NovelToon NovelToon
Jerat Hati Sang Duda Dominan

Jerat Hati Sang Duda Dominan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / One Night Stand / Selingkuh / Teen Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lifahli

"Mengemislah!"

Awalnya hubungan mereka hanya sebatas transaksional diatas ranjang, namun Kirana tak pernah menyangka akan terjerat dalam genggaman laki-laki pemaksa bernama Ailard, seorang duda beranak satu yang menjerat segala kehidupannya sejak ia mendapati dirinya dalam panggung pelelangan.

Kiran berusaha mencari cara untuk mendapatkan kembali kebebasannya dan berjuang untuk tetap teguh di tengah lingkungan yang menekan dan penuh intrik. Sementara itu, Ailard, dengan segala sifat dominannya terus mengikat Kiran untuk tetap berada dibawah kendalinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lifahli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Lipstik Yang Berantakan

...Happy reading!...

...•••...

Kiran menatap dirinya didalam cermin, sungguhan ia harus menutupi tanda merah di lehernya ini dengan rambutnya. Ia tak memiliki waktu banyak untuk menutupinya dengan polesan makeup karena tahu Ailard tidak suka menunggu lama.

Di ruang kerja Ailard yang megah, Kiran merasa bosan. Pria itu tengah meeting bersama beberapa klien penting, dan dia hanya bisa duduk menunggu sambil sesekali melirik jam di dinding. Keheningan terasa berat, dan satu-satunya hiburannya adalah scrolling media sosial di ponsel. Berita terbaru,  hingga video lucu seolah menjadi pelarian sejenak dari realita hidupnya.

Dan saat suara langkah kaki mendekat, dengan buru-buru ia merapikan penampilannya. Saat pintu dibuka Ailard berdiri disana, melihat kearah Kiran yang juga tengah menatap kearahnya. Sepatu pantofel nya nyaring semakin berbunyi saat ia mulai mendekati Kiran dengan tatapan elang.

Tepat berhenti di depan Kiran dengan jarak yang nyaris tak bersisa, Ailard memeluk pinggang rampingnya, membuat jantung Kiran berdegup lebih cepat.

“Kakak saya akan datang. Kamu cukup diam di dalam kamar. Mengerti?” perintahnya dengan nada tegas, dan sebelum Kiran sempat menjawab, Ailard menarik tubuhnya masuk ke dalam kamar khusus di ruangan kerjanya. Kamar ini, yang dulunya sering ia gunakan saat bersama istrinya.

Ailard menutup pintu dengan pelan, memastikan bahwa tak ada seorang pun yang bisa mengganggu mereka. Tatapannya yang tajam terpaku pada Kiran, seolah mencari kepastian dari perempuan itu. “Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, kan?”

Kiran mengangguk pelan, meskipun ada sedikit keraguan yang tertinggal di hatinya. “Ya, Mas,” jawabnya lirih.

Dengan langkah pasti, Ailard mendekatinya, menciptakan jarak yang semakin kecil antara mereka. Jari telunjuknya dengan lembut mengusap pipi Kiran, sentuhannya begitu halus namun cukup untuk membuat perempuan itu merinding. “Penampilan kamu ini terlalu rapi di depan saya,” katanya, suaranya rendah namun mengandung daya tarik yang kuat. "Makanya, saya harus berantakin kamu dulu."

Dalam sekejap, Ailard menarik tubuh Kiran lebih dekat dan melumat bibirnya dalam ciuman yang penuh gairah. Tidak ada keraguan dalam tindakannya, setiap gerakannya menunjukkan dominasi yang tak bisa ditolak. Kiran terkejut, tapi tubuhnya mengikuti, meskipun ada ketidakyakinan yang masih menggantung dalam pikirannya.

Pagutannya semakin dalam, menguasai Kiran sepenuhnya. Sampai akhirnya, Kiran merasa perlu bernapas, dan dengan cepat ia menepuk-nepuk dada Ailard, mencoba memberi isyarat agar pria itu berhenti sejenak.

Ailard berhenti, namun tidak sepenuhnya mundur. Dia memandang Kiran dengan senyum tipis yang menunjukkan kendali penuh atas situasi. “Kenapa? Kamu tidak menikmatinya?” tanyanya, suaranya rendah, seolah menantang.

Kiran terengah-engah, mencoba menemukan suaranya. “Aku... aku butuh... napas,” katanya pelan, tanpa berani menatap Ailard secara langsung.

Begitu Ailard ingin mencumbu kembali, suara pengawalnya terdengar dari earphone kecil di telinganya. “Tuan, Pak Leonidas sudah tiba di lantai bawah,” kata pengawalnya memberikan informasi.

Ailard mendengus pelan, jelas merasa terganggu dengan gangguan ini. Ia melepaskan Kiran dengan enggan, matanya masih penuh hasrat yang tertahan. “Sepertinya kita harus menunda ini,” ucapnya, suaranya pelan berbisik. Tangannya perlahan turun dari wajah Kiran, meninggalkan sentuhan dingin yang masih terasa di kulitnya.

“Kamu tahu apa yang harus dilakukan. Diam di sini, dan jangan keluar sampai saya memanggilmu.” Ailard melangkah mundur, pandangannya masih tertuju pada Kiran. Dengan langkah pasti, Ailard membuka pintu dan meninggalkan ruangan, suaranya terdengar samar-samar saat ia mulai berbicara dengan pengawalnya.

Di balik pintu tertutup, Kiran berdiri sendirian. Pandangannya jatuh pada bayangan dirinya di cermin, rambutnya sedikit berantakan dan lipstik di bibirnya sudah belepotan. Ia mendesah pelan, ia tak begitu terkejut karena sudah tahu sejak awal—Ailard adalah lelaki nakal, brengsek, dan penuh kendali. Ia tak pernah menaruh harapan pada pria seperti itu. Semua ini hanyalah permainan yang terpaksa ia ikuti.

Bukan karena cinta, bukan pula karena nafsu, tapi karena keadaannya yang mendesak. Hutang keluarganya yang menumpuk, kesehatan ibunya yang memburuk, dan adiknya membutuhkan biaya sekolah. Semua alasan itu membuat Kiran bertahan di sini, memainkan perannya dengan penuh kepahitan yang ia sembunyikan. Baginya, Ailard hanyalah alat untuk bertahan hidup, sama seperti ia adalah alat bagi pria itu.

Merapikan penampilannya dengan cepat, Kiran menarik napas panjang. “Ini hanya sementara,” gumamnya pelan pada dirinya sendiri, seolah mencoba meyakinkan hati yang lelah.

...•••...

Leonidas menyipitkan matanya saat melihat noda lipstik di bibir Ailard. Kerutan halus muncul di dahinya, dan meski nadanya tenang, ada ketegasan dalam pertanyaannya.

"Kamu masih berhubungan dengan Lily, Ilard?" tanyanya, tak ingin Ailard merusak dirinya karena perceraiannya.

Ailard, yang biasanya tenang dan tak tergoyahkan, hanya tertawa kecil, mengusap bibirnya dengan punggung tangan untuk menghilangkan jejak lipstik itu. Sialan, sungguh ia sadar sudah menc*um bibir Kiran, namun lupa memeriksa penampilannya.

Ailard menghela napas sambil menahan senyum di sudut bibirnya. “Tidak, bang Leo. Dia sudah lama berlalu,” jawabnya, suaranya terdengar ringan, namun ketegasan terselip di sana. “Perceraian itu sudah selesai, aku tidak ada urusan lagi dengannya, kecuali hubungannya sebagai ibu dari Rose.”

Leonidas menatapnya tajam, belum sepenuhnya yakin. “Kalau begitu, apa maksud dari noda di bibirmu itu?”

Ailard menurunkan tangannya, tersenyum tipis. “Hanya sebuah gangguan kecil,” ia menegaskan, mengalihkan pembicaraan.

Leonidas menyimpan kekhawatiran pada adik keduanya ini. “Abang tidak mau mendengar kamu aneh-aneh, Ilard. Abang tidak akan tinggal diam kalau kamu berbuat ulah lagi seperti seminggu lalu di club malam. Ingat ya, kamu ini bawa nama besar keluarga, Wiratama.”

Ailard mengangguk pelan, menerima peringatan dari Leonidas. “Tenang saja, Bang. Aku tahu apa yang kulakukan,” ucapnya, suaranya tetap tenang, namun ada nada yang menyiratkan bahwa ia tak mau diatur.

Leonidas menghela nafas berat, “Abang, Mbak Aira dan anak-anak akan terbang sore ini ke Prancis. Pokoknya Abang tidak mau dengar kamu bermasalah lagi, Abang tidak punya toleransi kalau sampai kamu berbuat ulah.” Leo menjeda ucapannya, “Rose tadinya mau Abang bawa, tapi ibu tidak mengizinkan. Kamu jangan terlalu berlarut dalam kefrustasian, anakmu itu cepat bertumbuh. Bijaksana dalam menyikapi hal, kamu sudah tidak lagi muda.”

“Aku tahu, Bang,” balasnya dengan suara rendah, “Aku hanya butuh waktu. Semuanya tidak semudah itu.”

Leonidas menatap adiknya dalam-dalam, membaca tiap kerutan di wajahnya. “Waktu tidak akan menunggumu, Ilard. Rose juga tidak.” Ucapan itu terdengar tegas, dan Leonidas tahu bahwa memberitahu Ailard harus dikeraskan.

Ailard tak menjawab, hanya mengangguk sekali lagi. Setelah urusannya selesai, Leonidas melangkah pergi, meninggalkan Ailard sendirian dengan pikirannya.

Saat pintu tertutup di belakang Leonidas, Ailard meraih earphonenya, memasangnya di telinga. “Jangan biarkan siapa pun mengganggu saya selama satu jam ke depan,” ucapnya dingin kepada pengawalnya, sebelum kembali ke ruang kamar khusus, di mana perempuan kecilnya menunggu di dalam sana.

Membuka pintu dengan perlahan ia dapat melihat perempuan kecilnya tengah menatap pemandangan kota di balkon, senyuman Ailard tersungging kala melihat tubuh Kiran dari belakang.

Kiran yang terlalu asik melamun sambil melihat suasana dari balik balkon tersentak kala tangan seseorang yang familiar melingkari pinggangnya.

“Pacar kecil saya sedang lihat apa, hmm?” bisik Ailard, suaranya rendah dan intim di telinga Kiran. Aroma tubuh pria itu segera memenuhi udara di sekitarnya, membuat Kiran sadar sepenuhnya siapa yang ada di belakangnya.

"Aku hanya sedang melihat pemandangan kota," jawab Kiran pelan, berusaha terdengar biasa saja meski jantungnya berdegup lebih cepat.

Ailard tertawa kecil, napasnya masih terasa di leher Kiran saat bibirnya hampir menyentuh kulit halusnya. "Kota ini membosankan, bukan?" katanya sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Kiran, menciptakan keintiman yang terpaksa bagi Kiran. Napas Kiran tersengal, merasakan setiap gerakan kecil dari Ailard di belakangnya.

"Mas... jangan di sini," bisiknya, suaranya bergetar halus antara ketidaknyamanan dan keengganan. Tangannya sedikit bergerak, seakan ingin melonggarkan cengkeraman pria itu di tubuhnya.

Ailard mengangkat alisnya, kemudian tertawa pelan, dengan nada penuh ejekan. "Kenapa? Apa ada yang bisa melihat kita?" bisiknya lembut di telinga Kiran. Tangannya yang besar dan kuat masih terpatri di pinggang Kiran, sementara dia perlahan mencium tengkuk perempuan itu dengan lembut.

Kiran menggigit bibirnya, menahan rasa yang berdesir di dadanya. Meski keintiman ini terasa begitu asing, dia tahu posisi dirinya. Dia tahu dia tidak bisa begitu saja menolak. Dan dia harus tahu diri.

"Mas aku mohon, jangan disini..."

1
Nus Wantari
lanjut thor
Septanti Nuraini
kapan update lagi
nonaserenade: Sudah update tapi sedang proses penerbitan dari Novelton nya ya kak, palingan sebentar lagi terupdate. Terimakasih sudah menunggu bab selanjutnya🙏🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!