang suka menjahili Hendrik itu sangat lucu. Mereka semua begitu imut. Lain kali, aku akan datang ke panti membawa makanan enak untuk mereka...
Namun, ia segera mengguncang pikirannya dan kembali fokus pada misinya. Dengan kecepatan tinggi, Teryhida terus bergerak menuju tujuan.